"Go-gomenasai." Kata itu kembali keluar dari mulut Hinata. "Ka-kazama kun ... Bi-bisakah kau melepaskanku? A-aku merasa—"

"Tidak." Jawab Kazama cepat. Terlalu cepat malah. Ia bahkan tak membiarkan Hinata menyelesaikan ucapannya. "Diam dan biarkan aku tidur sebentar lagi!" Perintah dari seorang Kazama Chikage telah terlontar. Dan malang bagi Hinata, karena setelah ini ia benar-benar tak bisa melakukan apapun lagi kecuali lelaki itu sendiri yang melepaskannya dan membiarkannya pergi. Diam adalah hal terbaik yang bisa dilakukan, karena Kazama tak suka penolakan ataupun pembantahan.

'Kami-sama ... Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ini terlalu dekat. Aku sepertinya akan pingsan.' Batin Hinata risau. Berusaha keras agar tak gugup, namun nyatanya tak berhasil. Tubuhnya bergerak gelisah dan sedikit gemetar dengan rona merah yang semakin terlihat jelas di wajah putihnya.

"Kau sedang menggodaku heh?" Bisik Kazama parau. Ia mengangkat kepalanya, menatap iris bulan milik Hinata penuh arti.

"A-apa maksudmu, Ka-kazama-kun?" Tanya Hinata menunjukkan raut wajah polosnya yang semakin membuat Kazama gemas, ingin segera menyerang gadis itu tanpa ampun. Melanjutkan hal semalam yang seharusnya berakhir indah dan memuaskan, namun malah terjadi hal sebaliknya.

Ia bahkan belum sempat melakukan hal lebih yang seharusnya dilakukan pasangan suami-istri baru di malam pertama mereka. Gadis itu tak sadarkan diri setelah melihat tubuh bagian atas Kazama yang terbentuk oleh otot-otot kekar dan sempurna. Benar-benar merepotkan! Sepertinya ia harus memikirkan cara lain yang akan membuat Hinata merasa nyaman dan santai, sehingga kejadian yang sama tak akan terulang kembali.

Bersikap terburu-buru ternyata bukanlah hal yang baik. Dan semalam Kazama telah belajar sesuatu, bahwa 'Sikap terburu-buru hanya akan membawa kekacauan serta kekecewaan'. Ia tak ingin mengalami hal itu lagi di malam berikutnya.

"Jika kau bergerak-gerak terus seperti itu maka aku akan menyerangmu." Ujar Kazama dengan santainya mendaratkan sebuah kecupan di leher jenjang Hinata. Hidung mancungnya menelusuri kulit mulus yang tersaji di depan matanya, perlahan dan hati-hati seakan tak ingin melewatkan hal sekecil apapun. "Tubuhmu lembut sekali." Ia semakin menekan tubuhnya pada tubuh Hinata, sehingga dada mereka bersentuhan lebih intim dari sebelumnya.

"Ka-kazama kun ..." Hinata berusaha keras menahan desahannya akibat perlakuan Kazama, memalingkan wajahnya ke samping sembari memejamkan mata erat-erat. Ia benar-benar akan kehilangan kesadarannya kembali seperti semalam dan malam-malam sebelumnya, jika lelaki itu tak segera menghentikan kegiatannya.

"Ayo sarapan! Aku sudah lapar." Kazama menjauh dari tubuh Hinata, berjalan keluar kamar. Meninggalkan Hinata yang masih terbaring di atas ranjang dengan kondisi dan perasaan yang kacau.

"Gomenasai, Kazama-kun ..." Lirih Hinata. Ia telah mengecewakan suaminya berulang kali. Ia merasa menjadi seorang istri yang gagal karena tak mampu membuat Sang Suami bahagia. Namun apa daya, ia masih belum siap untuk melakukan 'itu'. Ia takut, gugup, dan gelisah. Lalu apa yang sebaiknya ia lakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Sepertinya ia memerlukan bantuan seseorang. Ya, ia sangat memerlukannya.

.

.

.

Let Us Do!

.

.

.

"Pffttt ... Hahahahaha ..." Suara tawa yang begitu keras menggema di dalam ruangan bertema serba putih itu. "Lucu sekali istrimu itu, hahaha ..."

"Berhenti tertawa atau aku akan membunuhmu, Naruto!" Ancam Kazama tanpa keraguan. Tatapan matanya berkilat tajam dan dingin pada sosok lelaki bertubuh tinggi yang memiliki warna rambut serupa dengan miliknya.

LET'S US DO!Where stories live. Discover now