Saat Casey sudah sampai di belakang sekolah, ia melihat Edric sudah berada di sana. Setelah menghembuskan nafas perlahan, Casey berjalan mendekati Edric. Edric yanng mendengar derap langkah seseorang yang mendekatinya, ia langsung berbalik tepat dihadapan Casey.

“Kenapa kau mengajakku bertemu?” Edric tersenyum, saat ia akan menyentuh puncak rambut Casey, Casey langsung mundur menjauhi Edric. Edric kembali menarik tangannya, urung menyentuh puncak rambut Casey.

“Tenang saja, Casey. Aku tidak akan menyakitimu.”

“Lebih baik kau langsung mengatakan apa alasanmu untuk bertemu denganku.” ucap Casey ketus. Edric langsung menarik pergelangan Casey tanpa meminta persetujuan empunya. Edric menarik Casey hingga ia tiba di parkiran seklah tepat ia memarkirkan mobilnya. Ia membukakan pintu mobil dan melepaskan pergelangan tangan Casey. “Masuk,” ucap Edric. “Kau mau membawa aku kemana?” tanya Casey.

“Kau akan segera mengetahuinya, Casey.” Casey akhirnya masuk ke dalam mobil dan Edric menutup pintu mobil lalu mengitarinya, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil.
Mobil Edric melaju terus keluar dari gerbang sekolah. Tanpa mereka sadari sebuah mobil hitam mengikuti mereka dari belakang. “Fareel, adikmu bersama Edric.” ucap seorang pria yang ada di mobil htam tersebut. Setelah mendengar perkataan Fareel, pria itu meng-iyakan dan menutup telponnya.
Suasana canggung menyelimuti di dalam mobil Edric. Lelaki itu terus saja mengemudi dengan kecepatan rata-rata. Sementara Casey hanya melihat pemandangan luar dari kaca mobil, Casey sibuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang muncul di otaknya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mobil Edric berhenti. Edric turun dari mobil dan Casey mengikutinya. Awalnya Casey tak percaya ketika melihat bangunan apa yang ada di depannya saat pertama kali ia melangkahkan kakinya. Tetapi Edric terus saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit. Iya, mereka berada di rumah sakit, lebih tepatnya rumah sait yang sudah tak terpakai.

Edric masuk ke dalam rumah sakit itu, walaupun sudah tak terpakai keadaan rumah sakit itu bersih dan terjaga, tidak seperti rumah sakit pada film-film horor. Rumah sakit ini rupanya adalah milik keluarga Edric, rumah sakit ini pindah ke tempat lain sehingga membuat bangunannya tak terpakai lagi. Walaupun sudah tak terpakai lagi, Edric menyuruh salah seorang untuk rutin membersihkan rumah sakit ini. Edric mengeluarkan kunci dari saku celananya, Casey bisa melihat gantung pada kunci itu berukiran ‘Clara’. Edric memasukkan kunci dan memutarnya, hingga pintu itu terbuka. Rupanya ruangan ini adalah tempat Clara dirawat sebelum meninggal. Casey mengikuti Edric yang masuk ke dalam ruangan itu. Barang-barang di dalam ruangan itu tersusun rapi, Edric duduk di tepi brankar, ia mengusap seprai brankar lalu mengambil sebuah buku yang berada di atas nakas.  Casey ikut duduk di samping Edric.

Edric membuka buku itu, rupanya buku tu adalah buku harian. “Kau tahu, ini apa Casey?” tanya Edric pada Casey. “Itu buku harian.” Jawab Casey. “Kau benar, ini memang buku harian, lebih tepatnya buku harian Clara. Di sinilah tempat ia menulis keluh kesahnya.” Edric berhenti sebentar lalu melanjutkan ucapannya. “Kau mungkin belum pernah mendengar cerita dari Fareel, kami bertiga bersahabat sejak kecil. Aku, Fareel dan Clara. Clara adalah anak panti asuhan yang dimiliki oleh keluarga Fareel, sedangkan aku dan Fareel bertetangga."

"Kami bersahabat, kemana-mana selalu bertiga. Hingga saatnya kami beranjak remaja, kami sama-sama duduk di kelas satu smp. Ulya adalah anak baru yang pindah ke sekolah kami, Kami berempat akhirnya bersahabat. Aku tidak tahu sejak kapan aku memiliki perasaan lebih dari sekadar sahabat pada Clara. Tapi lama kelamaan aku mulai menyadari, Clara menyukai Fareel daripada aku. Awalnya aku bisa menerimanya, tetapi setahun kemudian saat Clara masuk rumah sakit karena penyakit leukimia. Semenjak itu, kami bertiga bergantian menjaga Clara karena memang Clara tidak punya keluarga sama sekali."

"Aku dan Ulya tetap berjaga bergantian. Tetapi entah kenapa Fareel malah jarang menengoknya, apalagi bergantian berjaga malam, ia sama sekali tidak pernah berjaga malam saat bagiannya berjaga."

"Aku telah berulang kali mencoba berbicara dengannya agar ia lebih sering menengok Clara. Tetapi ia malah mengabaikan omonganku dan malah memacari gadis lain padahal Clara sangat mencintainya. Baik aku dan Ulya yang telah mengetahui Fareel yang memacari gadis lain, lebih memilih diam dan selalu mencari alasan saat Clara terus-menerus menanyakan dimana Fareel dan kenapa ia jarang menengoknya. Hingga tiba saat keadaan Clara semakin memburuk dan ia selalu menyebut nama Fareel saat kritis, padahal di sana ada aku yang selalu ada untuknya. Aku yang tak tahan lagi mendengar Clara yang selalu menyebut nama Fareel, langsung mengatakannya  kepada Fareel. Tetapi ia malah acuh dan bilang Clara akan baik-baik saja. Aku tak bisa menahan lagi emosiku saat itu, aku langsung mengatakannya bahwa Clara menyayanginya, Fareel malah membentakku dan bilang perasaanya tidak bisa dibohongi, ia tidak menyayangi Clara dan hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Setelah kejadian itu aku tak pernah lagi membujuk Fareel agar mau menengok Clara. Hingga pada akhirnya keadaan Clara memburuk,ia kritis tapi selalu saja bergumam menyebut nama Fareel. Aku menurunkan egoku untuk menelpon Fareel menyuruhnya untuk cepat datang ke rumah sakit, tetapi tak ada satu panggilan pun yang ia angkat dari aku ataupun Ulya. Sampai akhirnya Clara meninggal dan itu semua karena Fareel.” ucap Edric bercerita panjang lebar dengan suara tercekat.

Casey yang memahami keadaan Edric mengelus punggung lelaki itu untuk menenangkannya. Rupanya itu cerita yang tak ingin dijelaskan Fareel kepadanya. “Sudahlah Edric, aku mengerti kau begitu menyayangi Clara, tetapi kau juga harus mengikhlaskan kepergian Clara. Aku yakin Clara tidak ingin kau dan Fareel bermusuhan seperti ini.” bukannya menyetujui ucapan Casey, Edric malah menatap Casey tajam.

Edric beranjak dari duduknya dan mencekik leher Casey. Casey yang terkejut langsung memegang tangan Edric agar melepas tangan Edric dari lehernya.

“Bukankah kau tau Kylie? Adik kandung Fareel? Apakah Fareel tidak pernah bercerita kepadamu tentang Kylie?” Casey terkejut mendengar perkataan Edric.

“Sebenarnya, Kylie tidak bunuh diri seperti apa yang Fareel bilang. Tetapi aku yang membunuhnya dan aku membuat kematian Kylie seolah-olah bunuh diri.” Casey kembali terkejut, senyuman miring tercetak di wajah Edric.

“Adiknya meninggal, hingga membuat mamanya Fareel stress dan meninggal. Haha... benar-benar berjalan seperti yang kuharapkan.” Edric tertawa, hingga Casey menjadi ketakutan, ia menyesal sangat-sangat menyesal karena mempercayai Edric.

“Sekarang tiba giliranmu, kau adalah adik yang amat Fareel sayangi, hm... harus kuapakan kau? Apa aku harus memperkosamu lalu membunuhmu?” Casey menggeleng kencang mendengar ucapan Edric, ia menangis.

“Apa aku mulai dari bibirmu saja ya?” Edric langsung mencium bibir Casey dengan nafsu dan emosi. Setelah itu ia mengangkat Casey ke atas brankar dan mengikat pergelangan tangan Casey ke besi pembatas brankar. Setelah mengikat Casey Edric kembali mencium dan melumat bibir Casey, lalu mulai membuka jaket yang Casey kenakan.

Casey meronta dan berteriak sambil menangis. Edric hanya menertawakan apa yang Casey lakukan. “Berteriaklah, sayang. Tidak ada yang bisa mendengarmu. Jadi kau bisa berteriak sepuasnya.”

“Berhenti!” teriak seorang pria sambil menodongkan pistolnya, di belakang pria itu berdiri Fareel yang wajahnya merah padam karena emosi melihat apa yang dilakukan pada Adik kesayangannya itu.


∽介∽介∽介∽

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now