bintang yang hilang

19 2 2
                                    

-Ajeng's

Entah mengapa aku tak pernah menyukai malam.  Malam yang mengingatkanku akan ayah.  Akan genung. Akan bunda. Akan mereka semua. Akan tatapan kosong bunda setelah ayah tiada. Akan genung yang meski tetap penurut namun selalu ingin menang sendiri

Terbangun dengan hati dan fikiran yang tak searah bukanlah keadaan yang mudah. 2 tahun aku menjalani ini semua. Melakukan kepalsuan yang nyata.

Kulirik jam tangan di pergelangan tangan kananku.  06:30 . Saatnya untuk menyadarkanya. Kulipat selimutku dan kulangkahkan kakiku ke kamar adikku. 

Krek . Nggak biasanya kamarnya dikunci. Kucoba untuk mendobrak pintu kamarnya. Aku tak bisa.

Kekhawatiran tiba-tiba menyergapku. Aku adalah seorang perempuan pemegang taegeuk 6 dalam taekwondo. Kutendang pintu kamarnya. Brak!!  Yang terlihat dari kamar ini hanyalah ranjang,  meja dan sepucuk surat. Sudah pasti bisa kutebak,  ia pasti lebih memilih untuk mengejar cita-citanya menjadi seniman dari pada harus berkutat pada angka di depan komputer,  meski sebenarnya bisa. Kuraih surat itu dan kusimpan dalam saku celana depanku.

Aku khawatir soal bunda yang belum terlatih menerima keadaan. Aku memejamkan mataku. Kurasakan apa saja yang berada di sekitarku. Hening.
Tik. Tok. Tik. Tok.

Ah,  rupanya suasana ini masih saja bertahan. Masih sama sunyi,  masih sama sepi. Hanya ada suara jam,  air mengalir kolam ikan yang menyegarkan dan.... Hey! 

Kudengarkan suara itu meski harus dengan seksama. Cepat-cepat kulangkahkan kakiku menuju ruang tengah.

"Bunda? "

Seseorang yang tengah duduk tegak meng-iramakan tuts itu menoleh ke belakang. 

"Eh,  ada ajeng". Aku berjalan mendekati bunda,  duduk disampingnya.

Entah berapa lama aku menghabiskan waktu berdua dengan bunda. Asyik juga rupanya bercengkerama & bertukar cerita dengan bunda,  baru kali ini aku merasakannya,  biasanya aku merasa canggung jika harus berlama lama dengan bunda.

"Genung bangunin sana jeng,  ibu mau nata meja makan dulu,  buat sarapan" ujar bunda. 

"Bun,  tadi ajeng udah coba bangunin genung,  tapi..... "

Kuserahkan surat yang tadi kutemukan pada bunda.  Dengan hati-hati bunda membuka dan membacanya. Kerut wajahnya seakan hilang saking menegang otot diwajahnya. Semakin bunda meneruskan bacaanya , semakin terlatih hatinya,  wajahnya mulai terlihat santai kembali.

"Ibu nggak nyangka genung bisa senekat ini dalam meraih impianya "
Sambil membaca,  bunda berkata,  mengungkapkan semua yang dirasakanya."ibu kenal genung yang nekat , tapi baru kali ini dia melakukanya ".

"Jogja.  Kota indah sejuta kenangan . Ia kembali pada tanah, dimana kita hidup bahagia"

Bunda terus membaca,  kutatap wajahnya lamat lamat,  terlihat setitik sendu pada wajah yang syahdu.  Bunda kemudian melipat surat itu.

Dengan suara bergetar, bunda berkata. "Ibu mengerti apa yang genung rasakan. Maafin ibu yang belum bisa membantu genung menuju cita - cita yang genung inginkan"

Kepalanya tertunduk menatap lantai.  Semburat Wajahnya terpantul , kilaunya hilang .

Bunda berdiri. Berjalan menuju kamarnya .Pergi tanpa pamit. Kini aku mengerti apa yang terjadi. 

Ia pergi,  tanpa banyak kata,  hingga membuat bunda sedikit terguncang.
Dan lagi-lagi. Aku bisa apa? Aku merasa tak ada gunanya. Memang pada dasarnya genunglah yang lebih berhak mengayomi bunda.

Kuhampiri mbak sri yang sedang merajang sayur untuk sarapan pagi ini.  "Mbak,  ibu kayaknya lagi nggak enak badan.  Ajeng mau minta tolong buat natain meja makan.  Nanti ajeng bantuin deh mbak,  kalo Ajeng udah selesai urusanya. Ajeng mau buatin teh dulu buat bunda. "

Mbak sri tersenyum seraya berkata :" Apa sih yang enggak buat ibu? " ku ambil sebuah gelas,  aku menuang air panas dan sebungkus diabetasol lalu mencelupkan sebuah teh kedalamnya. Pendar coklat langsung terlihat begitu aku mencelupkanya.

Bunda pasti senang. Kuketuk kamar bunda. Terlihat bunda tertidur lelap dalam selimut tebalnya.

"Bunda.. Teh-nya Ajeng taruh di meja dekat ranjang bunda,  nanti kalau bunda haus,  diminum aja "

Kukecup pelan kening bunda,  lalu kutinggalkan kamar bunda .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From Closer Become Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang