Last Breathe

5.3K 538 159
                                    

Waktu terus bergulir, selama kaki masih terpijak di bumi. Selaksa perasaan menjadi salah satu alasan dimana dia masih tetap bertahan. Ketika hidupnya benar-benar hanya tertinggal kesunyian. Berkelana sendirian mengarungi arus waktu tanpa perhatian. Maka tersisalah sesudut hatinya yang hampa masih dalam penantian. Akan kedatangan sosok penenang yang selama ini menjadi lilin kehidupan.

Disinilah sekarang Jungkook berakhir. Dalam bangunan besar yang ia huni sendirian. Tiap hari adalah waktu indah dalam penantian. Setiap menit dalam tarikan nafasnya hanya demi satu nama. Seseorang yang selalu ia harapkan kemunculannya.

Hyung, sedang apa? Aku merindukan mu, boleh ku telpon?

Bunyi pesan yang Jungkook ketikkan di layar ponsel pribadinya pemberian Taehyung. Sejak awal ponsel itu hanya menjadi satu-satunya media penyambung komunikasi Jungkook dengan Tuan yang amat dicintainya.

Satu menit berlalu, Jungkook masih bisa tersenyum. Bisa jadi Taehyung belum menyentuh ponselnya. Dua menit ia pun sabar sampai akhirnya waktu terus bergerak satu jam kemudian.

“Kau pasti sangat sibuk, aku lapar dan aku ingin makan malam dengan mu,” Keluh Jungkook menatap layar ponsel nya yang terdiam tenang.

Begitulah kehidupan Jungkook berikutnya. Sendirian di rumah itu tanpa ada teman. Bukan karena Taehyung kejam. Tapi sejak awal Taehyung sudah memberikan dia maid di rumahnya untuk ikut bersama dengan Jungkook di rumah barunya. Membantu Jungkook mengurus rumah dan juga dirinya.

Tapi di pertengahan waktu, Jungkook meminta maid itu kembali ke rumah Taehyung. Jungkook rasa dirinya tidak harus di urus. Apalagi sampai dua maid. Mereka menolak karena itu bukan perintah Taehyung. Bukan karena mereka tidak menghargai eksistensi Jungkook. Hanya saja, mereka tidak yakin bocah itu bisa mengurus dirinya sendiri.

Sayangnya, yang namanya Park Jungkook itu tidak pernah mau mendengarkan pendapat orang lain. Jungkook mengusir kedua maid itu dari rumahnya dan meminta mereka kembali ke rumah Taehyung. Apa boleh buat, para maid yang bersamanya mau tidak mau harus kembali ke rumah utama keluarga Kim.

.
.
.
.
.
.
.

Bukan karena dia banyak kerjaan atau dia sibuk dengan rutinitasnya, Taehyung memang sengaja mengabaikan pesan Jungkook. Taehyung telah membacanya sejak awal Jungkook mengirimkannya. Bukan hanya satu pesan yang Taehyung abaikan. Mungkin ada ratusan pesan dari Jungkook dalam sehari yang Taehyung acuhkan.

Taehyung menghela nafasnya. Tidak mengerti dengan jalan pikiran anak itu. Ia pikir dengan memasukkannya dalam salah satu universitas ternama di Seoul dan mencukupi semua kebutuhannya, akan membuat Jungkook bebas. Tapi sepertinya Taehyung memang belum memahami betul bagaimana Jungkooknnya.

“Kenapa dia susah sekali di atur,” Tukas Taehyung, memandang deretan pesan Jungkook yang ada dalam layar ponselnya. Hanya sebatas dilihat saja. Tak ada hasrat untuk membalas.

Sudah cukup sabar Taehyung menghadapi tingkah Jungkook yang semakin lama semakin keterlaluan. Sering mengganggu waktu sibuk Taehyung dengan pesan-pesan spam. Mengatakan jika ia sangat merindukan Taehyung dan ingin sesekali Taehyung menjenguknya.

Taehyung pikir itu hanya satu atau dua hari. Karena seperti halnya anak yang keluar dari rumah orang tuanya untuk merantau, perasaan homesick yang Jungkook alami pasti hanya akan berlangsung tak lebih dari semingu. Awalnya Taehyung sabar, tapi ini sudah lebih dari tiga bulan dan Jungkook masih bersikap sama. Bagi Taehyung itu sangat keterlaluan.

Puncak kemarahan Taehyung adalah ketika Jungkook meminta dua maid yang bersamanya pulang ke rumah Taehyung. Apa maksud dari tindakan Jungkook. Apakah dia sedang mengajukan protes pada Taehyung, agar Taehyung datang ke rumah nya. Tidak, Taehyung sudah bertekad untuk memandirikan seorang Park Jungkook.

ANGEL LOVE VAIN ( VKOOK / YAOI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang