"Hei! Berhenti disitu! Jangan kabur!" Teriakan polisi itu masih dapat kudengar walaupun jarak kami terbilang jauh.
Aku mempercepat lariku. "Sorry, sir! Jika aku berhenti, kalian akan menangkapku!"
Aku menoleh ke belakang dan mendapati 10 polisi yang masih mengejarku. Aku juga heran, kenapa mereka mengejarku? Apa salahku? Oh ayolah, aku hanya tak sengaja mematahkan lengan robot sialan di perpustakaan tadi.
"Dasar anak nakal! Berhenti!"
Kupercepat lariku sambil menoleh ke kiri dan kanan, mencari tempat yang cocok untuk mengecoh para polisi di belakangku ini. Hingga pandanganku tertuju pada sebuah gudang tua yang sudah tak terpakai---yang kuketahui adalah bekas pabrik besi pada tahun 3010.
Aku segera berbelok dan masuk ke dalam gudang itu. Aku bersembunyi di balik pintu besar yang terbuka, pintu itu terbuat dari baja namun sudah berkarat. Kulihat para polisi bodoh itu masih mengejarku dan ikut masuk ke dalam.
Mereka menghentikan lari mereka kemudian saling melirik.
"Apa kau yakin dia masuk ke sini?" Tanya salah seorang polisi yang kuyakini adalah ketua dari kelompok polisi yang mengejarku.
"Yes, sir. Anak itu masuk ke sini," jawab orang di sampingnya.
Aku mengintip lewat lubang kecil yang menghiasi pintu tua ini. Suasana di dalam sini sangatlah gelap. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah dari luar---yang masuk melalui pintu gudang yang terbuka.
Para polisi itu melangkahkan kaki mereka secara perlahan dan mulai memasuki bagian dalam gudang yang sangat gelap. Tiga dari mereka pergi keluar dan berjaga di depan pintu. Lah? Bagaimana caranya aku kabur?
Tiba-tiba, terbesit sebuah ide di kepalaku. Hm, mungkin aku bisa mencobanya. Tapi kurasa ide ini mustahil untuk dilakukan oleh seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang kekuatannya sedang tak bersahabat karena belum makan sejak pagi. Lagipula, lawanku kali ini adalah sekumpulan polisi berotot dengan kekuatan yang lebih besar dariku.
Ah, masa bodoh. Daripada aku terperangkap di sini atau mungkin para polisi itu menemukanku. Tidak ada salahnya aku mencoba ide ini, kan?
Baiklah, aku harus menunggu waktu yang tepat. Untuk yang kesekian kalinya aku mengintip untuk melihat keadaan sekitar.
"Vhin, menurutmu dimana gadis itu bersembunyi?" Tanya salah seorang polisi yang sedang berjaga di luar. Oh, mereka sedang membicarakanku, ya?
"Entahlah. Tapi, sedari tadi aku merasa ada yang memperhatikanku dari balik pintu itu," jawab seorang pemuda yang kuketahui bernama Vhin sambil menunjuk pintu gudang tempat aku bersembunyi.
Shit.
"Iya, dari tadi aku juga merasa seperti ada yang mengawasi kita bertiga," timpal pria tertinggi diantara mereka bertiga.
Untuk sesaat, mereka terdiam dan saling melirik. Keadaan cukup hening hingga mereka segera melesat dan berlari menuju ke arahku. Rasa panik dan takut langsung memenuhi pikiranku.
Aku segera bersiap dengan tinjuanku. Tanganku terkepal kuat dan keringat membanjiri wajahku.
Tiba-tiba, pintu terbuka dan aku mendapati tiga orang polisi itu sudah di depanku dengan pistol masing-masing yang terarah tepat ke arahku.
"Disini kau rupanya." Polisi itu tersenyum miring. Well, dia lumayan tampan.
"Hiyyaa!" Aku berteriak dengan kencang kemudian melontarkan pukulanku ke perut salah satu dari mereka.
Bunyi bukk! dan kreekk! terdengar setelah tinjuanku mendarat di perut berotot miliknya. Pria yang baru saja kutinju perutnya itu tak bergeming. Jangan bilang dia tak merasakan tinjuanku. Dan ... ehm ... kurasa jariku patah.
Aku menarik kembali tanganku dan meringis kesakitan sedangkan tiga orang di depanku malah menatapku remeh. Mereka tak tahu jika lawan mereka adalah seorang penipu dan pengecoh berpengalaman (?).
Rasakan trik andalanku! "Hei! Lihat! Donat terbang!" Seruku dengan jari telunjuk yang mengarah ke atas mereka, menunjuk sebuah donat terbang.
Kulihat ekspresi mereka bertiga berubah menjadi datar dengan alis yang terangkat.
"Oh, dengan tambahan meises coklat dan keju mozarella yang masih hangat! Juga buah stroberi utuh! Dan marshmallow!" Tambahku semangat dengan posisi yang masih sama. Berharap mereka percaya dengan perkataanku.
Ya, aku tahu perkataanku tidak masuk akal. Buah stroberi utuh dan marshmallow pada donat? Apa itu ada? Aku sungguh bodoh, dan aku tahu itu. Tapi, hei! Tiga polisi itu malah mengangkat kepala mereka dan melihat ke arah dimana aku menunjuk donat terbang spesial itu (?).
Sekarang siapa yang bodoh?
Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, aku segera menendang dada tiga polisi itu dengan (sangat) kuat yang menyebabkan mereka kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Informasi tambahan, kurasa aku mendengar suara 'kreek' saat menendang tadi.
Aku segera mendekat kemudian memegang kepala polisi yang paling kecil. Dengan cepat, kuputar kepalanya hingga patah dan mencabutnya. Ya, aku mencabut kepalanya. Jangan khawatir, darahnya hanya sedikit, yang banyak hanyalah kabel-kabelnya yang mengeluarkan percikan listrik.
Dia sebuah Android. Android Polisi.
Tak lama kemudian, dua polisi---lebih tepatnya, Android---di sampingku segera bangkit dan mulai mengangkat pistol mereka. Sebelum mereka berhasil membidikku dengan benar, aku segera mendekat ke arah mereka dengan cepat (setelah aku melempar asal kepala Android yang baru kucabut itu) dan segera memukul tenggorokan serta ulu hati mereka bersamaan. Yang kutahu, pukulan pada tenggorokan dan ulu hati bisa berakibat fatal walaupun pada Android. Aku juga tak tahu, apa Android punya ulu hati?
Tiba-tiba, Android yang kupukul di ulu hati segera terjatuh sambil memegang perutnya dan mulai meringis kesakitan, juga sesak napas. Sepertinya cara ini berhasil padanya.
Aku segera berbalik untuk membereskan sisanya, dan tepat pada saat itu, sebuah besi besar menghantam dahiku dengan sangat keras. Dua kali.
Biar kuberi tahu bagaimana rasanya ...,
SAKIT! SANGAT SAKIT! KEPALAKU TERASA PUSING DAN BERDENYUT! DAN AKU BISA MENCIUM BAU ANYIR ... Oh, darah, ya?
Aku ingin bertanya; kenapa aku tidak pingsan? Kenapa kesadaranku masih ada? Apa aku punya kekuatan super?
Baiklah, lupakan itu. Sekarang aku harus membalas perbuatan robot sialan ini.
Aku menatap sinis kepada Android yang berani memukul kepalaku dengan besi itu. Kuacungkan jari tengahku padanya (jangan ditiru). "Bung, rasanya sakit. Kau tahu itu?"
Android yang tersisa di depanku tampak pucat pasi sambil menatapku horror. "Ka-kau tidak pi-pingsan? Ha-harusnya kau pingsan ka-karena aku baru saja memukulmu dengan be-besi ini ...," ia melirik sebongkah besi dengan panjang 50 cm dan lebar 5 cm yang masih digenggamnya. Suaranya terdengar serak karena aku baru saja memukul tenggorokannya. "Ba-bagaimana bisa?" Lanjutnya terbata-bata.
Aku menghela napas kemudian berkacak pinggang. "Aku juga heran dan sempat bertanya kenapa aku tidak pingsan. Lagipula, jika aku pingsan kau akan menangkapku dan membawaku ke kantor polisi. Kau bisa, sih, melakukan itu ...," aku menatapnya tajam dan tersenyum miring, "tapi aku harus memberesimu terlebih dahulu," lanjutku sambil menyeringai.
Sebelum Android itu lari ketakutan, aku segera menangkap kepalanya dan melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan pada rekannya.
"Nice dream, stupid robot" bisikku.
•••
Jadi, gimana part 1-nya? Hehe 😅
Kalo ada penulisan kalimat dan tanda baca yang salah mohon diberitahu, ya :)
Betewe, makasih udah mampir dan baca ceritaku :)
Leave vomments~
See u in next part! 😉🍻
-Ryuzoka_
YOU ARE READING
The Android
Science FictionTahun 3017, dimana umat manusia hidup berdampingan dengan para robot menyerupai manusia atau yang dikenal dengan sebutan, Android. Hampir seluruh manusia di dunia memiliki setidaknya 1 buah Android dengan kategori dan jenis masing-masing sesuai kei...
