#6 --Keputusan Owner Prospek

Mulai dari awal
                                    

"Kamu berani memarahi saya?"

"Hah?" Rani melongo

"Pantesan Evan memecat kamu"

"Apa??!!"

"Sudah-sudah. Ini laptop ngerestart terus dari tadi. Muter terus seperti cara bicara kamu. Troubleshooting saja tidak bisa, ngakunya lulusan TI. Kuliah kamu dulu nyogok ya?"

"Bapak boleh menghina saya. Tapi tolong jangan memandang rendah kuliah saya. Saya kuliah dengan penuh perjuangan. Ibu saya banting tulang di kampung untuk membiayai kuliah saya. Saya pun bekerja untuk biaya hidup saat kuliah" Rani benar-benar geram.

"Saya memang tidak sekaya Anda. Saya terlahir bukan dari keluarga berada. Tapi ibu saya tidak pernah mengajari saya untuk menyuap, menyogok ataupun bicara tidak sopan dengan siapapun. Beliau sangat menyayangi saya. Kalau anda memang tidak percaya dengan kemampuan saya, Anda bisa mencari teknisi lain, tanpa harus menghina keluarga saya. Permisi" tumpah sudah air matanya di depan Marvin.

"Ran..." Tidak ada jawaban dari sang pemilik nama.

_____________
"Minta nomer handphone nya Rani"

"What?? Ada angin apa nih? Seorang direktur yang angkuh, sombong dingin minta nomer hape bawahannya.. jangan jangaann....."

"Lisa saya serius"

"Bentar ya aku telpon Rani dulu. Boleh apa nggak ngasih nomernya ke kamu" Lisa menjawab dengan sedikit nada mengejek.

"LISA!!!"

"Iya. Iya. " Lisa membuka hp nya mengambil kertas dan menulis sebaris beberapa angka.

"Nih" sambil menyerahkan kertas itu ke Marvin "Makanya, punya mulut itu dijaga"

"Makasih"

_____________________

"Sudah beres pak. Bapak sudah bisa memakainya kembali"

"Kamu yakin kan laptop saya nggak tambah rusak setelah kamu betulkan?"

"Kalau bapak tidak percaya kenapa tadi tidak dibawa ke tukang servis saja. Dites saja dulu pak"

Marvin mencoba laptopnya. Dan ya, laptop kembali normal seperti semua.

"Terimakasih. kalau boleh tahu tadi kamu apakan?"

"Banyak debu menumpuk di dalam. Jadi sedikit saya bersihkan tadi. Prosesornya juga panas, kurang istirahat. Dan ada virus yang menyerang juga. Tapi sudah saya bersihkan dan saya update antivirusnya"

Marvin manggut-manggut mendengar penjelasan Rani. Lumaya juga, batin Marvin. "Ya sudah. Kamu lanjutkan pekerjaan kamu"

*****

Tok..tok...tok...

"Ya, masuk"

"Barusan Pak Fikri telpon, beliau mau ke sini. Rapat mendadak katanya"

"Apa?? Kenapa mendadak begini?"

"Seenak dia laah.. kamu ga suka?"

"Ya bukan begitu, tumben saja beliau ke sini mendadak sekali"

"Mau rapat katanya!"

"Rapat? Apa yang perlu dirapatkan?"

"Entah lah, mungkin beliau kurang puas dengan kinerja direktur yang memimpin perusahaannya sekarang"

Yang Terakhir ✔ ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang