-berbeda

347 38 17
                                    

'aku mau nginep di rumah haechan sama anak-anak. malem ini kayaknya kita batal jalan'

lucy menghela nafasnya pelan. ini bukan sekali dua kali jeno membatalkan kencan mereka. alasannya, eksistensi teman-teman satu geng yang menurutnya lebih penting dari seorang lucyana andini, kekasihnya sendiri.

'iya gpp, have fun'

usai mengetikkan balasan buat pacarnya itu, lucy melempar handphonenya sembarangan ke kasur, diikuti oleh tubuhnya sendiri.

"ARGGGHHH RADITYA SIALAAAAN!"

untung aja kondisi rumah lucy sekarang lagi sepi-sepinya. karena weekend, penghuni rumah lucy yang juga dijadikan kos-kosan ini sepi untuk sementara waktu. kalau nggak, bisa-bisa mereka keberisikan sama teriakan si empunya rumah barusan.

sekarang lucy gabut. padahal dirinya udah necis dengan kaos biru dongker dan jeans putihnya. tapi malah batal jalan. percuma dirinya susah-susah nyatok rambut.

lucy meraih handphonenya, lalu menekan layar beberapa kali.

tutt

"hALO BISA BICARA DENGAN ADI?!" ujar lucy dengan nada yang nggak bisa dibilang santai.

lawan bicara lucy terdengar berdehem sebentar.

'nomor yang anda tuju sedang tiittt tittt'

mendengarnya, lucy tergelak tanpa bisa dikontrol. padahal udah jelas itu suara sanha, hanya dicempreng-cemprengin supaya mirip mbak-mbak operator.

"di, gue ke rumah lo ya?" tanya lucy to the point.

tanpa menunggu jawaban sanha, lucy langsung mematikan sambungan telepon dan bergegas mengambil kunci motornya.

begitu kagetnya cewek itu ketika mendapati orang yang baru saja akan ia temui udah berdiri di depan garasinya.

"aNJIR KOK LO DISINI?!!"

diteriakin tepat di depan wajah, sanha cuma bisa nyengir.

"gue tau lo batal jalan sama jeno, makanya gue kesini."

lucy mengangkat sebelah alisnya, "kok tau?"

"gue diceritain jaemin, jaemin tau dari haechan. mereka lagi ngumpul di rumah haechan kan?"

lucy hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban sekaligus pertanyaan sanha.

"lo nggak ngapel kak arin?" tanya lucy lagi.

kali ini sanha menggelengkan kepala, "kak arin balikan."

"hAH?!"

entah udah berapa kali lucy teriak hari ini. wajar, karena cewek itu memang hobinya teriak setiap hari. makanya, sanha cuma terkekeh aja mendengarnya.

"iya, arini kusumaningtyas resmi balikan sama mark wijaya."

lucy mendaratkan telapak tangannya ke pundak sanha, "sakit nggak di?"

"enggak sih, kayak cewek cuma satu aja."

lucy yang merasa nggak enak hati langsung menarik sanha keluar, menuju gerbang depan tempat sanha memarkirkan motornya.

"kita jalan-jalan aja yuk. kan sama-sama lagi sedih."

sanha tersenyum. entah dia yang selalu ada saat lucy butuh, atau sebaliknya, lucy yang selalu ada saat ia butuh. jelasnya, sanha nyaman akan hal itu.

rasanya, luka yang arin timbulkan di hatinya secara cepat dipulihkan oleh lucy.

iya, seajaib itu arti lucyana andini buat sanha.

sampai jam sebelas malam, lucy dan sanha masih asyik naik motor keliling kota. bodo amat sama angin yang kayaknya bertiup lebih kencang malam ini.

"aDII BERHENTI DONG DI INDOMARET," teriak lucy dari belakang sanha.

cowok itu menurut. diberhentikannya perjalanan mereka di sebuah supermarket. lucy langsung ngacir ke dalam dan membeli dua kopi botolan. satu untuk dirinya sendiri, satunya lagi jelas untuk sanha.

"thanks,"

kini lucy duduk di atas motor sanha, sedangkan yang punya motor cuma berdiri begitu saja. keduanya sama-sama menenggak kopi yang baru saja dibeli.

"sialun anginnya gak bisa santai," gerutu lucy. menyesal banget dia nggak sempat ambil jaket tadi.

sanha yang melihatnya cuma bisa berdehem, tapi tangannya bergerak. melepas jaket yang melekat di tubuhnya lalu memakaikannya ke lucy.

"gak usah gue—"

"sst udah ah pake aja," ucap sanha memotong omongan lucy yang belum sempat terselesaikan.

jam dua belas lebih, mereka baru memutuskan untuk pulang.

deru mesin motor matic sanha membelah keheningan jalan. sengaja, kalau lewat jalan yang ramai, lama sampainya.

"gAK KEDINGINAN?" teriak lucy walaupun sebenernya nggak perlu berteriak pun sanha udah bisa mendengarnya dengan jelas.

sanha mengangguk. bodo amat akan suatu kejaiman. emang kenyataannya dia sekarang kedinginan karena jaketnya masih dipake lucy.

sanha hampir saja kehilangan kendali atas stang motornya ketika sepasang lengan milik lucy udah melingkar dengan sempurna di perutnya.

"nggak usah geer, gue ngantuk mau tidur," lirih lucy sebelum menyenderkan kepalanya ke bahu sanha. lalu terpejam, dengan lengannya yang semakin memeluk erat.

malam itu, keduanya merasa ada suatu debaran yang berbeda dari dalam masing-masing dada.

tbc.

haloooo, masih adakah kehidupannnn????

240417
Hwayoungiee

[COMPLETE] pertemananWhere stories live. Discover now