BAB 16 - Ingatan

Începe de la început
                                    

Mereka mulai menyusun satu persatu kepingan puzzle yang mereka kumpulkan, seraya berusaha menguak segalanya tentang Holder, dunia magis, ruh, makhluk mitos, benda-benda sihir, dan juga tujuan Oracle sebenarnya.

Menurut cerita Arvis dan Brian yang telah menyusup ke organisasi biadab itu, tujuan utama Oracle adalah memusnahkan peti Curmudgeon, mendapatkan kekuatan Carina, mendapatkan buku milik Solena, dan juga bereksperimen dengan tubuh manusia agar mereka bisa menjadi seperti Holder. Entah apa sebenarnya maksud dan tujuan mereka melakukan semua itu, yang jelas mereka tak bisa dibiarkan karena telah menyerang Holder dan pulau Misty berkali-kali.

Hal yang bisa membantu mereka saat ini hanyalah para ruh kuno yang tinggal di hutan kabut yang kini menjadi ruh yang menjaga tuan mereka, yaitu Carina. Dan juga ingatan Carina.

Menurut ramalan Brian, Carina adalah kunci dari semua misteri yang saat ini tak mampu terpecahkan, oleh karena itu mereka harus mengembalikan kekuatan serta ingatan gadis itu agar semuanya menjadi lebih jelas dan berkesinambungan.

Basic Brian adalah, ramalan. Ia bisa meramal seseorang atau kejadian besar yang akan melibatkan orang-orang di sekitarnya. Seperti saat ini, ia melihat akan ada sesuatu yang buruk terjadi di masa depan akibat ulah Oracle. Oleh karena itu ia membutuhkan banyak informasi dari Oracle dan akhirnya menyusup ke organisasi itu bersama Arvis dua tahun yang lalu.

"Kau... tak keberatan soal ini kan?" Alvis menatap ragu pada saudara kembarnya.

"Sejujurnya aku keberatan. Karena kalau Carina mengingat semuanya ia pasti akan mengingat semua kenangan buruknya, dan juga tentang dirimu. Dan aku tak mengharapkan hal itu terjadi." Jawabnya dengan wajah serius menatap Alvis. Tapi, sesaat kemudian ia mendesah pasrah dan melanjutkan kalimatnya,

"Tapi, aku tak bisa egois seperti itu. Ia harus mendapatkan kekuatannya kembali demi melindungi dirinya sendiri. Oracle juga mulai bergerak mengincarnya, dan ia membutuhkan kekuatannya untuk melawan mereka."

"Sudah kutegaskan sebelumnya. Carina masihlah kekasihku, Arvis! Jangan bicara seolah-olah Carina adalah milikmu!" Alvis menatap tajam pada Arvis dengan emosi yang hampir menguasainya.

"Kau telah menyia-nyiakannya dulu. Kau lupa?" Balasnya sarkas.

Brak!

Alvis kehilangan kesabarannya dan menggebrak meja di hadapannya. "Kau..."

"Ok! Cukup!" Jiho berdiri dan berbicara menghentikan pertikaian yang baru saja akan dimulai itu, "Biar Carina sendiri yang menentukannya. Kalian tak berhak memperebutkan seseorang yang bahkan tak mengerti situasi sesungguhnya."

"Baiklah, aku tak ikut-ikutan kalau tentang urusan yang satu ini. Itu masalah kalian. Aku tak mau terlibat dalam kisah cinta segitiga sama sisi kalian." Brian bangun dari duduknya lalu pergi bersama Sera, Ashley, dan Simon. Simon bersedia menunjukkan kamar kosong yang bisa di pakai di asrama ini.

"Aku ikut!" Elena buru-buru berdiri lalu mengejar Simon.

"Elena tunggu!" Robert mengejarnya tanpa memperdulikan teman-temannya.

"Ayo Jane kita pergi. Kita tak boleh ikut campur." Zeno menarik lengan kekasihnya lalu pergi.

"Kita juga harus pergi." Ucap Daniel dengan wajah masam pada Samuel, Kenta, Dave, dan Justin.

"Sabar Niel, kau pasti akan mendapatkan gadis seperti Carina di luar sana." Kenta menepuk pundak sahabatnya, ia tahu kalau Daniel patah hati.

Jiho berkedip cepat saat tahu satu persatu penghuni asrama meninggalkannya bersama dua kakak beradik ini.

"A-aku juga ada urusan. Kalau begitu... selesaikan sendiri urusan kalian." Ucap Jiho dengan suasana super canggung lalu buru-buru pergi.

***

Carina terbangun di kamar lamanya. Kamar itu sangat tampak asing di matanya saat ini.

Ia menatap sekeliling kamar dengan wajah bingung, dan menemukan Milo yang tidur meringkuk di lantai dekat kasurnya.

"Bukankah itu kucing yang dibawa Alvis dan Jiho?" Gumamnya lalu turun dari kasur.

Perlahan ia menuju sebuah meja saat melihat benda mungil berwarna warni di atasnya. "Rubik? Lucu sekali."

Entah kenapa ia sangat menyukai benda itu lalu memainkannya.

Deg!

Sekelebatan ingatan tiba-tiba muncul di ingatannya. Ingatan saat seorang anak kecil tertawa bersamanya saat memainkan rubik.

Carina meraba pelipisnya dan memijitnya pelan, "A-apa itu tadi?"

"Kau melihat sesuatu di ingatanmu?" Entah sejak kapan Milo tiba-tiba berada di sebelah Carina dan mulai berbicara.

Brak!

Carina terlonjak kaget dan terjatuh di lantai, rubik yang ia pegang kini terjatuh menggelinding tak jauh dari kucing di hadapannya.

Carina menoleh kesana kemari mencari-cari asal suara tersebut tapi tak menemukannya. Kemudian ia kembali beralih menatap Milo, "K-kau... bi-bicara?!"

Milo menyeringai dengan wujud kucingnya, "Apa yang kau lihat barusan? Beritahu aku."

"Kau kan kucing!" Balas Carina melotot kaget seraya menggeleng kuat-kuat, "Tak mungkin kau bisa bicara!"

"Tapi, aku saat ini berbicara padamu." Milo mulai mendekati Carina yang malah beringsut mundur.

"Stop! Jangan mendekat!" Serunya ketakutan.

Milo tak memperdulikan teriakan Carina dan malah semakin mendekatinya hingga kemudian ia melompat ke pundak Carina.

"Apa yang kau takutkan sebenarnya? Aku penjagamu." Milo menjelaskan.

Carina menutup matanya rapat-rapat selama beberapa saat. Ia kembali memberanikan diri setelah mendengar perkataan Milo di sisinya. "A-apa? Penjagaku?"

"Iya aku penjagamu." Milo kembali meyakinkan Carina.

"K-kau itu sebenarnya apa? Kau makhluk apa? Tak mungkin kucing bisa berbicara!"

"Aku adalah roh. Wujud kucing ini hanyalah wujudku saat berada di hadapan manusia." Jawab Milo membuat Carina kembali terdiam karena terkejut.

"Jadi, apa yang kau lihat tadi? Kau pasti telah melihat sesuatu di ingatanmu." Ulang Milo masih menanyakan hal yang sama seperti sebelumnya.

Carina menatap Milo yang kini turun dan berdiri di hadapannya. "Aku melihat anak kecil memainkan benda itu. Kurasa aku juga ada di sana."

"Kalau kau mau, aku bisa menunjukkanmu lebih banyak."

"Benarkah? Bagaimana caranya?"

"Mendekatlah ke arahku." Pinta Milo pada Carina.

Carina tak menuruti permintaan Milo, melainkan malah mengangkat Milo dan mendekatkan wajahnya pada wajah Milo. "Sekarang apa?"

"Lebih dekat lagi, majukan kepalamu."

Carina memajukan keningnya hingga menempel di kening Milo, "Seperti ini?"

Milo tak menjawab dan malah menggunakan sihirnya sehingga Carina langsung melihat kilasan-kilasan kejadian seperti film yang sedang diputar.

"A-apa ini?" Carina mulai gelisah ketika wajah-wajah tak dikenal muncul di begitu saja di kepalanya.

"H-hentikan." Pinta Carina ketika ia mulai melihat ingatan-ingatan yang membuatnya gelisah dan takut.

Milo masih terus memperlihatkannya hingga saat kejadian Oracle membantai habis keluarganya, Carina mulai berteriak ketakutan. Ia berusaha melepaskan diri dari Milo tapi tak bisa.

"Hentikan!" Teriaknya seraya terisak hebat. "Kumohon... hentikan..."

Grep!

Seseorang menarik tubuh Carina sehingga Milo menghentikan aksinya.

"Apa yang kau lakukan?!" Suara Alvis menggelegar di seluruh penjuru kamar. Ia langsung memeluk tubuh Carina yang gemetaran dan terisak hebat.

***

HOLDER : Elsewhere (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum