🧸 Diary Nikah Muda. o7

Start from the beginning
                                    

Ia berulang kali berdoa agar hasil tes itu negatif namun apa daya takdir berkata lain. Saras hampir terjatuh di kamar mandi karena dua garis merah pada alat tes di tangannya.

Ia benar-benar takut sampai hampir hilang akal. Seharian itu ia mencoba untuk meminum banyak soda kalengan, makan buah nanas sebanyak lima buah dengan harapan apa yang di kandungannnya itu meluruh keluar dengan sendirinya.

Usahanya gagal. Ia menemui keputusasaan hingga nyaris berpikir mengakhiri hidup saja dengan obat nyamuk semprot. Ia tidak sanggup membayangkan senyum di wajah ibunya yang menghilang setelah tahu dirinya gagal menggapai mimpi, lalu takut mengecewakan Papa Ninda yang sudah begitu baik membiayai sekolahnya.

Malam itu Saras terduduk menangis memeluki dirinya sendiri di lantai. Dinginnya lantai tak lagi menyakiti tubuhnya. Dengan mengetahui ada nyawa lain di dalam tubuhnya saja itu jauh lebih membunuhnya.

Lelah menangis, dirinya seolah ditampar, ia tersadar apa yang ia lakukan ini salah. Ia tak seharusnya menghukum anak di perutnya, ini bukan salah anaknya. Ia boleh marah pada Bagas tapi anak ini tidak ikut andil menyakitinya.

"Sar, kok lo pucat gitu? Lo sakit?" Fani mengecek pipi Saras. Sahabatnya itu sedikit hangat. Pada jam olahraga, Saras memilih tetap di kelas, memakai jaketnya.

"Lo mau ke UKS aja? Gue anter ya?"

"Boleh. Tolong temenin aku ya, Fan."

Setibanya di UKS, alih-alih berbaring, Saras justru duduk meremas tangannya.

"Sar? Lo kenapa deh? Ada sesuatu yang lo sembunyiin ya?"

"Fani, kayaknya aku mau berhenti sekolah deh. Aku mau balik ke kampung aja."

Fani kaget tentu saja. "Kepala lo kebentur tiang listrik ya? Manusia pintar dan beruntung dapat beasiswa ke luar malah milih mau berhenti?!"

Air matanya terjatuh hingga menyentuh rok seragamnya. "Aku hamil, Fan. Aku..." Saras mengangkat wajahnya, menatap Fani yang kini membelalak tak percaya. "Aku nggak mungkin buang anak ini."

Siapapun tolong tampar Fani bolak balik. Karena tak ada yang melakukannya, Fani manampar dirinya sendiri. Sakit. Nyata.

Dia melihat ke sekeliling, UKS sepi hanya ada mereka berdua. Fani segera menutup tirai. Ia memegangi tangan sahabatnya.

"Sar, bilang ke gue lo lagi bercanda atau mau kasih gue kejutan? Kan? Lo anak baik-baik, pacaran aja nggak pernah, dekat sama cowok juga enggak terus siapa yang mau hamilin lo sih? Nggak, semakin gue pikir ini nggak masuk akal!"

"Yang hamilin aku bukan orang yang suka sama aku Fan. Aku dan dia nggak pacaran."

Fani berkacak pinggang, ia membuang napas panjang. "Gue nggak percaya, Sar. Kalau emang bener-" Fani berhenti denial tatkala Saras menunjukan alat tes kehamilan yang dikantonginya.

Fani membekap mulutnya. "Sar? Jadi lo beneran lagi hamil? Siapa gila orangnya?!"

"Dia teman sekelas kita."

"Virgo?" Fani langsung terpikirkan satu orang. "Emang brengsek tuh cowok, gue kira selama ini dia cuma playboy, ternyata dia baikin lo karena emang mau badan lo doang. Lo diam di sini, biar gue yang mampusin dia!" terbawa emosi, Fani hampir melabrak Virgo sungguhan.

Diary Nikah MudaWhere stories live. Discover now