🧸Diary Nikah Muda. 31

Start from the beginning
                                    

"Iya, Pakde." Saras tersenyum santun. "Tapi nganu, dia ini bukan pacar saya." Bagas memutar bola mata mendengar Saras meralat hubungan mereka.

"Bagas, kamu buka dulu kemeja kamu."

"Buat apaan?"

"Olesin ini di badan kamu."

"Gue bisa sendiri kali." Bagas merampas minyak kayu putih dari Saras. Ia sudah mengusapkan ke leher dan perutnya tersisa bagian punggung. Saras hanya diam memperhatikan saat Bagas kesusahan mengoleskan ke punggung.

"Ck, aelah!" gerutuan kesal mulai terlantar dari mulut Bagas. Ia melirik Saras dengan wajah sebal. "Bantuin kek."

"Loh tapi tadi-"

"Buruan, orang lagi kesusahan lo diam aja. Gimana sih." Bagas tahu-tahu sudah membuka kemejanya, menyisakan kaos hitam lalu duduk membelakangi Saras.

Bagas itu aneh, tadi Saras menawarkan diri ditolak, giliran diikuti maunya malah marah. Saras heran ini yang hamil dia tapi yang moodnya acak adul malah Bagas.

Tangannya mulai menyapu punggung Bagas dengan minyak, ia agak sungkan harus menyentuh tubuh Bagas. Bahkan punggung Bagas lebih lembut dari tangannya sendiri yang keseringan dipakai bekerja. Rasa penasaran menggelitiknya, entah roh halus dari mana yang membisikinya dorongan untuk mengintip punggung Bagas. Saras diam-diam mengambil kesempatan menyingkap kaos Bagas lebih ke atas kaos Bagas. Berpikir cowok itu tak akan sadar.

Sungguh, mata Saras langsung segar lagi setelah menempuh perjalanan jauh ketika melihat punggung putih mulus Bagas, ada beberapa tahi lalat di sana. Tapi itu poin bagusnya, Bagas tidak punya cacat sedikit pun di tubuhnya.

Terlalu lama diam mengagumi punggung Bagas, ia tak sadar kalau tangannya ikut berhenti. Sang pemilik tubuh menangkap tangannya, Bagas menolehkan kepalanya.

"Lo ngapain?"

"Eh! Engh... Ndak kok, ini aku lagi elusin, eh ngolesin," belum rampung alasan yang dibuatnya, Bagas sudah keburu mengubah posisi menghadapkan tubuh ke arahnya. Tangannya masih juga digenggam oleh Bagas.

Alis Bagas terangkat sebelah, meneliti wajah gugup Saras karena ketahuan tengah memandangi punggungnya dalam waktu yang lama.

"Sar, lo..."

Saras menelan ludah gugup. Menunggu tuduhan apalagi yang akan Bagas dakwakan padanya.

"Lo nafsu sama gue ya?"

"Ya? Nafsu?" kening Saras berkerut bingung. Ia pikir Bagas akan menuduhnya jatuh cinta pada Bagas, tapi yang Bagas tuduhkan jauh dari dugaannya. Cowok itu menyunggingkan senyum jahil.

"Gue paham sih, biasanya kalo lagi hamil gitu emang hormon estrogen lagi tinggi-tingginya. Lo pasti udah berusaha keras nahan gejolak nafsu itu kan setiap bareng gue?"

"Demi Tuhan, Gas, aku enggak-"

"Sthh!" Bagas memotong lebih dulu. Mengangguk-anggukan kepala seolah ia pengertian. "Gue paham Sar, emang susah sih punya suami cakep gini kan? Jangankan setelah hamil, sebelum hamil lo juga pasti pernah tertarik ke gue kan? Gue paham jadi lo nggak usah jelasin apapun. Setengah cewek di sekolah pernah naksir gue, jadi gue heran kalo lo juga."

Pasti tahu gimana ekspresi Saras saat ini. Ia melongo melihat kepercayaan diri Bagas yang kelewat batas. Saras ngaku memang terkesima oleh punggung Bagas tapi nggak yang sampai tahap nafsu!

"Gas, jujur aku emang nafsu banget."

Giliran Bagas yang dibikin kaget, cewek semurni Saras berani ngomong begitu padanya?

Diary Nikah MudaWhere stories live. Discover now