3 | Hukuman Untuk Shia

297 18 4
                                    

Selama ini saat Barnes tidur, setiap tengah malam Zack akan mengecek keadaan tuannya. Memastikan tidur dengan tenang dan dalam kondisi baik. Ini berlaku untuk semua asisten yang melayani tuannya masing-masing di mansion Forsey.

Orang-orang yang bekerja pada klan Forsey sudah disumpah dengan jaminan nyawa agar tetap setia pada tuannya. Walau begitu akan tetap ada spesies manusia gelap mata yang akan berubah menjadi pengkhianat. Forsey tidak dapat mengendalikan siapa yang akan berkhianat dan siapa yang tidak. Jadi, Forsey hanya bisa mengawasi dan mengantisipasi.

Shia juga melakukan hal yang sama dengan Zack. Tengah malam dia terjaga, lalu pergi ke kamar Barnes untuk melihat kondisi tuannya. Barnes tengah tertidur, tetapi terlihat tidak nyaman. Shia lebih mendekat dan mengamati, lalu menyadari kalau ada yang salah dengan situasi Barnes.

Barnes seperti orang yang mengigil kedinginan walau dia memakai selimut tebal sampai batas leher. Wajahnya jauh lebih pucat dari biasanya dengan bulir keringat yang memenuhi dahi, pelipis, hingga lehernya. Shia meletakan tangannya di dahi Barnes tidak peduli dia sedang tidak memakai sarung tangan.

Kalau Barnes sedang terjaga dan dalam kondisi prima, dia pasti akan menampar Shia saat ini juga karena terlalu lancang menyentuhnya.

"Tuan." Shia berbisik mencoba membangunkan, tetapi Barnes tidak menggubris. "Tuan, Anda demam."

Shia menepuk pelan pipi Barnes hingga pria itu pada akhirnya membuka mata. Barnes terlihat linglung. "Tuan, Anda demam. Saya akan memanggilkan dokter mansion."

Jarak mansion ke rumah sakit cukup jauh. Karena mansion utama Forsey tidak kekurangan lahan, jadi tidak sulit untuk mendirikan klinik darurat dengan fasilitas yang lengkap. Ada beberapa dokter dan perawat yang ditugaskan di sana.

Shia memanggil dokter menggunakan monitor miliknya. Tidak lama kemudian dokter datang dan langsung memeriksa Barnes yang sejak membuka mata terus diam. Jika sedang sakit, Barnes bukan tipe orang yang akan berubah manja, dia hanya akan terus diam. Namun, karena sifat asli Barnes yang pendiam dan tidak banyak bicara, jadi situasi ini tidak begitu mengejutkan.

"Jangan khawatir, ini hanya demam sesaat karena lengan Tuan Barnes terluka. Ini akan segera membaik."

Shia bertanya cepat, "Tidak perlu dibawa ke rumah sakit?"

Dokter menggeleng. "Tidak, saya sudah memberi Tuan obat penurun panas dan vitamin."

Shia mengangguk mengerti. Kemudian dokter itu pergi setelah menunduk sopan pada Barnes. Shia menghampiri Barnes. "Apa ada yang Tuan perlukan saat ini?"

Barnes menyorot Shia dengan mata sayunya yang tetap terlihat menakutkan hanya beberapa detik, lalu dia kembali memalingkan wajah.

Shia tercengang. Dia mengerjap. Bukankah kepeduliannya barusan tidak dihargai sama sekali? Walau begitu Shia tidak mendadak merasa enggan. Mau bagaimana pun Barnes adalah tuannya.

Shia meraih remot lalu menaikan suhu pendingin ruangan agar tidak terlalu dingin. Kemudian mengambil handuk kecil untuk menyeka wajah Barnes yang tadi berkeringat. Tenang saja, dia sudah mengantongi beberapa sarung tangan di sakunya.

"Apa yang kamu lakukan?" Barnes memberinya tatapan tajam ketika Shia tiba-tiba duduk di sisi ranjangnya. "Jaga jarakmu dasar wanita!"

'Sedang sakit pun masih begitu garang, eh?' Shia membatin geli.

Shia tersenyum. Hal yang membuat Barnes menjadi salah fokus karena jarak mereka yang dekat, dia bisa melihat kalau Shia memiliki senyum yang menggoda. Bibir merahnya begitu ranum dengan bentuk yang sempurna.

Barnes mengepalkan tangannya. Apa yang baru saja dia pikirkan? Shia itu wanita! Wanita sialan, oke?

"Saya akan menyeka keringat, Tuan. Agar tidur lebih pulas, sebaiknya kondisi tubuh juga dalam kondisi nyaman."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The MisogynistWhere stories live. Discover now