🧸 Diary Nikah Muda. o4

Mulai dari awal
                                    

"Mau, tapi aku bingung mau pakai baju apa sama masih kado apa ke Virgo. Dia kan dari keluarga berada, aku kasih kado pun kayaknya nggak sebanding sama kado-kado yang lain. Gimana ya Fan?" Saras mencuci tangannya di wastafel.

Fani yang mengerti maksud sahabatnya itu segera berhenti memoles bedak di wajahnya, ia merangkul bahu Saras.

"Sar mau sampai kapan sih lo minder terus? Pemikiran minder itu cuma ada di kepala lo, nggak semua orang jadiin lo pusat perhatian mereka. Dari yang gue kenal selama ini Virgo juga bukan tipikal orang yang mandang ekonomi. Dia udah undang lo, Sar, lo datang tanpa bawa kado pun gue yakin dia maklumin."

"Tapi aku gak enak. Masa datang ke ulang tahun Virgo nggak bawa kado."

"Bawa aja doa, Sar. Ayolah datang aja temenin gue. Males banget kalau lo nggak dateng, gue nggak mau gabung sama Ninda sama temen se-gengnya yang reseh itu."

Saras akan menolak lagi namun buru-buru Fani mencegahnya. "Pokoknya entar malem lo harus dateng, urusan baju nggak usah lo pikirin, lo bisa pakai baju gue kok."

🧸

Tadi siang ia dan Fani pergi membeli hadiah untuk Virgo. Berbekal uang tabungan yang ia sisihkan dari gajinya, Saras membelikan parfum untuk Virgo. Memang tidak seberapa mahal tapi wanginya enak, semoga Virgo suka.

Saras juga tidak jadi meminjam pakaian Fani, ia merasa tak enak jadi beban terus. Lagipula ia punya satu gaun di bawah lutut pemberian ibunya dulu di kampung. Karena tubuhnya tidak tambah tinggi, baju itu masih muat di badannya. Dengan riasan seadanya, rambut setengah dikepang serta sepatu beralas rata, Saras pamit pada budhenya.

"Budhe, Saras berangkat ya."

"Kamu udah izin sama Bapak kan Nduk?"

"Udah, Budhe. Katanya gak apa- apa Saras pergi ke pesta itu. Toh Ninda juga ikut ke sana."

Entah untuk alasan apa, Budhe Tati merasa ada yang mengganjal hatinya. Ia begitu berat melepaskan Saras pergi.

Saat Saras hendak menarik tangannya, Budhe Tati enggan untuk melepas.

"Budhe kenapa?"

"Ya Allah Nduk, tapi kenapa ya perasaan budhe gak enak dari kemarin malem, Budhe sering mimpiin kamu akhir-akhir ini Nduk. budhe khawatir sama kamu. "

Bukannya kuatir, Saras justru tertawa sambil membenarkan rambut budhe-nya yang terlihat agak berantakan karena bekerja di dapur hampir seharian.

"Ya ampun Budhe, jangan mikir gitu dong. Kan nanti di sana Saras nggak sendirian, ada Fani kok yang nemenin Saras. Budhe tenang aja ya?"  Saras menenangkan hati budhenya.

Raut wajah panik masih jelas tergambar dari wajah budhenya. "Tapi Nduk, tadi malam budhe mimpi kamu nangis terus pulang ke rumah megang perut, nggak pakai sendal juga."

Otaknya belum rampung memproses arti mimpi budhenya, bunyi klakson mobil Fani menghentikan obrolan mereka.

"Budhe, Saras pergi ya, assalamualaikum, Budhe."

Budhe Tati mengirim doa untuk keselamatan Saras yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri. Hatinya was-was, ini pertama kalinya Saras keluar malam bersama temannya.

Diary Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang