Undetermined : Part 1

833 87 38
                                    

⸭Peraya is Real⸭

Pemuda itu mengerang malas saat seseorang mengguncang badannya kasar. Segera ia mengambil selimut yang sempat melorot dari tubuhnya dan menarik selimut itu sampai menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala. Ia sedang mencoba untuk tidak peduli pada orang yang terus-terusan mengganggu tidurnya. Tapi nampaknya orang itu belum mau menyerah. Dengan segala otot yang dimilikinya, ia menarik pemuda itu hingga-

BRUKK!!!

"Arghh! Sialan kau, Krist"

"Maa, P'Sing berkata kasar kepadaku!"

Terdengar langkah tergesa-gesa menghampiri kamar pemuda yang dipanggil P'Sing tadi dan seseorang lagi yang diketahui bernama Krist.

"Astaga, bisakah kalian tidak ribut sehari saja? Ini bahkan belum sampai satu jam kau bangun, Krist" Sang ibu cuma bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan dua anaknya tersebut, adalah hal yang biasa melihat Singto dan Krist selalu bertengkar tiap hari untuknya.

"Lihatlah anak gadis maa yang satu itu, bagaimana bisa dia tidak punya sisi feminim sedikitpun" sungut Singto kesal, dia menyayangkan tidur nyenyaknya yang diganggu oleh adik satu-satunya itu, Krist. Sedangkan Krist, yang dikatai 'Anak gadis' pun langsung menarik rambut Singto "Siapa yang kau sebut anak gadis, huh?!" selanjutnya terdengar lagi keributan di Rumah yang sederhana itu.

⸭⸭⸭

Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk sarapan. Dua bersaudara itu bersiap-siap untuk berangkat ke kampus mereka, Kasetsart University yang hanya berjarak 15 menit dari rumah Krist dan Singto, sehingga mereka lebih memilih menaiki sepeda daripada motor untuk pergi kuliah. Terlihat dua sepeda dengan model yang sama dengan warna yang berbeda terparkir dalam garasi dekat mobil keluarga mereka. Krist berjalan kearah sepeda yang berwarna pink, Tapi nampaknya Krist harus berboncengan dengan Singto karena dilihatnya ban sepedanya yang bocor.

"P'Sing-"

"Hmm?"

"Ban sepedaku bocor, jadi.."

"Naiklah, P' akan memboncengmu" Mengerti akan kondisi sepeda adiknya, Singto akhirnya luluh dan mau membonceng adik tersayangnya dan dia nampaknya sudah melupakan kejengkelan atas insiden tadi pagi yang membuatnya kesal akan kelakuan Krist tadi pagi.

"P' bagaimana kalau aku saja yang bawa sepedanya, P' yang bonceng"

"Apa kamu yakin?"

"Tentu saja P', aku kuat membonceng P' jangan remehkan adikmu ini, tidak taukah kau P' bahwa aku jauh lebih kuat darimu dan juga-"

"Ya.. ya terserahmu saja" Memutar matanya malas, Singto turun dari sepedanya menghentikan ucapan Krist yang hanya dibalas pout dari sang adik. Selanjutnya Krist langsung mengambil alih kemudi sepedanya, sedangkan Singto duduk di boncengan belakang. Sedikit terhuyung, Krist mengayuh sepedanya menuju kampus mereka. Singto memeluk pinggang Krist ketika adiknya itu sangat cepat mengayuh sepedanya, ada perasaan aneh yang menjalar ketika Singto memeluk pinggang Krist, Singto menggelengkan kepalanya membuang jauh-jauh pikiran yang sepintas melintasi otaknya. "Kau sudah gila, Singto" bisiknya pada diri sendiri.

Jam menunjukkan pukul 10.00 A.M ketika mereka sampai di Kasetsart University, Krist langsung memarkirkan sepedanya di parkiran Fakultas mereka.

"Krist, jam berapa kamu pulang?" tanya Singto ketika Krist selesai memarkirkan sepedanya. "Hmmm- sebentar kulihat... jam 4 sore P'Sing"

"Baiklah, P' tunggu di perpustakaan ya, cari P' disana nanti sore"

"Ay ay captain" ucapnya sambil tersenyum manis kepada Singto, Singto yang melihatnya hanya tersenyum gemas melihat kelakuan adiknya yang satu itu.

UndeterminedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang