Part 5 : Kembang Api

12 6 0
                                    

Setelah sampai di tempat mereka pun mulai bekerja, Ren terlihat sangat sibuk memasang tenda, Tika dan Yana memasak, Rico mengambil air di sungai, dan Latifa sedang beristirahat.
"Perlu bantuan ?" Tanya Vian.
"Tidak usah!" Jawab Ren ketus.
"Beristirahatlah dulu! Biarkan aku membantumu menyelesaikannya.." Vian mengambil peralatan tenda.
"Baiklah.."
"Vian! Terimakasih karena kau sudah menggendong Latifa tadi." Ucapnya kemudian.
"Sama-sama." Jawabnya singkat.

"Tika! Bisakah kau membantuku sebentar ? Tolong kocok telurnya!" Yana juga terlihat sibuk.
"Biarkan aku saja yang membantumu!" Rico mengambil kayu bakar.
"Baiklah! Tolong kupas bawang merah dan bawang putihnya."
"Apa yang bisa ku bantu sekarang ?" Latifa berdiri di samping Tika.
"Kau jangan banyak gerak dulu! Duduk di bawah pohon sana.." Tika mendorongnya, ia tidak mengijinkan Latifa membantunya.

Setidaknya kini semuanya telah berjalan normal kembali, mereka mulai bekerjasama lagi. Latifa pun saat ini kembali duduk di tempatnya tadi, duduk sembari membaca buku sebelum Vian menghampirinya.
"Latifa! Bisakah kita bermalam di sini ? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukan." Vian langsung mengatakannya.
"Apa dan untuk siapa ?" Tanya Latifa.
"Kembang api! Kita akan melihatnya bersama.. semua orang akan melihatnya." Begitulah jawabannya.
"Jika itu untuk Tika maka aku tidak bisa mengelaknya. Aku akan bertanya kepada teman-teman yang lain dan semoga mereka setuju. Setidaknya sebelum kau membunyikan sesuatu yang berisik bisakah kau meminta ijin dulu pada pemilik hutan ?"
"Iya.. aku akan membuat sesajen kecil untuk mereka." Jawab Vian.
"Kau mengerti maksudku ? Dari mana kau tahu tentang sesajen itu ?" Tanya Latifa penasaran.
"Seseorang telah mengajariku untuk meminta ijin kepada pemiliknya jika aku ingin melakukan sesuatu yang mungkin mengganggu penghuni di hutan."
"Boleh ku tahu siapa orang itu ?" Tanya Latifa sekali lagi.
"Dia bukan orang yang penting. Jadi ku rasa, kau tidak usah tahu."
"Baiklah! Aku juga tidak terlalu berharap harus tahu." Latifa mengambil buku dari dalam tasnya.

Tak lama kemudian Latifa berdiri kembali dan meletakkan bukunya di akar pohon. Latifa menghampiri teman-temannya yang sedang sibuk bekerja.
"Maaf! Aku tidak membantu.." Ucapnya.
"Tidak usah bekerja juga tidak apa-apa.. yang terpenting kau tidak boleh drop lagi." Ren tersenyum kepadanya.
"Aku mendengar sesuatu yang menarik dari Vian dan ku rasa kita akan bermalam di sini. Malam ini kita akan melihat kembang api."
"Kembang api ?" Yana terlihat sangat senang.
"Oh.. jadi itu yang kau bawa ? Baiklah.. tidak terlalu buruk juga.." Ren menepuk bahu Vian dengan keras.
"Aku setuju! Malam ini berarti kita juga menghemat biaya listrik lagi.." Rico menoleh ke arah Yana.
"Aku setuju!" Tika juga tampak senang.

Hari pun mulai semakin gelap, Vian dan Ren tampak sangat akrab, mereka bekerjasama dengan baik.
"Vian! Apa kau benar-benar menyukai Tika ?" Tanya Ren tiba-tiba.
"Kenapa bertanya seperti itu ?" Vian menghentikan pekerjaannya.
"Memangnya kau tidak menyukainya ?"
"Aku belum mengatakan apa-apa.. Kenapa kau berpikir jika aku menyukainya ?" Tanya Vian.
"Sudahlah.. lupakan saja!" Ren tidak ingin berdebat dengan Vian hanya karena masalah sepele.
"Vian! Kau tahu.. Latifa sangat menyukai kembang api. Saat tahun baru semua penduduk kota akan menyalakan kembang api, dan dia akan melihatnya sampai tengah malam. Jadi karena itulah aku sangat berterimakasih padamu." Ucap Ren.
"Ya.. aku tahu!"
"Kau tahu apa ?" Ren menjadi sedikit penasaran.
"Maksudku aku tahu jika dia pasti akan suka juga.." Vian terlihat sedikit gugup saat mengatakannya.
"Maaf jika aku terlalu kasar sebelumnya kepadamu. Awalnya aku pikir kau akan merebut Latifa dariku, tapi setelah ku pikir-pikir lagi kau tidak mungkin menyukainya 'kan.. Aku tahu jika kau lebih menyukai Tika, jadi aku tidak perlu khawatir. Tidak ada yang harus ku takutkan darimu.." Mendengar yang dikatakan Ren, Vian hanya terdiam.

"Belum dimulai juga ?" Yana menghampiri mereka.
"Kalau lama begini aku mau pulang!" Rico ikut menggertak.
"Sekarang!" Teriak Ren.

Malam itu mereka benar-benar melihat kembang api yang indah. Vian duduk di dekat Tika, dan ia memperhatikan Latifa dari kejauhan. Matanya yang indah tampak lebih elok saat memandang ke langit, matanya bagai cermin yang membuat pemiliknya tak berhenti berkaca di depannya. Namun tak lama setelah itu cahaya itu mulai mengalir, Latifa menangis tanpa sebab.
"Sudah selesai ? Kenapa cepat sekali ?" Latifa menghapus air matanya, dia tidak terlihat bahagia lagi.
"Kenapa dia menangis ?" Vian bertanya pada dirinya sendiri.
"Jangan hiraukan dia! Dia memang selalu begitu jika sedang melihat kembang api. Mau ku beritahu sesuatu ?" Tika tersenyum padanya.
"Latifa punya kenangan dengan teman masa kecilnya dulu. Sebelumnya ia pernah berteman akrab dengan seorang teman yang gendut, aku tidak tahu namanya siapa.. tapi yang jelas dia menceritakannya padaku. Mungkin sampai sekarang dia masih merindukan temannya itu. Tapi entahlah.. aku juga tidak tahu apa sebabnya mereka berpisah.. Menurutku dia terlalu memikirkannya, padahal itu sudah sembilan tahun yang lalu." Ucap Tika.
"Teman masa kecil ? Aku juga mempunyai teman seperti itu, teman yang sulit untuk dilupakan. Tapi sekarang dia tidak terlalu penting lagi.. karena aku sudah punya orang yang lebih penting darinya." Vian memandangi langit.
"Siapa orang itu ? Teman masa kecilmu dan orang yang penting bagimu ?" Tika penasaran, wajahnya memerah.
"Sudah ku bilang tidak penting! Oh iya.. aku mau buang air dulu. Bolehkah aku pergi ?" Vian berdiri.

Vian pun pergi ke suatu tempat yang gelap jauh dari tenda, sepertinya dia sedang mencari seseorang.
"Ketemu!" Begitulah katanya, ia melihat Latifa sedang menangis di akar pohon beringin.
"Kau ? Sedang apa kau di sini ?" Latifa menghapus air matanya.
"Awalnya aku ingin buang air kecil ke sini, tapi setelah melihatmu aku tahu jika aku tidak bisa melakukannya sembarangan. Aku harus meminta ijin terlebih dahulu.." Jawabnya.
"Lakukanlah! Aku akan pergi.." Begitulah ucap Latifa.
"Aku ingin tahu.. kenapa kau menangis saat melihat kembang api." Vian langsung menanyakannya.
"Bukan urusanmu!" Jawabannya sangat singkat.
"Siapa teman masa kecilmu itu ?" Tanya Vian kemudian.
"Aku tidak akan menceritakannya pada seseorang yang tidak ku percaya. Aku masih belum tahu tujuanmu yang sebenarnya.. Sudahlah, lagi pula aku tidak terlalu tertarik untuk mengetahuinya." Latifa segera bergegas.
"Vian! Ku minta jagalah Tika dengan baik, jika kau menyukainya langsung katakan padanya dan jangan buat dia terlalu berharap." Ucapnya kemudian.
"Aku tidak mengerti maksudmu!"
"Tika adalah temanku yang berharga, jika kau berani memainkannya maka kau akan berhadapan dengan seorang gadis penyakitan sepertiku." Latifa pun pergi.

Vian hanya terdiam tanpa kata, jauh dari yang diketahuinya seseorang mungkin sedang menguping pembicaraan mereka. Orang itu adalah Yana, dia tak mengerti apa maksud dari yang didengarnya itu tapi yang jelas itu tak penting untuk diketahuinya. Yana mengabaikan apa yang baru saja didengarnya dan kembali bergabung dengan teman-teman yang lain.

------------BERSAMBUNG------------
T_T

SINGLE PARENT (NOT FINISHED)Where stories live. Discover now