Part 3 - That Android

44 6 17
                                        

Lima menit menuju jam dua malam, mataku masih terbuka sempurna. Memikirkan banyak hal yang telah terjadi hari ini membuatku tidak bisa tidur, berbagai cara sudah kulakukan namun rasa kantuk tak kunjung menghampiriku.

Salah satu hal yang terus kupikirkan adalah si asshole itu—bukan, bukan! Aku memikirkannya bukan karena aku peduli padanya. Lebih tepatnya, aku terus memikirkan kebenaran perkataannya tadi.

Gadis itu memang sangat kaya karena keluarganya cukup terpandang di kota ini. Ayahnya menjabat sebagai sekretaris perusahaan AndroLife, kakaknya bekerja di bagian pembuatan suku cadang Android, dan anggota keluarga lainnya juga memiliki pekerjaan dan jabatan yang tinggi.

Walaupun ayahnya punya koneksi dengan AndroLife, hal ini tetap tidak mungkin. Maybe, aku salah dengar atau bahkan Ashley yang salah lihat.

Gadis itu,

Melihat Android ZXSA92.

•••

Beberapa jam sebelumnya.

"Katakan dengan jujur! Kau tahu sesuatu, kan?" Aku mendorong gadis itu ke dinding kaca koridor sekolah bagian selatan. Gadis itu meringis kesakitan kemudian menatapku jijik.

Ketika keluar dari ruang kelas tadi, aku  tidak langsung berpisah dengan Ashley dan pulang ke rumah, aku langsung menarik gadis itu ke gedung sekolah bagian selatan sambil mencegah ia berteriak dan mengaktifkan Zeyephone-nya juga menghindari perlawanannya. Tak lupa dengan beberapa Android Penjaga yang berjaga di area sekolah.

Saat itu aku berpikir, mungkin aku punya bakat menculik seseorang tanpa tertangkap.

"Iya! Aku tahu sesuatu! Kenapa, huh?" dia memegang pundaknya yang terbentur dinding, "ugh, sialan."

"Katakan padaku apa yang kau ketahui," aku kembali mendorongnya kasar ketika ia berusaha kabur, membuatnya kembali meringis kesakitan. "For God's Sake! Kau yakin kau perempuan? Kekuatanmu itu seperti laki-laki!"

"Makasih."

Ashley kembali menatapku heran. Aku pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama.

"Perlu kuulang berapa kali? Cepat katakan padaku, apa yang kau ketahui! Dan jangan menghindari pertanyaanku," ucapku kesal.

Gadis itu diam beberapa saat, menghela nafas malas dan kemudian menjawab remeh. "Kau terlalu bodoh untuk mengerti," ia berusaha mengaktifkan Zeyephone-nya untuk menghubungi Android bodyguard miliknya—yang pasti sedang menunggu di halaman sekolah dengan resah karena pemiliknya tak kunjung keluar.

Melihat itu, tanpa buang-buang waktu aku segera melepas benda kecil yang terpasang di telinganya itu sebelum berhasil ia nyalakan. Karena jika ia berhasil menghubungi Android-nya, hanya tinggal menunggu waktu hingga keadaan berbalik.

"Kau yang terlalu bodoh sehingga bergantung pada benda ini," balasku.

"Kembalikan, sialan!"

Kelebat bayangan yang berlari cepat beberapa meter di sampingku membuatku kaget, begitu juga dengan Ashley. Ketika bayangan itu hilang di balik tembok, sikap Ashley berubah 180°. Ia kembali ketakutan sama seperti saat di ruang kelas tadi—tubuhnya gemetar dan setitik keringat mengalir di pelipisnya. Melihat sikapnya, aku khawatir jika bayangan itu adalah seseorang atau sesuatu yang menyebabkan suara tembakan tadi.

Jika benar, aku ingin cepat-cepat menyelesaikan permasalahan ini dan pergi secepatnya karena mungkin ia akan kembali berulah—terutama seorang Ashley yang bahkan sering melawan para senior terlihat sangat takut yang berarti pelaku suara tembakan itu sangat menakutkan dan berbahaya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Android Where stories live. Discover now