31

3.5K 406 21
                                    

***Dear my readers makasih banyak masih setia nunggui cerita ini meski slow up...voment kalian berharga banget...kiss kiss

***Warning: Typo

Ava Argani

Gemuruh suara pesawat yang bersiap tinggal landas ikut mengguncang seluruh isi di dadaku, aku selalu suka detik-detik seperti ini saat berda di pesawat. Namun kali ini ada yang terasa lebih istimewa, ada rasa yang membuncah di sana saat tahu bahwa laki-laki dibalik kemudi pesawat ini adalah laki-laki yang sama yang mencintaimu. Rasa bangga, haru, bahagia bercampur jadi satu menciptakan romantisme yang tidak pernah kurasakan seumur hidupku.

"Dia memang cantik banget kalau dilihat langsung kayak gini." Bisik Desi dengan mata yang terus terarah ke bangku depan seberang kami. Sekejap roamantisme yang sedang terangkai indah dalam otakku menguap. Aku menyikutnya pelan dengan ekspresi yang jelas-jelas memintanya untuk tidak membicarakan perempuan itu.

"Beruntung banget si Rama." Bukannya diam, Desi malah menyebut nama Rama dan membuatku melotot tajam ke arahnya. "Gue kan ngomongnya pelan banget." Balasnya membela diri dan membuatku mendesis kesal karena tentu saja volume suaranya masih di angka yang sama.

"Dia bisa saja dengerin kita." Balasku berbisik dengan nada kesal.

"Dia pasti berpikir kita salah satu fans atau netizen yang suka stalking kehidupan dia. Dia pasti udah terbiasa. Jadi bukan masalah deh."

"Ah terserah lo deh." Aku membuang pandanganku ke luar jendela. Kehadiran Ayana yang hanya berjarak beberapa langkah denganku membuat bayangan laki-laki itu kembali hadir. Pikiranku begitu tersita dengan Erick dan juga keluarga Ibu yang baru saja kutemukan sampai-sampai aku lupa dengan sosok Rama. Jujur saja, aku benar-benar melupakannya. Setelah teleponnya terakhir yang dijawab Erick saat itu, ia tidak pernah lagi menghubungiku. Aku juga tidak tahu bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Ayana dan aku juga tidak mau tahu. Tentu saja aku tidak berhak marah pada Rama karena aku menyadari rasaku padanya pun tidak sekuat yang aku bayangkan. Hatiku dengan mudah berubah dan jatuh cinta pada laki-laki yang tidak pernah kubayangkan ada dalam hidupku. Semua rasa ini tidak pernah kurencanakan, semuanya terjadi begitu saja.

"Apa yang bikin lo jatuh cinta sama si kapten?" tanya Desi tiba-tiba seakan-akan dia tahu apa yang ada dalam otakku saat ini.

Aku memutar kepalaku ke arahnya.

"Gue nggak tahu."

"Lah?" dia mengernyit.

"Kalau gue bilang karena dia baik, perhatian, hargain gue....itu terlalu mainstream terlalu biasa."

"Terus?" kejarnya.

"Gue susah ngejelasinnya. Ada hal-hal yang sepertinya susah dinalar oleh kami berdua. Tentang pertemuan kami sebelum kami saling mengenal dan hal-hal yang secara nggak langsung membawa kami ke satu titik ini."

"Bicara lo rumit." Gerutu Desi sambil membenarkan posisi duduknya.

"Oke gue coba ceritain ya..." aku berdehem sebentar dan mencoba merangkai cerita kami sejak awal. Sejak pertemuan kami di Labuan Bajo di saat kami belum saling mengenal.

"Kok lo bisa tahu lo udah pernah ketemu dia di Labuan Bajo?" Seperti biasa Desi yang tidak sabaran memotong ceritaku. Aku pun menjelaskan tentang buku yang kutemukan di Labuan Bajo dengan nama Erick di sana. Tentang Kak Tania yang mengenal seseorang laki-laki baik bernama Erick di penerbangannya dari Singapura yang disebutnya malaikat. Tentang kapten Pilot bernama Erick saat penerbanganku ke Bali setahun lalu. Dan tentu saja tentang laki-laki bernama Erick yang seorang playboy dan membuat seseorang ingin membalas dendam padanya.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now