Part 15

22.4K 1.2K 7
                                    

Salam membaca dari author😉.

Tyan Ying dan Paman Lueng mendatangi kediamanku hanya untuk sekedar menyapa cukup lama aku tidak pernah bertemu dengan mereka, anehnya kenapa raja meminta mereka datang.

Kami tengah duduk bersantai di sebuah gazebo dekat kolam, beberapa makanan kecil tersaji untuk menemani perbincangan kami.

"Paman apa yang membuat raja memanggil kalian, apa kalian berbuat seauatu yang salah lalu apakalian akan dihukum?" tanyaku tidak sabaran dan paman hanya geleng-geleng melihat tingkahku yang menurutnya tidak pernah berubah.

"Kau mulai lagi tidak bisakah kau ber.ta.nya sa.tu-per.sa.tu" Tyan Ying mengejekku dengan memekan nada pada kata bertanya satu-persatu karena mengerti maksudnya otomatis aku langsung memalingkan wajah cemberut.

Dapat kulihat wajah paman Lueng berusaha menahan tawanya melihat aku dan Tyan Ying yang kalau bertemu selalu bertengkar tapi kalau jauh selalu rindu.

"Raja meminta bantuan untuk mengusir para bandit gunung dan pencuri yang meresahkan warga desa kami akan dibagi kelompok pertama aku, kedua Tyan Ying, Ketiga Panglima Feng kami akan ditempatkan dibeberapa daerah" jelas paman Lueng mulai tengah menyeruput minumannya.

"Emm...paman apa raja akan ikut?" Tanyaku sontak Tyan Ying langsung mendekatiku menatapku bingung.

"Apa kau yakin kalau kau Hao Zi bukannya kau tidak pernah peduli dengan raja" keningku berkerut mendapati pertanyaan dari Tyan Ying.

"Apa maksudmu aku Hao Zi dengar aku tidak peduli dengannya aku hanya bertanya dan menjauhlah dari ku huh dasar!!" gerutuku sedangkan Tyan Ying hanya terkekeh geli melihat tingkahku.

###___

Terus kuperhatikan kedua pedang yang ada dihadapanku ini yang satu adalah milikku sendiri dan yang satunya pemberian dari ayahku.

Sepintas ide terus terpikir olehku mungkinkah akan bagus bila aku ikut tapi kalau aku pergi apa raja tidak akan memarahiku tunggu lagian apa pedulinya.

Besok, itu adalah hari keberangkatan mereka dan aku juga akan ikut namun menyusul aku tidak mau bersamaan dengan mereka.

Segala hal kupersiapkan untuk keberangkatanku mulai dari obat-obat, pakaian, senjata dan juga beberapa keping uang.

Semuanya sudah diatur dengan baik aku sudah memberitahukan Mei jika ada yang mencarikan katakan aku tertidur intinya kau harus menyamarkanku dan ku yakin dia pasti akan melakukannya karena aku menyayanginya.

Setiap melakukan penyamaran aku selalu berpenampilan layaknya seorang pria entah mengapa aku menyukai diriku yang seperti ini.

###___

Kupacu kudaku dengan kecepatan sedang menikmati setiap panorama yang memanjakan mataku ini rasanya seperti sebuah merasakan surga dunia.

Sampai terlihatlah kerumunan warga yang sibuk dengan aktivitas mereka artiny aku sudah sampai didesa kecil ini yang pernah kudengar sering terjadi permpokan massal, kuhentikan laju kudaku dan kuberikan pada seseorang.

"Ini kudaku aku ingin menitipnya masalah bayaran kau tenang saja, aku akan membayarmu saat aku mengambilnya kembali" si penjaga kuda menyambutku dengan riang dengan senyum ramah.

Lepas dengan urusan kuda, kulangkahkan kakiku menuju sebuah rumah makan memesan beberapa makanan dan minuman untuk mengisi tenagaku.

Sampai sebuah pemandangan tidak asing menarik perhatianku tampak beberapa orang berkerumun menyaksikan sesuatu, karena penasaran tentu aku langsung kesana dari pada terus penasaran.

Bingung begitulah raut wajahku sekarang tampak disana beberapa pria mengeroyok seopria anehnya yang menang adalah pria yang dikroyok itu yang hanya sendirian.

Tapi tunggu rasanya aku mengenali punggung itu tampak tak asing, aku tidak melihat dengan jelas wajah pria itu karena ia membelakangiku jadi hanya bisa melihat dari samping.

Mataku melotot sempurna saat mendapati Hwang Liu berada disana,  dia Hwang Liu kaisar negeri ini berada disebuah desa kecil.

Entah apa yang mendorongku hingga aku berani memajukan diriku dan ikut campur tangan dalam perkelahian itu.

Kemampuan mereka bukan apa-apa dengan kemampuanku dengan mudah mereka semua terpintal karena seranganku dan raja.

Tampak ekspresi kaget terpasang di wajah tampan milik suamiku ini yang tak lain adalah raja tapi tunggu aku baru saja mengakuinya sebagai Entahlah.

Karena tidak mampu mengimbangi kekuatanku dan raja mereka memilih jalan aman yaitu lari alias kabur, seakan tidak peduli dengan mereka raja kemudian mengambil sebuah kantong yang aku tak tau apa isinya.

Raja berjalan menuju seorang pria tua renta dan menyerahkan kantongan itu dan pria tua itu tampak memegangi tangan raja sambil terus membungkuk berterima kasih aku mengerti sekarang mereka pasti penjuri.

Terlepas dengan urusannya tampak ia berbalik memandangku dengan tajam, tersadar akan hal itu aku segera membuang muka hendak lari namun sial aku kalah cepat.

Tangan kekar raja sudah menahan langkahku memaksaku ikut dengannya menarikku seperti seorang pencuri.

"Apa yang kau lakukan ditempat ini Hao Zi?" Tanyannya sinia dengan tatapan tajam yang mengunci pandanganku.

"Anda sendiri kenapa disini bukanya menjaga istana dan bagaimana mungkin seorang raja turun sendirian ke desa tampa pengawalan?" Tanyaku panjang lebar dan hal itu berhasil mengubah tatapan tajamnya menjadi datar setidaknya itu mengurangi kadar keseramannya.

"Aku masih mending karena seorang pria sedangkan Kau bagaimana seorang wanita sendirian tampa pengawalan terlebih lagi dia seorang ratu..." mendengar itu aku langsung menerjang dan menyumbat mulut raja dengan telapak tangan.

"Yang mulia apa kau ingin penyamaran kita terbongkar pelankan suaramu"

"Justru kau yang akan membuat penyamaran kita terbongkar dengan memanggilku yang mulia" sambungnya sambil tertawa geli membuatku seketika menjadi kesal.

"Ah aku lupa, jadi aku harus memanggil anda apa?"

"Terserah tapi kau tidak mungkin memanggilku Hwang karena pasti orang akan tau kalau aku raja bagaimana jika kau memanggilku sayang ku rasa itu lebih baik" kekehnya lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku aku merasakan itu lagi gejolak jantungku yang berdebar, rasanya aneh tapi lebih aneh lagi aku menyukainya mungkinkah aku memang sudah menerima takdir bahwa aku sudah menerimanya.

Tidak kuat dengan posisi tubuh kami langsung saja aku mendorong dadanya kuat untuk menjauhkan jarak, jika tidak aku takut jantungku akan keluar dari tempatnya.

Wajah raja terlihat merah karena berusaha menahan tawa melihat tingkah lakuku yang salah tingkah ini, tidak mau larut dalam perasaanku kuputuskan untuk pergi namun dia menahan tanganku keningku berkerut bingung apa yang diinginkan raja.

"Kita pergi bersama aku tidak mau kau kenapa-kenapa" hebat satu kalimat pendek itu mampu membuatku kembali berdebar hebatnya lagi aku mau saja menurut sepertinya aku memang sudah gila ini semua karena raja.

Sebuah penginapan sederhana menjadi tujuan langkah kakiku dan raja, hari sudah mulai gelap jadi tidak mungkin terus berkeliaran seperti seorang pencuri.

"Bibi kami ingin ambil dua kamar untuk malam ini" kataku dengan seulas senyum ramah diwajahku.

Wanita itu juga ikut membalas senyumku "Maaf nona kamar kosong tinggal satu"

"Apa! Tapi-"

"Baik kami ambil!" Sambung raja memotong ucapnku dan aku hanya pasrah karena hanya inilah satu-satunya penginapan yang ada didesa Weng ini.

*******
Maaf yahh reader kemarin ngka sempet update soalnya sibuk padahal aku udah target satu patr satu hari sekali lagi maaf yahh.

Terima Kasih😗.

My Perfect Empress Where stories live. Discover now