Part XIV: Part of Me (2.1)

4.2K 614 35
                                        

/suatu hari ketika author sedang b*ker/

Me: hmm, nyicil cerita ah
Me: WAGELASEH! SEJAK KAPAN UDA 3k reads?! DEMI ES KEPAL MILO!
Me: *selebrasi di dalem kamar mandi sampe dilabrak satu rumah*

/selama ini author engga nyadar kalo ceritanya uda nyampe 3k reads :')/

Mungkin telat, tapi happy 3k reads! Terima kasih atas support para readers tercinta. Jangan pernah kapok ya sama awtor yang doyan ngilang ini 👀

Sebagai rasa terima kasih, selama satu bulan ini awtor ngga akan makan dan minum dari mulai waktu subuh sampai maghrib! Ini semua demi kalian readers! KURANG HEBAT GIMANA COBA AWTOR SATU INI wkwkwk /silahkan tampol online/

Sekali lagi, terima kasih ya! Jangan lupa, kalau misalnya ada kesalahan dalam penulisan atau gimana, jangan segan buat koreksi ya! (baca: awtor males ngedit) /silahkan mutilasi online/

Selamat membaca :)

____

Aku selalu mencintai musik. Tidak hanya aku, semua anggota keluargaku hidup untuk musik. Ibu dan Ayah dapat bersatu berkat musik, seorang vokalis yang jatuh hati pada pianis yang selalu mengiringinya di masa-masa muda mereka. Kurang lebih, begitulah kisah orang tuaku.

Buah tidak pernah jatuh terlalu jauh dari pohonnya. Kakakku mewarisi suara indah Ibu, dan aku cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa aku dapat bermain alat musik sehebat Ayah. Hidup kami sangat sempurna, keluarga kecil yang menjalani hari demi hari dengan diwarnai alunan melodi dan harmoni. Semua tidak mungkin dapat menjadi lebih baik lagi.

Namun, kelihatannya Tuhan ingin memberikan ujian pada keluargaku yang terlalu sempurna ini.

____

"Do? Bangun, Do!" Aku tak menghiraukan Kak Dino, masih terlalu pagi untuk menggangguku di hari Minggu.

Sialnya aku, aku sampai lupa bahwa Kak Dino memiliki cara ampuh membangunkanku pada jam berapapun.

"Doooooo! Banguuuuun!"

Alarm-sopran-Dino! Suaranya mampu membuat telingaku congean!

"Apaansih? Sekarang kan Minggu, Dodo masih pengen tidur," aku mencoba melempar Kak Dino dengan apapun yang berada di jangkauan tanganku. Bantal, selimut, celana dalam yang lupa aku cuci, jam digital, kapak, pacul, granat dan sebagainya.

Sialnya, aku lupa bahwa Kak Dino adalah Naruta versi Indonesia. Dia mampu menghindari bombardir lemparan acakku dengan lincah nan anggun bak balerina di atas panggung.

"Jangan bilang kamu lupa hari ini ada acara apa?"

Aku diam. Satu detik kemudian, aku langsung mengecek kalender dengan gambar artis KDI di kamarku. Tanggal hari ini aku tandai dengan spidol merah dan kuhias dengan bunga-bunga. Ini adalah hari H kualifikasi perwakilan Indonesia dalam lomba piano bertajuk International Little Pianist!

Aku sudah berlatih selama berbulan-bulan untuk ini! Setelah berhasil melewati babak penyisihan melawan berbagai kandidat dari seluruh kota dan kabupaten di provinsiku, tiba saat yang menentukan dimana aku akan melawan perwakilan dari masing-masing provinsi. Yang terpilih akan membawa nama Indonesia ke perlombaan yang akan diadakan di Kanada.

"Ngga nyangka sih, kamu yang masih kelas lima uda bisa masuk acara ginian."

Aku tak menanggapi Kak Dino dan langsung melesat ke kamar mandi. Acara dimulai siang ini, Ibu dan Ayah sudah menyisihkan waktu dari pekerjaan mereka untuk menyaksikan penampilanku hari ini. Aku sangat sangat menanti hari ini! Aku akan memberikan penampilan terbaikku!

Pssh! I'm a Fudan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang