Prologue

645 30 21
                                    

Baragaki

Hari ini aku berdiri,
Berbalut konflik,
Diselimuti badai,
Menggenggam belati.

Aku adalah pria berduri,
Berpacu dengan detak jantungku sendiri,
Berpeluh dan membatin,
"Kapan kita akan dipertemukan kembali?"

Napas kami berderu,
Saling mencari,
Meratapi satu sama lain,
Meminta ampun tapi tak mengampuni.

Kau berdiri di sana,
Saat sang surya merana.
Kau yang rapuh,
Kau yang dikhianati waktu.

Mendekatlah,
Aku bukan binatang buas.
Lihat aku,
Akui keberadaanku.

Tak ada yang musnah,
Tak ada yang berubah.
Ingatanku akan kamu kekal di dalam sini.
Rasa itu tak pernah layu.

Sentuh aku,
Dan jangan pergi terlalu jauh.
Aku tidak tidur,
Tubuhku tak terbujur kaku.

Benamkan hatimu di hidupku.
Buang kekhawatiranmu jauh-jauh.
Bawa Muramasha-ku pergi,
Sebagaimana kau membawaku pulang ke pelukanmu.

Sadist

Ini aku,
Lelaki yang melumat jantungmu.
Lelaki yang memacu adrenalinmu.
Lelaki yang pernah singgah di dalam kegelisahanmu.

Aku kenyataan pahitmu,
Yang memaksa untuk bersanding denganmu.
Aku yang menoreh luka pada batinmu,
Aku yang membenahimu dari mimpi-mimpi burukmu.

Jangan takut,
Karena aku bukanlah ilusi.
Jangan bimbang,
Karena aku bukanlah biola tak berdawai.

Aku menolak melintasi waktu,
Hanya untuk bicara denganmu.
Tubuhku tak lagi memiliki ritme,
Karena kamu hadir tanpa diminta.

Tubuhku tak lagi bertulang,
Sejak aku memilih untuk kau simpan.
Tak ada lagi air mata,
Sejak kau peluk aku di tengah hujan.

Apakah kau sadar,
Bahwa kau telah merusak panca inderaku?
Apakah kau pernah berpikir,
Aku yang mengobati luka-lukamu?

Izinkan aku untuk menggengam jiwamu,
Menghormati ragamu,
Mengagumi sifatmu,
Untuk aku bawa mati suatu saat nanti.

Shiroyasha

Apakah kamu percaya,
Bahwa aku rela membelah langit,
Dan meledakkan gugusan bintang,
Hanya untuk mencarimu di sana?

Apakah kamu pernah merasa,
Takut akan kehilangan?
Bagaikan tenggelam di tengah samudra,
Sendirian, beku, dan merana?

Kau hadir tanpa peringatan.
Memelukku yang bersimbah darah,
Selagi aku mencoba mengatur napas,
Mencoba hidup untuk melihat sesuatu yang berharga?

Apakah kau sadar,
Bahwa kau adalah perempuan terhormat,
Yang aku agung-agungkan?
Yang aku lindungi mati-matian?

Tak ada sesal,
Tak ada dendam.
Ini aku,
Lelaki yang selama ini kau tunggu.

Berhentilah sejenak,
Bernapaslah bersamaku.
Temukan aku,
Karena aku sudah menemukanmu.

Apakah kau tahu,
Kalau sorot matamu kerap menghujam jantungku?
Semua ini terjadi karena kabut putih yang kau lihat di malam hari,
Adalah bagian dari doamu tanpa kau sadari.

ListenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang