Tapi itulah Tama, kalau sudah sangat malas dan lelah, ia langsung menyerbu kasurnya dan terlelap pulas diatasnya.

•••

"Hai, Dizzy,"

Setelah membuka pintu, Taeyong sudah disamperin Dizzy, kucing abu-abunya, dan mengelilingi kaki Taeyong.

Cowok itu langsung menggendong Dizzy dan mengunyel-unyel gemas. Kucing itu memang sangat menggemaskan dengan mata hijau terangnya.

Apalagi jika melihat iris hitamnya yang membola, Taeyong tidak akan mau melepaskan Dizzy.

"Assalamualaikum, Bunda," salam Taeyong sambil menyalami tangan Bundanya yang duduk diatas sofa.

Cowok itu duduk disamping Bunda dengan Dizzy di pangkuannya. Lalu menyenderkan kepalanya dibahu Bunda yang anteng nonton tivi.

"Dizzy dari tadi meong terus, tuh, nungguin pacarnya pulang," celetuk Bunda.

Taeyong tertawa dan memindahkan tangannya dibawah leher Dizzy. Spot yang kucing itu sukai.

"Yah, Dizzy, maaf kalau pulangnya ke sorean," Taeyong berkata dengan nada yang dibuat bersalah. Padahal ia tahu kalau kucing peliharaannya tidak akan mengerti bahasanya.

"Gimana sekolah baru kamu?" Tanya Bunda sambil menoleh pada anak sulungnya yang sudah duduk menyender pada sofa.

Cowok itu mengangguk dan mengulas senyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putih dan rapinya. "Bagus. Apalagi adek kelas aku, Bun,"

Zahra mendelik, menatap malas anaknya yang terkekeh. Ia menjitak pelan dahi Taeyong. "Jangan di modusin kalau niatnya cuma main-main!" Peringatnya.

"Ya nggaklah, mana mau aku modusin cewek. Nanti kena karma, Bun."

"Tuh tau."

"Tapi, Bun," Taeyong segera menoleh dengan tatapan seriusnya. Ia menjeda sebentar. "Aku nemuin adek kelas yang maniiiisss sangat!"

"Halah," Zahra mengalihkan pandangannya pada tivi. "Cinta monyet."

"Serius aku, Bunda."

Zahra mengangguk acuh.

"Besok aku bawa kesini, deh. Biar Bunda percaya sama aku."

"Kamu mau ngapain bawa anak orang kesini?" Bunda menoleh lagi.

"Biar Bunda percaya kalau adek kelas yang aku temuin itu manis." Balas Taeyong polos.

"Itu doang?" Bunda nanya lagi.

Taeyong mengangguk ragu. Ia lalu meringis pelan, sadar karena ucapannya tidak masuk akal.

"Siapa nama cewek manis itu?"

Cowok itu kembali melebarkan senyumnya. "Delifah Tiatama, Bun. Bagus kan namanya,"

Zahra mengangguk. "Bagus," Taeyong terus menatap Bundanya. "Kalau niat kamu cuma ngenalin dia sama Bunda, mending jangan besok. Kamu tuh baru sekolah disana, juga. Nanti dikira kamu itu playboy kayak Ayah kamu dulu."

Kitten | Taeyong ✔Where stories live. Discover now