The Feeling [JAEYONG]

13 ㅡ Don't Run

Semua sedikit berubah, Doyoung yang kembali mendekatinya dan Jaehyun yang semakin menjauh darinya.

Seharusnya Taeyong bahagia bukan Doyoung-nya kini kembali? Meski sedikit canggung karena pertengkaran mereka, namun ini terasa aneh. Mengapa seperti ada yang kurang?

Saat dikelas, Jaehyun tidak mendekatinya seperti biasanya. Saat mereka bertemu secara tak sengaja, hanya sebuah lirikan yang ia dapat. Hey, bukankah inilah yang kau inginkan Taeyong, agar Jaehyun menjauh darimu?

Tapi tetap saja, Taeyong juga tidak mengerti dengan perasaannya. Ini semua terasa sulit untuk dipahami.

Seperti saat ini, sering kali tanpa sadar Taeyong menatap Jaehyun jika lentera matanya menemukan Jaehyun, entah saat berada di kelas, di lapangan, ataupun di kantin.

Jaehyun yang tertawa bersama teman-temannya, Jaehyun dengan tatapan seriusnya saat memandang kearah guru yang menjelaskan maupun saat menjadi kapten basket sekolah, dan Jaehyun yang hanya memandangnya datar saat menatapnya.. Taeyong merekam berbagai ekspresi yang Jaehyun buat di dalam otaknya. Membiarkan memori itu menggrogoti sebagian hatinya yang kini menjadi dilema. Antara rela dan tidak rela, dan antara ingin menjauh namun tak bisa menjauh..

Jam pelajaran telah usai, dengan pelan Taeyong memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

"Taeyong, aku duluan ya!" Suara Yuta hanya dibalas oleh senyuman tipis dari Taeyong. Yuta memang tidak pernah menunggunya lagi, alasannya adalah karena Taeyong sangat lama! Ya, Taeyong memang lambat, bahkan akan menjadi orang terakhir yang keluar kelas karena lambat dalam membereskan barang-barang di mejanya.

Namun saat Taeyong mendongak, perkataan sebelumnya sepertinya harus dicabut, karena Taeyong baru sadar bahwa Jaehyun ternyata juga sama lambatnya dengannya. Namun, sejak kapan Jung Jaehyun menjadi orang yang lambat?

Taeyong memang sering memerhatikan Jaehyun yang selalu keluar kelas saat ia juga sudah keluar. Entah apa alasannya yang pasti Taeyong yakin bahwa itu semua karena Jaehyun sama lambatnya seperti dia, bahkan lebih!

Saat dirasa semua sudah beres, Taeyong langsung beranjak keluar tanpa repot-repot melirik ke arah seseorang yang masih setia di bangkunya, menatap dengan pandangan yang sulit diartikan saat tubuh mungil itu keluar begitu saja dari dalam kelas.

Saat ini jam menunjukkan angka lima. Taeyong yang sedang berada di meja belajarnya kini telah menyelesaikan illustrasinya di buku gambarnya. Dengan sedikit hapusan dan guratan tajam, Taeyong tersenyum puas melihat hasil prakaryanya.

Sedikit menaikkan gambarnya lewat pegangan tangannya, Taeyong tersenyum. Awalnya senyum cerah namun perlahan senyuman itu luntur saat ia baru menyadari apa yang baru saja dikerjakannya.

"Matahari dan bulan memang ditakdirkan bersama. Namun mereka tidak pernah bertemu karena memiliki alasan tersendiri, matahari yang harus menyinari bumi saat siang hari, dan bulan yang menyinari bumi saat malam hari. Namun, bolehkah aku egois saat meminta matahari dan bulan bertemu dan bersatu?"

Taeyong tersentak saat adiknya, Mark sudah berada dibelakangnya dan bahkan membaca dengan suara lantang tulisan yang berada dibukunya. Mark mengerutkan dahinya, menatap Taeyong seolah meminta penjelasan karena jika boleh jujur, Mark sangat payah dengan karya sastra terutama kata-kata yang di rangkai layaknya puisi, serius Mark tidak suka!

"Apa artinya ini?" Tanya Mark dengan kerutan yang terlihat jelas. Taeyong hanya tersenyum. Di usapnya dengan sayang rambut belakang milik adiknya itu.

"Bukan apa-apa. Apa kau sudah makan?" Mark hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku menunggumu." Lagi-lagi Taeyong tersenyum.

"Selalu saja. Baiklah, tunggu aku. Aku akan membuatkan makanan." Setelah mengatakan hal itu, Taeyong langsung beranjak dari kursinya dan berjalan menuju dapur, meninggalkan Mark yang masih saja menatap ukiran yang dibuat oleh Taeyong.