“Nah begitu dong, jangan bersedih. Kau akan mendapatkan lelaki yang lebih daripada Edric. Ah sudahlah, jangan membaas Edric terus, tuh anggota kelompok kita suda datang.” Ujar Stella sambil menunjuk ambang pintu cafe, terlihat ada empat orang perempuan yang melambai ke arah mereka.


∽介∽介∽介∽


Setelah mengucapkan terima kasih pada Stella dan melihat mobil Stella berbalik meninggalkan halaman rumahnya, Casey langsung masuk ke dalam rumah. Saat Casey mengucap salam, tak ada yang menjawab salamnya. Rumahnya dalam keadaan sepi. Ia memutuskan naik ke lantai dua. Saat ia akan berjalan menuju kamarnya, ia melihat pintu kamar Fareel terbuka. Ia mengintip dari celah pintu yang terbuka dan melihat Fareel tengah serius mengerjakan sesuatu,  telinganya disumpal ole earphone. Timbullah ide di benak Casey untuk menjahili Fareel. Ia masuk mengendap-endap dan membuat Fareel terkejut.

“KAK FAREEL!” teriak Casey sambil memegang kedua bahu Fareel. “ASTAGA, CASEY!” teriak Fareel terkejut. Melihat reaksi Fareel yang sangat terkejut membuat Casey tertawa terbahak-bahak sementara Fareel menatap Casey tajam. “Itu tidak lucu, Casey! Lihatlah, tulisanku jadi salah.” Fareel menunjuk bukunya yang terdapat goresan asal-asalan. Di bukunya kini hanya ada goresan yang menutupi tugasnya, padahal sebentar lagi tugasnya akan selesai. Casey hanya menyengiir dan membaringkan tubuhnya di ranjang milik Fareel. “Kemana yang lain? Kenapa sepi sekali?” tanya Casey.

“Ayah dan Bunda mengadiri sebuah pertemuan, mungkin mereka akan pulang saat tengah malam.” Casey melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam baru menunjukkan pukul enam sore, Casey menghela nafas ia bosan diam di rumah hanya berdua dengan Fareel, karena suasana rumahnya yang terlalu sepi.  Casey menggeliat ke sana kemari hingga membuat Fareel menoleh ke arahnya.

“Kau kenapa sih? Kenapa menggeliat seperti itu?” tanya Fareel heran. “Aku bosan, Kak tak tahu harus melakukan apa.” Jawab Casey. “Kenapa kau tidak keluar nonton bioskop?” saran Fareel sambil sibuk menulis ulang tugasnya. Casey langsung mengambil posisi duduk sambil menatap Fareel. Merasa diperhatikan sedaritadi, Fareel menoleh ke aarah Casey. “Kenapa? Apa aku saranku salah?” tanya Fareel tak mengerti. “Ayo Kak,” ucap Casey tiba-tiba. “Kau mau kemana?” tanya Fareel heran. “Menonton.” Jawab Casey singkat. Fareel malah tak menyahuti ajakan adiknya dan malah berbalik kembali fokus menulis tuganya. Casey yang melihat Fareel mengacuhkannya langsung berdiri di dekat meja belajar Fareel. “Ayo temani aku menonton!” rengek Casey pada Fareel.

“Pergi saja sendiri. Aku sedang mengerjakan tugasku.” Tolak Fareel. “Ayolah Kak... tak tegakah kau membiarkan Adikmu sendiri menonton bioskop?” Casey kembali merengek-rengek, kali ini sambil menarik lengan Fareel. Fareel yang merasa jengah dengan tingkah adiknya, kembali membuka suara. “Ya sudah, aku mau menemanimu. Asalkan kau biarkan aku menyelesaikan tugasku ini, dulu.” Casey kembali merengek. “Ah..., terlalu lama!” Fareel menggeleng, sebentar lagi selesai, lebih baik kau ganti pakaianmu dulu.” Casey mengalah dan berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Setengah jam kemudian, mereka sudah berada di salah satu bioskop. “Kau mau menonton apa?” tanya Fareel sambil melihat jadwal daftar film yang tayang. “Hm..., aku ingin menonton film kartun.” Fareel kali ini tak banyak bicara, ia lebih memilih mengikuti keinginan adiknya itu. Untung saja Casey tak memilih film ber-genre romance. Karena menurutnya film ber-genre romance terlalu lebay dan membosankan. Yah, walaupun ia juga sebenarnya tak menyukai film yang ber-genre kartun. Tetapi lebih baik ia menonton film kartun daripada romance.

Setelah membeli tiket, popcorn dan juga minuman. Mereka masuk ke studio karena filmnya akan segera diputar. Mereka mengambil tempat duduk sesuai yang tertera di tiket mereka dan mulai asyik menyaksikan film itu.

Selesai menonton, Fareel membawa Casey ke salah satu restoran. Berjam-jam duduk di bioskop dengan ditemani minuman dan popcorn. Tidak membuat Fareel kenyang. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Fareel mengobrol dengan Casey. “Bagaimana filmnya? Apa kau suka?” Casey langsung mengangguk kuat.

“Aku senang dengan filmnya. Ngomong-ngomong terima kasih karena telah bersedia menemaniku menonton, Kak.” Casey tersenyum hingga deretan giginya yang putih, terllihat. Fareel mengangguk sambil mengacak rambut Casey. Ia senang melihat Casey tersenyum seperti ini. Rasanya Fareel ingin melihat senyuman itu setiap hari.

Salah satu pelayan mengantarkan pesanan mereka. “Permisi Tuan dan Nona, ini pesanannya. Silahkan dinikmati.” ucap pelayan itu ramah. Setelah keduanya mengucapkan terima kasih, pelayan itu berbalik dan mereka mulai menyantap pesanan masing-masing. Saat tengah menyantap pesanannya tiba-tiba Casey mendapatkan sebuah smsa. Casey langsung mengambil pnselnya dari tas selempangnya dan melihat pesan itu.

From: Edric
Kau kira bisa lolos begitu saja dariku, Casey? Tidak, ini semua belum selesai, bahkan semuanya baru akan dimulai.

Casey terdiam mencerna apa maksud Edric mengirim pesan seperti itu. Fareel yang melihat Casey diam mematung langsung bertanya pada Casey.

“Ada apa, Casey?” Casey menatap lamat Fareel.

My Amazing Brother [Completed]Where stories live. Discover now