Nol | Playboy Kena Batunya

27.1K 858 8
                                    

"Dapat salam noh dari Fadli!"

Riani cekikikan. Ia memainkan matanya memberitahu bahwa ada Fadli di ujung koridor sana. Tapi seperti biasanya, sahabat jutek mampusnya itu malah membuang muka telak-telak. Hal yang membuat Regan tak tahan untuk tak terbahak.

"Gue bilang juga apa! Dulu banyak cewek yang ngejar-ngejar lo sampai mampus, sekarang giliran lo yang ngejar cewek sampai mampus! Hahaha! Kena batunya lo, Li!" sumpal Regan dengan tega.

Sementara tangan Fadli terkepal erat, dalam hati ia berdoa jika Tuhan segera membalikan keadaan. Tapi hingga hari ke tujuh sejak pertama kali bertemu gadis itu, ia tak pernah bisa mendekatinya. Boro-boro mendekat, dari radius sekian meter saat ia muncul saja, gadis itu seolah tahu dan langsung menyingkir terang-terangan. Menolak Fadli mati-matian. Hal yang justru malah membuat Fadli makin penasaran pada gadis itu. Egonya terluka dan rasa angkuh karena tak pernah ditolak cewek sebelumnya, membuatnya semakin bersemangat mengejar gadis itu. Namun entah kenapa, setiap akan mendekat, kakinya selalu lemas. Tak hanya kaki, jantung menggila, bibirnya mendadak kaku dan rasanya ingin pergi sejauh-jauhnya. Malu.

Baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda dengan gadis itu. Sebelumnya tak pernah, terlebih pada gadis lain.

"Udah nyerah aja." Regan terkikik. Tangannya sibuk merapikan baju. Perjalanan dinas ke Singapura berakhir hari ini. Namun tampaknya, Fadli masih ingin tetap tinggal karena penasaran setengah mati. "Cewek banyak kale. Lo jangan nyari yang nolak lo lah. Nyari tuh yang nerima elo!" nasehatnya.

Sementara Wira yang berbaring lemah, terkikik pelan. Lelaki itu baru tahu kalau ada cewek yang berani-beraninya nolak Fadli.

"Iya sih," Fadli menggumam. Egonya terluka parah jika ingat wajah jutek mampus milik gadis itu. Apalagi cercaannya tadi sore. Uuurrgghhhh.....

"Apaan? Kalo ngomong tuh yang jelas!"

Sensi. Gadis berkerudung itu berkata tanpa menatap Fadli sekali pun. Bahkan tangannya dengan santainya membolak-balikan kertas. Sejujurnya ia kesal karena lelaki ini terus menguntitnya sejak seminggu lalu. Sebab sejak awal melihat saja, ia sudah tidak suka. Apalagi didekati.

"Mi-minta nomer lo boleh gak?" Fadli bertanya sambil garuk-garuk kepala. Baru kali ini ia grogi di depan perempuan. Sementara Riani yang menyimak sampai terpingkal-pingkal.

"Gak!" ketusnya yang membuat Fadli menahan nafas sementara Riani makin memerah. Puas sekali tertawa. Lalu Fadli menoleh padanya tapi Riani hanya terbahak tak berniat menolong sedikit pun.

"Udah kan? Cuma itu doang? Udah gue jawab. Sekarang bisa tinggalin kita kan? Bangku kosong kan masih banyak, gak cuma di sini aja." Tutur gadis itu yang masih sama sensi dan juteknya.

Titian KalbuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon