Setelah Acara ijab qobul dan makan-makan selesai, Aku yang bersama dengan para sahabat-sahabat fillahku yang lain berpamitan, mengingat waktu juga sudah sore sedang rumah Nilam dengan tempat kami bekerja cukup jauh hingga mau tidak mau Aku harus menginap dirumah salah satu sahabatku yang lain. 

Namanya Yanti, dia sahabat sekaligus tetangga mesku, dan kebetulan rumah dia dengan Nilam tidaklah terlalu jauh, setidaknya setengah jam perjalanan dari rumah yanti dan Nilam, dibanding dengan tempat kerjaku yang hampir memakan waktu 3 jam lebih, Aku lebih memilih menginap dirumah Yanti dan besok baru pulang ketempat kerja. 

"Semoga cepat nyusul ya mbak Ratna..." Doa Nilam 

"Aamiin... Makasih doanya ya Nilam, semoga samawa Aamiin... " Jawabku yang juga diaminkan oleh Nilam, sedang sang suami hanya tersenyum simpul melihat pelukan kami yang erat. 

Aku dan Yanti memutuskan untuk naik bus, karena jalan masuk kerumah Yanti adalah jalur dua, dimana jalan kerumah Yanti merupakan jalan lintas sumatra, jadi banyak mobil besar yang lewat, tak jarang truk maupun fuso saling adu salip agar bisa sampai lebih duluan, padahal kalau diingat-ingat nih jalan banyak lubangnya tapi masih aja mirip arena balap.

"Ya Salam...." 

Ngelus dada, ketika tiba-tiba ada sebuah truk membunyikan klaksonnya tepat disamping kami, dasar tuh sopir ngece banget, jengkel tapi juga percuma nggak akan bisa diomelin tuh si sopir, bawa mobilnya udah kayak bawa angin wussss, kenceng kayak angin.

"Yuk Rat naik bus itu aja, udah langganan soalnya." Ajak Yanti sambil menunjuk mobil yang berwarna orange mulai jalan perlahan kearah kami, Aku yang notabennya nggak ngerti daerah situ cuma manggut dan ngekor mengikuti jejak dari si Yanti. 

"Alhamdulillah ngadem sejenak, dimobil ber-ac, dingin sekaligus capek berhasil membuatku terlelap tidur, sedang Yanti, entahlah Aku sudah lupa." 

"Rat, Rat, Rat... Bangun kita udah mau sampai." Panggil Yanti sembari mengoncang-goncangkan tubuhku, 

"Eh... Udah sampai tah?" Tanyaku tak percaya

"Ho'oh Yuk.." Ajak Yanti semangat

"Lah perasaan baru aja mejem, tau-tau malah udah sampai gimana ceritanya ini.." Aku ngedumel nggak jelas, namun tak digubris oleh Yanti, miris.

Setelah turun dari mobil, tepat pukul 2 siang, Yanti mengajakku untuk berjalan kaki menuju kediamannya. 

"What? Hel to de lo heloooo.... 

Ini panas kali..."

Tapi mau nggak mau Aku harus berjalan kembali mengekor, mengintili Yanti dari belakang, jujur Aku malas, tapi tak enak hati jika tiba-tiba Aku meminta Yanti untuk membayariku naik ojek, nggak jauh sie jalannya hanya 400 meter tapi panasnya ini yang bikin kagak nahan. 

"Eh Yan.. Neduh yuk...?" Ajakku pada Yanti yang masih memiliki semangat 45, padahal body dia denganku lebih besar Aku dan dia mungil ingil-ingil tapi malah punya tenaga kuda. 

"Lah nanggung lo Rat, bentar lagi juga nyampe..." Sahutnya masih dengan berjalan paling depan.

"Ya wes fix nurut deh..." Kepasrahan itu yang kuberikan kepadanya. 

Dan apa yang dikatakan Yanti memang benar, hanya selisih 50 meter dari ajakan berteduhku tadi dengan rumah Yanti, ternyata kami sudah sampai. 

"Hmmm... Ini to rumahnya... " Bathinku sambil memandangi rumah Yanti, yang bentuknya tak jauh beda dengan rumah kami. 

Dinding yang masih terbuat dari papan dan kayu seadanya, dengan atap rumah yang lebih layak dibandingkan dengan rumahku tentunya.

"Assalamu'alaikum..." Yanti memberi salam, sedang Aku lebih kayak patung penasaran, berdiri mematung disamping Yanti dengan mata jelalatan kesana sini tak jelas.

8 Tahun...Where stories live. Discover now