DRETARASTRA -yang terlahir buta

Start from the beginning
                                    

Duryudhana putra pertama Dretarasta berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta Kerajaan Kuru di Hastinapura. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, namun ia harus bersikap adil terhadap Yudistira, yang lebih tua daripada Duryudhana.

Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryudhana dan merencanakan pembunuhan terhadap pandawa.

Setelah melalui proses yang rumit dan panjang akhirnya terjadi perundingan, dan atas saran Bisma, Kerajaan Kuru dibagi dua. Wilayah Hastinapura diberikan kepada Duryudhana sedangkan Yudistira diberikan wilayah yang kering, miskin dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta.

Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu Kresna dan Baladewa, mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai Indraprastha.

Dretarastra adalah salah satu dari beberapa sesepuh Wangsa Kuru yang hadir menyaksikan permainan dadu antara Duryudhana, Dursasana, dan Karna yang diwaklili oleh Sangkuni, melawan Pandawa yang diwakili Yudistira.

Yudistira kehilangan segala kekayaannya dalam permainan dadu tersebut, termasuk kehilangan saudara dan istrinya. Saat Drupadi berusaha ditelanjangi di depan para hadirin dalam balairung permainan dadu, Dretarastra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia tidak melarang tindakan Dursasana yang hendak melepaskan pakaian Dropadi.

Setelah usaha Dursasana untuk menelanjangi Drupadi tidak berhasil, Bima bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Kemudian Dretarastra merasakan firasat buruk bahwa keturunannya akan binasa. Atas saran dan permintaan istrinya Gandari, Ia segera membuat suatu kebijakan, agar segala harta Yudistira yang akan menjadi milik Duryudhana segera dikembalikan. Ia juga menyuruh agar Yudistira dan saudaranya segera pulang segera ke Indraprastha.

Namun, karena bujukan Duryudhana dan Sangkuni, permainan dadu diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Kali ini taruhannya bukan harta, melainkan siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu diperbolehkan untuk kembali ke kerajaannya.

Yudistira pun tidak menolak dengan harapan akan memperoleh kemenangan, namun keberuntungan tidak memihak Yudistira. Akhirnya, Yudistira beserta istri dan saudara-saudaranya mengasingkan diri ke hutan dan meninggalkan kerajaan mereka.

Saat Pandawa meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat Drupadi berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.

Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama Sanjaya. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera Widura , yaitu adik tiri Dretarastra.

Sanjaya diberi anugerah oleh Resi Byasa agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter perang di Kurukshetra bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud Wiswarupa dari Sri Kresna menjelang pertempuran di Kurukshetra berlangsung.

Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putra-putranya, ia selalu bertanya kepada Sanjaya mengenai keadaan di medan Kuru atau Kurukshetra. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh Arjuna dan Bima.

Sanjaya juga berkata bahwa apabila Kresna dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas.

Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera- puteranya, namun Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam pertempuran di Kurukshetra.

Pada akhir pertempuran, Dretarastra menahan rasa duka dan kemarahannya atas kematian seratus putranya. Saat ia bertemu para Pandawa yang meminta restunya karena mereka menjadi pewaris tahta, ia memeluk mereka satu persatu.

Ketika tiba giliran Bima, pikiran jahat merasuki Dretarastra dan rasa dendamnya muncul kepada Bima atas kematian putera-puteranya, terutama Duryudhana dan Dursasana. Kresna tahu bahwa meskipun Dretarastra buta, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seratus gajah. Maka dengan cepat Kresna menggeser Bima dan menggantinya dengan sebuah patung menyerupai Bima. Pada saat itu juga Dretarastra menghancurkan patung tersebut sampai menjadi debu. Akhirnya Bima selamat dan Dretarastra mulai mengubah perasaannya serta memberikan anugerahnya kepada Pandawa.

Setelah pertempuran besar di Kurukshetra berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Indraprastha sekaligus Hastinapura. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja Hastinapura masih dipegang oleh Dretarastra.

Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama Gandari , Widura, Sanjaya, dan Kunti. Di dalam hutan di Himalaya , mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.

Kisah Tokoh Tokoh MAHABHARATAWhere stories live. Discover now