The Caliph, Cupid, and the Clock

59 2 3
                                    


Pangeran Michael dari Valleluna duduk dibangku taman favoritnya. Pada malam hari yang dingin, dia merasakan arti kehidupan sesungguhnya. Bangku lainnya kosong. Cuaca yang dingin mengirim orang untuk tetap tinggal di rumah.

Bulan bersinar di atas rumah sebelah timur taman. Anak-anak bermain dan tertawa. Alunan music terdengar pelan dari arah jalan terdekat. Di sekeliling taman kecil, taksi-taksi dikemudikan. Kereta-kereta penjelajah bergulir cepat diatas jalan. Taksi dan kereta, dengan suara-suara bising, terdengar seperti binatang diluar taman. Tetapi mereka tidak dapat masuk. Taman yang aman dan sepi. Dan diatas pohon terlihat besar, bundar, sebuah jam bersinat terang di bangunan tua yang tinggi.

Sepatu Pangeran Michael usang dan rusak. Tidak ada tukang sepatu yang dapat membuatnya terlihat baru lagi. Pakaiannya sobek. Rambut diwajahnya telah tumbuh dua minggu. Warnanya--abu-abu dan coklat dan merah dan hijau-kuning. Topinya sudah sangat tua dan lebih parah daripada sepatu dan pakaiannya.

Pangeran Michael duduk dibangku favoritnya dan dia tersenyum. Dipikirannya dia mempunyai cukup uang untuk membeli rumah didekat taman, jika dia berharap. Dia pemilik emas paling banyak dari semua orang kaya di New York kota kebanggaannya. Dia memiliki banyak perhiasan, rumah, dan tanah. Dia duduk di meja bersama raja dan ratu. Hal terbaik didunia ini menurutnya--seni, kesenangan, wanita cantik, kehormatan. Semua hal manis di hidupnya menunggu Pangeran Michael dari Valleluna dimanapun dia memilihnya. Tetapi sebagai gantinya dia memilih duduk di atas bangku taman dengan pakaian lusuhnya.

Untuk merasakan buah dari pohon kehidupan. Dia benci merasakannya. Disini, ditaman ini, dia merasa dunia memukul hatinya. Dia berharap itu membantunya untuk menghilangkan perasaannya.

Pikirannya beralih seperti mimpi yang melewati pikiran Pangeran Michael. Senyum mengembang diwajahnya dengan rambut yang berwarna. Duduk seperti ini, pakaian lusuh, dia senang belajar menjadi laki-laki lain. Dia senang melakukan hal yang terbaik untuk lainnya. Memberikan lebih banyak kesenangan untuknya daripada menikmati seluruh kekayaannya. Itulah kesenangan utama untuk menolong orang yang memiliki masalah. Dia suka menolong orang yang membutuhkan pertolongannya. Dia suka memberikan kejutan dengan hadiah-hadiah seperti bangsawan. Tetapi dia selalu berusaha bijaksana, setelah berpikir panjang.

Dan sekarang, seperti cahaya yang dia lihat di jam kebesarannya, senyumnya memudar. Pangeran selalu berfikir keras. Ketika dia berpikir tentang waktu, dia selalu merasakan kesedihan menyentuhnya. Waktu mengendalikan dunia. Orang-orang melakukan apa yang waktu perintahkan. Mereka datang dan pergi selalu dikendalikan oleh waktu. Mereka selalu bergegas, dan selalu takut, karena waktu. Itu membuatnya sedih.

Beberapa lama kemudian, seorang laki-laki muda mengenakan pakaian sorenya datang dan duduk dekat dengan Pangeran. Selama satu setengah jam dia duduk dengan gelisah. Kemudian dia mulai memandang ke arah jam diatas pohon. Pangeran menebak bahwa laki-laki muda itu dalam masalah. Bagaimanapun juga jam itu merupakan bagian dari masalahnya.

Pangeran bangkit dan menuju tempat duduk laki-laki muda itu.

"Saya adalah orang asing, dan sebaiknya saya tidak berbicara pada anda". Kata Pangeran. "Tapi saya dapat menebak bahwa anda dalam masalah. Saya adalah Pangeran Michael dari Valleluna. Saya tidak ingin orang tahu siapa sebenarnya saya. Inilah mengapa saya mengenakan pakaian lusuh ini. Inilah hal kecil dari kesenanganku untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Pertama saya harus merasakan mereka memang layak ditolong. Saya pikir kamulah orangnya. Dan barangkali permasalahanmu akan berakhir jika aku dan kamu bersama-sama memutuskan apa yang harus dilakukan.

Laki-laki memandang dengan berbinar kearah Pangeran. Berbinar, tetapi masih terlihat kesusahan. Dia tertawa, kemudian, tetapi masih tetap terlihat kesusahan. Tetapi dia mendapatkan kesempatan untuk berbicara kepada seseorang.

The Caliph, Cupid, and the ClockWhere stories live. Discover now