"Lo ketuanya?"
Dia menggeleng.
"Terus?"
"Gue wakilnya, ketuanya kan cowok lo, Ta."

Astaga. Gue melupakan satu fakta bahwa Rion itu ketua paskibra dan pratama pramuka di sekolah. Ya Tuhan, kenala bisa lupa....

Akhirnya gue mempersilahkan Chika buat keluar ruangan gue —ketua OSIS. Dan langsung menelpon Rion. Gak butuh waktu lama untuk dia mengangkat, karena gue selalu menyuruh dia untuk gak pernah ngesilent hape dia lagi, karena kita gak tau kan kalo nanti misal ada orang mau ngehubungin kita secara mendadak dan itu penting.

"Hal—"
"Ke ruang OSIS sekarang, Yon."

Gue gak mau basa-basi buat ngomongin hal sepenting ini. Karena konteksnya sekarang gue sama Rion bukan sebagai pasangan tapi partner kerja. Gue gak suka sama orang yang menyepelekan tanggung jawab dia.

Rion harusnya yang ngasih ini ke gue selaku ketua OSIS— yang bentar lagi lengser. Bukan nyuruh bawahannya yang ngasih, dikira perizinan itu ngasihnya gampang apa? Belum lagi kita harus diskusi buat menjawab interview dari Kepsek setiap ada event.

Ceklek!

Gue mendongkak mendapati Rion yang gue liat sedikit ngos-ngosan. Gue yakin banget dia kesini lari. Gue tersenyum kecil. Dia pasti ngira gue kenapa-napa.

"Kenapa Vel?"
"Please, call me just like they call me. Lyta. Here, you are my partner is not my boyfriend. I hope you know this situation."

Dia mengernyitkan keningnya tanda ia bingung.

"Kenapa aku harus? Gak ada siapa-siapa disini, Vel."
"Tapi ini masih ruang OSIS."
"Vel, gak bisa dong. Udah kebi—"
"Berusaha jadi profesional dong, Yon. Kamu sebagai ketua paskibra, aku sebagai anggota OSIS. Jangan kayak anak kecil!"

Rion diam.

Gue punya prinsip. Gue harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi, harus menjadi apa di tempat ini, harus menjadi apa di tempat itu. Ketika di lingkungan OSIS, gue harus berperan sebagai anggota OSIS bukan berperan sebagai pacar Rion. Dan gue melakukannya sekarang.

"What you want to say?"

Suara Rion menjadi dingin dan terkesan judes

Bagus. Memang harusnya begini. Lagipula ini kan kewajiban. Rion gak bisa seenaknya. Bukan berarti dia ketuanya bisa ngasih tanggung jawabnya ke bawahannya.

"Kenapa perizinan ini dikasih lewat bawahan lo? Lo kan ketua paskibranya, apa salahnya ngasih doang ke gue terus cabut?"
"Gue ke kantin belakang."
"Gue gak peduli lo kemana. Gue butuh alesan kenapa lo harus ngasih ini ke bawahan lo?"
"Karena gue mau ke kantin belakang. Makannya gue ngasih ke Chika."
"Laporan perizinan ini menurut lo gak penting? Kenapa ngegampangin banget? Baru masalah perizinan aja udah ngegampangin, apalagi yang lain?"

Gue mulai meninggikan suara gue. Emosi. Kenapa hal sepenting ini bisa digantikan dengan suatu alasan yang sepele banget. Apa gak mikir ini event juga perlombaan eskul mereka gitu. Kan nama baik eskul mereka juga. Gak habis pikir.

"Lo tau kan ini tanggung jawab lo sebagai ketua paskibra?" Tanya gue lagi sembari mengangkat laporan yang dikasih Chika tadi.

Bukannya menjawab. Gue lihat Rion mengambil ponselnya di kantong.

Gue mengernyit bingung. Ketika dia menempelkan ponselnya ke telinga gue semakin bingung di tambah dia yang terus menatap gue tajam.

LembaranWhere stories live. Discover now