Chapter 6

1.8K 215 2
                                    

Suho POV

Kehidupanku memang sempurna jika hanya dilihat dari luar. Jujur saja saat Irene melihat keluargaku makan malam bersama, aku lihat kesedihan di matanya.

Keluargaku memang bergelimang harta. Memang pula penuh kebahagiaan. Tapi kebahagiaan itu hanya sebagai pencitraan belaka. Aku tidak merasakan ada kenyamanan di rumah ku. Apalagi jika hyung sudah berulah. Aku akan terkena imbasnya. Seperti saat ini. Aku tidak kaget lagi. Semua ini sering terjadi. Untung saja Irene sudah pulang. Jika dia masih disini aku tidak tau apa yang akan terjadi.

"Suho! Bisakah kau berhenti berulah?!" Bentakan dari appa sudah kuanggap seperti alunan musik rock yang aku biasa dengarkan.

Aku hanya diam.

Ini semua bukan salahku

"Jangan membawa barang haram itu lagi ke rumah kita! Bagaimana jika rekan bisnisku tahu bahwa anakku seorang pecandu?! Memalukan!" Kulihat eomma hanya diam tidak berkutik. Appa memang memegang kekuasaan penuh.

"Itu bukan punyaku. Itu punya Siwon hyung." ujarku datar.

"Kau masih berani melemparkan kesalahanmu pada orang lain?!" Kulihat amarah appa semakin menjadi. Ah harusnya tadi aku diam. Aku beranjak dari posisiku dan segera keluar dari rumah. Lebih baik aku pergi dulu sejenak. Aku megabaikan appa yang meneriakan namaku.

Apakah wajahku ini seperti seorang pecandu? Aku bahkan tidak pernah merokok apalagi mengkonsumsi barang seperti itu. Aku tahu batasan. Aku tahu hal yang layak kulakukan diumurku yang masih muda ini. Hyung memang selalu begitu sejak dulu. Saat aku dimarahi didepannya karena kesalahan yang bahkan tidak kulakukan, ia hanya diam. Jika saja aku sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku tidak akan sudi tinggal dirumah itu lagi.

Beberapa minggu yang lalu bahkan lebih parah dari ini. Seorang pemuda meminta ganti rugi pada appa dan berkata bahwa aku menabraknya. Hei! Bahkan mobilku tidak lecet sedikitpun. Ah aku bisa gila jika terus memikirkan ini.

Hyung memanglah anak emas appa karena katanya ia akan menjadi pewaris perusahaan. Aku tidak peduli akan hal seperti itu. Aku menyukai hidup yang santai. Tidak hidup dengan komputer dan berkas-berkas seperti itu. Tapi entah mengapa hyung selalu takut jika ayah mulai menyayangiku. Maka dari itu ia berulah dan mengatasnamakanku. Tapi aku tidak peduli. Aku bisa mencari kebahagiaanku sendiri. Aku cukup senang memiliki teman-teman yang mengertiku. Dan sekarang ditambah dengan kehadiran Irene. Aku cukup bersyukur.

----IMMATURE----


Seperti biasa aku memarkirkan mobilku di halaman parkir. Aku keluar dari mobil dan menutup pintu. Ternyata Joy ada dibelakangku.

Wajah gadis itu memerah. Terlihat imut.

"Oppa, ini aku cake ini untukmu."

Ah.. cheesecake

"Terimakasih." Aku mengambilnya. Lumayan lah..

"Irene eonni mengapa tidak dengan oppa?"

"Tadi aku bangun kesiangan." bohongku. Padahal memang aku tidak pernah bersama Irene saat berangkat sekolah.

Saat Irene berjalan di depanku, aku meninggalkan Joy tanpa kata-kata dan segera mendekat pada Irene.

"Itu darinya?" Irene mengarahkan pandangnya pada cake yang kubawa.

"Iya. Lumayan kan.. Cheese cake. "

"Oh.." jawabnya lirih. Apakah ia cemburu? Ah tidak mungkin

immature ◆ sureneWhere stories live. Discover now