Prolog

125K 7.2K 87
                                    


Kepalaku berdentam-dentam. Layaknya musik yang menghentak semalaman suntuk. Yang membawaku melayang dan menghilangkan semua beban. Aku terbang melayang.

Tapi seketika hawa  dingin membuatku terkesiap dan tersadar. Aku tidak ada di tengah-tengah lantai diskotik. Dengan musik yang membuat kepala melayang dan tubuh bergoyang penuh peluh. Aku ada di sini. Sepi. Dan dingin.

Mataku mencoba mengerjap. Tapi kenapa kepalaku rasanya mau pecah?

"Minum ini."

Suara berat itu membuat aku terkesiap. Aku ada dimana? Tapi saat aku membuka mata hanya bayangan samar lagi dan semuanya tampak berputar. Yang aku bisa lihat hanya dinding putih, dan juga tirai yang sudah terbuka. Sepertinya aku berada di ruangan yang penuh kaca jendela. Karena sinar matahari terasa panas menembus kulitku.

Mulutku dipaksa membuka dan aliran air dingin kini membasahi tenggorokanku. Tapi aku belum siap. Aku tersedak begitu keras dan terbatuk.  Aku berusaha untuk bangun, hanya saja tubuhku terasa begitu sakit dan lemas. Ada apa dengan diriku? Bukankah semalam aku ada di diskotik dengan Nancy dan Cintya? Melantai dengan efek fly karena menenggak beberapa botol minuman. Persetan  dengan semuanya. Aku hanya ingin bebas.

"Jangan bergerak dulu. Aku ambilkan aspirin."

Kembali suara berat itu mengembalikanku ke dalam kenyataan buruk ini. Bukan ini bukan mimpi buruk. Karena aku bisa merasakan tubuhku begitu terasa.

"Minum."

Suara memerintah itu membuat aku akhirnya berusaha menjernihkan pikiranku. Dan membuka mataku dengan jelas. Dan kini saat semuanya perlahan bisa terlihat. Yang aku bisa lihat pertama kali adalah selimut putih yang membebat  tubuhku. Aku mengerang  lagi saat kepalaku berdentam  dengan keras.

Kasur empuk berseprai putih mulai menarik perhatianku. Dan aku mengedarkan pandangan. Ini kamar hotel. Setidaknya bukan hotel murahan karena aku bisa melihat ruangan yang luas dan mewah. Bahkan di sudut ruangan ada pantry  khusus.  Kenapa aku bisa ada di sini?

Suara pintu kamar terbuka dan sosok pria yang...astaga.

Pria itu telanjang. Bahkan tidak menyembunyikan apapun dari hadapanku. Tentu saja aku langsung mengalihkan tatapan ke arah jendela besar yang ada di samping kiriku. Awan terlihat jernih di luar sana. Ini sudah pagi.

"Minum ini. Kamu terlalu mabuk berat."

Pria itu menyerahkan dua butir aspirin kepadaku dan satu botol air mineral. Yang aku terima dengan kaku. Tapi aku harus menghilangkan pening ini. Langsung kutenggak  obat itu. Saat aku mengedarkan pandangan lagi. Pria itu sudah tidak ada tapi aku mendengar suara dari arah kamar mandi yang ada di depan arah pandanganku.

Jantungku berdegup kencang. Apa yang terjadi denganku? Aku tahu sebagai eksekutif muda di bidangku.  Dan menjadi manajer di perusahaan papa ku sendiri. Sedangkan aku sudah bukan anak bau kencur lagi. Aku sudah dewasa. Jadi tidak merasa jengah dengan kehidupan malam. Tiap kali aku pusing dengan pekerjaan aku memang larinya ke diskotik. Menenggak beberapa botol untuk meringankan pikiranku. Hanya saja semalam ini salah. Aku terlalu banyak minum dan setelahnya aku tidak tahu apa-apa.

Suara pintu terbuka lagi membuat aku waspada. Pria yang tampaknya sangat percaya diri itu. Tidak dipungkiri memang tubuhnya sangat atletis. Tadi saat aku menatap sebentar diantara  ketelanjangannya  aku bisa melihat tubuhnya terbentuk dengan bagus. Dan kini aku bisa melihat wajahnya saat dia melangkah mendekatiku. Sudah memakai pakaian lengkap. Celana jins dan kaos polo warna hitam.

Rambutnya berwarna coklat kalau penglihatanku memang sudah benar-benar pulih. Hidungnya mancung, wajahnya kokoh. Alisnya tebal dan tatapan matanya angkuh.

"Kamu bisa di sini sampai jam 12 siang. Kalau kamu masih perlu untuk istirahat. Ini kartu namaku. Kalau aku harus bertanggung jawab. "

Dia menyerahkan sebuah kartu nama. Yang tidak aku baca. Langsung aku letakkan di atas nakas. Dan kini menatapnya yang tampaknya sekarang sedang sibuk memakai sepatunya.
Dia duduk memunggungiku.

"Kamu siapa? Dan apa yang terjadi denganku semalam?"

Pertanyaan itu langsung muncul begitu saja. Aku harus tahu apa yang terjadi. Meski aku tahu sebenarnya. Kami sama-sama di dalam kamar hotel dan...
Astaga. Aku lupa kalau tubuhku polos  di balik selimut tebal ini. Untung saja aku tidak bangun  dan selimut ini masih aman menutupi tubuhku.

"Nanti. Kamu pasti ingat. Aku pergi."

Dia beranjak dari duduknya. Lalu menoleh ke arahku sebentar. Tampak menatapku dengan datar dan dingin.
Lalu melangkah meninggalkanku begitu saja. Apa yang terjadi sebenarnya denganku?

BERSAMBUNG

Hai cerita baru nih. Proyek baru sebenarnya. Membuat cerita mainstream nih semoga masih suka dengan gaya bahasa author

Vote ment yuk mau lanjut enggak?

SWEET MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang