🧸Diary Nikah Muda. o1

Start from the beginning
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di keramaian, seorang anak dan ibu berpelukan di stasiun kereta menjelang jam keberangkatan kereta jurusan Bojonegoro Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di keramaian, seorang anak dan ibu berpelukan di stasiun kereta menjelang jam keberangkatan kereta jurusan Bojonegoro Jakarta. Seolah tak ikhlas berpisah, keduanya saling mendekap untuk meluapkan rindu yang tak tahu kapan akan mereka bagi lagi.

"Ibu, Saras pamit ya Bu, nanti kalau Saras sudah lulus sekolah, Saras pasti pulang temui Ibu," pamit Saras sambil mencium punggung tangan ibunya. Tak ketinggalan ia memeluk Sang Adik, Mutiara namanya. Mereka berdualah keluarga yang Saras miliki setelah Ibu mereka dicerai mati oleh Sang bapak.

Jujur hatinya agak sedikit berat jika harus pergi jauh dari keluarga. Selama ini ia belum pernah keluar dari kampungnya, paling jauh ya ke kota yang masih satu provinsi. Ia tinggal di kabupaten.

"Nduk, kamu hati-hati ya di kota orang, beda nak di kota sama desa, mbok ya kita harus tahu menempatkan diri. Jauhi pergaulan yang jelek, kamu juga harus jaga lisan biar nggak dijahati teman. Ya?"

"Nggih Bu, Saras mesti inget pesan Ibu. Doain Saras ya biar bisa jaga diri."

"Mbak Saras, Mbak Saras jangan lupa sama kita ya Mbak , nanti kalo mbak udah sukses Mbak balik ya ke sini? " Mutiara adik Saras mencium punggung tangan Mbak kesayangannya itu.

"Iya dek, pokoknya Mbak janji, nanti mbak kalo udah lulus sekolah dan jadi orang sukses, Mbak bakal pulang nemuin kamu sama ibu, kita kumpul bareng-bareng lagi yoh," ucapnya penuh kasih sayang sambil mengecup lama kening adiknya itu.

Puas saling peluk dan berbincang walau singkat, Saras mengangkat tas jinjingnya bersama ransel yang sudah ia gendong lebih dulu.

Saras melambaikan tangannya sebelum memasuki kereta. Dengan berat hati ia memalingkan wajah dari keluarga. Senyum di wajah Ibu dan adiknya menghilang seiring dengan berjalannya kereta.

Berbekal ijazah SMP dari kampungnya, ia berniat melanjutkan sekolahnya di Jakarta sambil bekerja bersama Budhe Tati, teman ibunya di kampung yang sudah lebih dulu merantau ke kota Jakarta. Saras tidak senekat itu untuk datang ke kota besar jika tidak punya kenalan terpercaya, sebenarnya bisa saja ia melanjutkan di kampung tapi Saras adalah gadis berjiwa ingin tahu tentang dunia luar. Ia tak mau terperangkap dalam cangkang yang sama seumur hidupnya.

Diary Nikah MudaWhere stories live. Discover now