✨ Lima Belas • Aku, Kamu✨

1.4K 239 8
                                        

Matahari sudah banyak masuk ke celah-celah tirai berwarna Pink milik Arum tapi Arum tetap nyaman dengan selimut dan guling yang terjepit di antara kedua kakinya. Semakin menggeliat tapi justru semakin menyamankan posisi tidurnya.

Sampai akhirnya ibunya masuk dan membuka tirai kamar Arum yang menimbulkan suara sampai membangunkan Arum dari tidurnya.

Sekali lagi Arum menggeliat dan kali ini dengan susah payah, Arum membuka kelopak matanya yang masih terasa lengket. Menguceknya dan mempertajam pandangannya yang belum 100% jelas.

"Bu? Sekarang jam berapa?"

"Sekarang jam 6.10, kamu kok tumben belum siap-siap? Kamu libur?" Tanya ibunya sambil mengikat tirai di pinggiran tralis.

"Ha? Kok ibu nggak bangunin Arum dari tadi sih? Kan Arum ada jam ke-0 olahraga, bu! Arum ada tes basket!"

"Ya mana ibu tau kamu ada jam ke-0 hari ini, sayang. Kan biasanya-" belum selesai ibunya menyelesaikan kata-katanya, Arum sudah menyibak selimutnya dan langsung berlari ke kamar mandi.

Dengan seragam olahraga yang sudah rapi dan kunciran ponitail yang tinggi, Arum mencomot roti yang sudah di olesi selai oleh ibunya, meminum susunya hanya seteguk dan langsung berlari ke arah ibunya yang masih sibuk mengolesi roti untuk berpamitan.

"Kamu ini makanya bilang dong sama ibu kalau ada jam ke-0, kan ibu bisa bangunin tadi."

"Udah ya bu, Arum berangkat dulu. Nanti pulang sekolah kita tengokin ayah! Bye, assalamualaikum!" Ucap Arum cepat sambil mencium punggung tangan ibunya sekilas lalu berlari keluar rumah.

Ibunya hanya menggeleng pelan melihat kelakuan anak semata wayangnya sambil sedikit berteriak, "Hati-hati sayang! Wa'alaikum salam."

Selagi Arum sedang mencoba mengeluarkan motor matic nya dari garasi. Tiba-tiba suara klakson mobil yamg berasal dari depan rumahnya mengagetkannya.

Tentu saja Arum lantas menoleh, memeriksa siapa orang yang membuat gaduh pagi-pagi begini.

Arum terkejut sambil mengerutkan dahinya, melihat Leon yang sedang berdiri menyandar pada mobil sportnya sambil memegang kuncinya yang dia tunjukkan pada Arum.

"Mau..nggak telat? Ayo berangkat sama aku!"

Ucapan Leon semakin membuat Arum terbingung-bingung dibuatnya.

"Kalo kamu kelamaan bengong gitu, kita bakal tambah telat nih!"

Arum masih terdiam, sampai akhirnya mungkin Leon gemas karena Arum tak kunjung menghampirinya. Dia langsung masuk menerobos pagar rumah Arum dan menggandeng tangan Arum lembut.

"Ayo berangkat! Kamu nggak mau telat kan?" Kali ini pertanyaan Leon membuat Arum mengangguk pelan dan Arum mengikuti langkah Leon dari belakang.

Di dalam mobil, entah kenapa Leon jadi cerewet dan banyak tanya seperti ini. Bahkan Arum daritadi belum mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

"Kamu kok diem ajasih?! Jadi tiba-tiba bisu? Kamu ada tes basket kan? Kamu kesiangan gara-gara mimpiin aku ya?" Tebakan asal ala Leon membuat Arum membelalakkan matanya seketika.

Leon terkekeh pelan menatap Arum sekilas lalu fokus kembali pada jalanan di depannya, "Jadi bener, kamu mimpiin aku tadi malam?"

"Ng-nggak!" Sergah Arum cepat dan membuang pandangannya ke luar jendela. Pipinya memanas dan otaknya berpikir dengan keras. Apa kejadian tadi malam itu hanya mimpi? Tidak mungkin! Bahkan sikap Leon masih sama, pasti bukan mimpi.
"Nanti kalo aku ke parkiran, kamu langsung lari ke lapangan aja daripada di marahin pak Totok." Ucapan Leon hanya dibalas anggukan pelan dari Arum.

A.R.U.M | JUNGRIWhere stories live. Discover now