Unleash The Beast

10 0 0
                                    


Aku akan berbicara dengan seorang psikopat hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku akan berbicara dengan seorang psikopat hari ini.

Sepertinya itu alasan yang paling masuk akal kenapa Denina tidak mengacuhkanku sepagian ini. Itu, kalau hari ini bukan waktunya si tamu merah bulanannya sedang berkunjung. Aku biasa menyebut nya The Purge Day; kau tahu, banyak sekali darah dan hal-hal tak stabil yang selalu gagal kupahami.

Hari ini merupakan hari yang sangat penting. Maksudku, tidak setiap hari kau berkesempatan berbicara empat mata dengan seorang psikopat, kan? Dan, sungguh aku tidak ingin sedikitpun perkara menghancurkan suasana bagusku hari ini.

Jadi sebisa mungkin aku meyakinkan diri bahwa galeri foto ponselku lebih menarik diperhatikan daripada sikap dingin Denina. Meskipun beberapa saat kemudian aku sadar bahwa isi galeriku tak lebih dari satu foto yang sengaja tak kuhapus; fotoku bersama abangku. Sangat tidak seru. Lalu aku mengubah fokus pada bangunan Unit 13 yang kelam dan suram seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Lebih tidak seru. Hidungku bahkan tiba-tiba saja mengerut ketika mendeteksi bau-bau ajaib campuran lembap dan obat-obatan—yikes!

Bagaimanapun, Unit 13 adalah tempat khusus untuk orang-orang berlebih yang tidak melihat dunia seperti kita pada umumnya. Tentu saja tempat ini menakutkan. Memangnya apa yang aku harapkan, tembok berwallpaper dan lantai berkarpet?

Pada akhirnya, aku kembali melirik Denina yang sedang berjalan beriringan bersamaku. Wajahnya yang masam mengingatkanku pagi ini Denina menyeduh secangkir cokelat panas untukku dan bukannya kopi hitam seperti biasanya. Belum lagi telur mata sapi setengah matang yang melihatnya saja sudah membuatku ingin muntah. Kurasa ia sengaja menghancurkan sarapanku agar suasana hatiku berubah dan rencana berbicara dengan psikopat di Unit 13 kubatalkan.

Aku mendadak tersentak dan membuang muka saat Denina menoleh padaku. Kupikir ia akan berbicara sesuatu. Tapi ternyata ia hanya mendengus gusar. Lalu setelah itu langkahnya menjadi sangat pasti serta terburu-buru karena hentakan heelsnya menggema di sepanjang koridor.

Kemudian aku menghembuskan napas panjang. Menyerah untuk menerka di mana letak kesalahanku kali ini. Lagipula, Denina adalah istriku. Fakta bahwa aku akan berbicara empat mata dengan psikopat hari ini pasti membuatnya cemas.

Wajar bukan kalau seorang istri mengkhawatirkan suaminya?

*

"Aku akan masuk," kataku, pada Denina yang masih bergeming. Tiba-tiba saja aku berharap saat ini juga terjadi gempa bumi supaya istriku ini memberikan respon.

Yakin Denina tak akan menjawab, aku mengangguk pada satu dari dua orang penjaga ruang interogasi. Ia membukakan pintu yang, di luar dugaanku, tidak terkunci dan mempersilakanku masuk. Aku menarik napas mantap lantas melangkah masuk, melewati pintu yang segera tertutup rapat ketika seluruh tubuhku sudah berada di dalam. Aku menoleh ke belakang, melihat pintu interogasi yang memiki panel tembus pandang berbentuk persegi panjang secara vertikal. Dari sini aku dapat melihat Denina yang tiba-tiba saja berubah sendu.

UNLEASH THE BEASTWhere stories live. Discover now