🧸Diary Nikah Muda. 2o

Začít od začátku
                                    

"Sar lo ngapain?!" Fani agak shock karena temannya itu mendadak berjalan ke arah meja Bagas dan Virgo. Mana di sana ada Ilham dan Damar juga.

Keempatnya jadi memandangi Saras.

Saras berhenti tepat di hadapan Bagas, dengan wajah berani tak kenal malu, ia menyodorkan kotak bekal tadi pada Bagas.

"Bagas, aku tahu kamu yang beliin aku sepatu baru ini. Walau kamu ndak bilang aku tetap mau berterima kasih dan membalas dengan makan siang yang aku siapin buat kamu."

Suara Saras lantang, keberaniannya cukup untuk membungkam keempat cowok di depannya.

"Lo beliin dia sepatu, Gas?" Damar agak meragukan pernyataan Saras.

Yang ditanya juga nggak jawab. Bagas tidak mengira jika Saras tidak tahu malu mengatakan perihal sepatu ini di depan teman-temannya. Ia berharap Saras melakukan ini di rumah saja ketika hanya ada mereka berdua.

"Ehem, ehem, asik dapat bekal makan siang nih dari istri. Duh jadi pengin punya istri juga, yuk Fan lulus kita langsung gas ke pelaminan aja," goda Virgo, ada kesempatan dikit langsung merayu Fani.

Fani melipat tangan di depan dada, ia geleng-geleng kepala tanda tak tertarik.

"Bagas, kok kamu diam aja? Kamu nggak mau ya nerima makanan dari aku?"

Saras mulai kuatir apa niatnya ini malah bikin Bagas marah ya?

Karena Bagas tak kunjung menerima juga, Saras menurunkan kotak bekalnya, ia bermaksud untuk memakannya saja di kantin jika Bagas menolak.

"Sini," lalu mendadak tangan Bagas terulur padanya. "Virgo makannya banyak, nanti gue kasih dia."

"Y-ya? Maksudnya kamu mau nerima bekal ini Gas?"

"Kesiniin cepat."

Walau atas nama Virgo, Saras sudah cukup senang karena artinya Bagas tetap mau menghargai balasan terima kasihnya.

Ia menyerahkan kotak bekal itu dengan senang hati ke tangan Bagas. Senyum manis di wajahnya terlalu blak-blakan.

"Sekali lagi makasih sepatunya, Gas. Nyaman dan cantik warnanya. Aku suka banget deh, semoga kamu dan Virgo juga suka makanannya ya." lalu sebelum berbalik badan, bisa-bisanya ia segala melambaikan tangan ke Bagas. "Dahhh, Bagas."

Bagas mematung dalam posisi tangan memegang kotak bekal. Virgo sampai memiringkan kepala mengamati wajah sohibnya itu. Dibilang mau senyum tapi nggak juga.

"Gas? Mana sini makanannya buat gue kan?"  tagih Virgo. Ia menganggap serius alasan Bagas tadi.

Ketika tangannya hendak menyentuh kotak bekal itu, Bagas dengan cepat memukul tangannya dengan penggaris besi.

"Aghhh!"

"Ini punya gue, dia masak buat gue kan bukan buat lo, nanti lo gue bagi tapi dikit aja."

Virgo mengusap-ngusap tangannya yang kena pukul penggaris.

"Dasar nggak konsisten, benci mah benci aja kali." Damar melewati meja Bagas, sejak tadi ia muak memperhatikan tingkah Bagas yang mulai melunak ke Saras. "Segala beliin sepatu, lupa lo kalau dia cewek yang udah bikin lo nikah muda, dasar bego!"

Sementara itu Ilham juga berjalan melewati Bagas. Ia melirik Bagas sekilas lalu keluar kelas lebih dulu. Ilham geleng-geleng kepala, meski ada sedikit sensasi terbakar, ia juga tenang karena ternyata Bagas mulai memperlakukan Saras selayaknya teman.

Virgo menyentuh pundak Bagas, tersisa mereka berdua. Ia bisa membaca air muka Bagas yang mendadak suram lagi karena diingatkan oleh Damar.

"Salah nggak sih gue, Go? Harusnya gue nggak nerima bekal dia, apa gue buang aja ya?"

Diary Nikah MudaKde žijí příběhy. Začni objevovat