Taehyung menunjuk ruang kosong disebelah tulisan ♡KTH pada gembok itu.

"Ya??"

"Sudah cepatlah."

Irene segera menulis inisialnya

BI♡KTH

"Bagus, kemarikan." ucap Taehyung lalu mengambil gembok itu. Ia menautkan benda itu pada pagar besi yang sudah penuh dengan gembok-gembok lain lalu menguncinya.

"Ini, kau pegang dan simpan ini baik-baik. Oke?" Taehyung memberikan kunci gembok itu pada Irene.

"T-tap.."

Chu~

"Sudah, ayo kita beli ice cream." ajak Taehyung lalu menarik lengan Irene.

'Apa itu tadi? D-dia menciumku?'

***

06.01AM

Seulgi membuka kedua matanya. Gadis itu langsung tersenyum saat melihat wajah pria di sampingnya. Wajah yang biasanya sangat menjengkelkan, mesum, dan selalu menggodanya. Tapi sekarang lain, wajahnya tampak begitu damai saat ini. Seulgi terus memandangi wajah suaminya itu. Sesekali tangannya terulur untuk merapihkan poni Jimin yang menutupi wajah manis pria itu.

"Aku tau kok kalau aku tampan."

Seulgi mengangkat kedua alisnya, "Kau sudah bangun?" tanyanya.

Jimin tersenyum kecil seraya mengangguk, "Aku bangun saat kau memainkan rambutku tadi."

Seulgi hanya mengangguk kecil, "Yasudah, aku ingin menyiapkan sarapan." ucap Seulgi lalu bangkit.

Jimin menarik lengan istrinya hingga gadis itu kembali terbaring kembali di sampingnya. Ia langsung merengkuh tubuh Seulgi, bahkan kakinya juga sudah mengunci kaki Seulgi.

"Jangan dulu. Aku masih ingin bersamamu. Ini masih pagi, Nyonya Park." bisik Jimin ditelinga Seulgi yang membuat sekujur tubuh gadis itu bergetar.

Suara serak khas bangun tidur, ditambah rambut yang masih berantakan benar-benar meningkatkan ke-sexy-an seorang Park Jimin. Tapi bagaimana ia bisa jatuh cinta seperti ini pada pria itu? Padahal dulu Seulgi sangat tidak menyukai Jimin.

Pipi Seulgi serasa terbakar saat Jimin menelusupkan kepalanya pada ceruk leher gadis itu, "Hmm, kau masih saja harum." bisik Jimin lagi seraya menggesekkan hidungnya pada leher Seulgi.

"Hentikan Jim, geli." ucap Seulgi.

"Apa yang ingin kau lakukan hari ini?" tanya Jimin kemudian.

"Hari ini? Apa ya?"

"Ayo kita kencan."

"Aku lelah, Jim."

"Ehm, baiklah. Bagaimana kalau..."Jimin menggantung ucapannya.

"Kalau apa?"

"bagaimana kalau kita buat anak?"

"A-a-apa?"

***

07.38PM

"Jimin! Sakit!" pekik Seulgi.

"Maaf, Sayang."

"Sudah kubilang pelan-pelan saja." ucap Seulgi lalu mempoutkan bibirnya.

"Sttt jangan seperti itu,"

Chu~

Jimin mengecup singkar bibir Seulgi lalu kembali pada aktifitasnya.

"Aahh, perih, Jim!!" ringis Seulgi.

"Makannya hati-hati. Kau kan tau mangkuk itu panas. Kenapa masih memegangnya dengan tangan kosong? Astaga." ucap Jimin seraya membersihkan luka di kaki Seulgi dengan alkohol.

"Tanganku perih sekali huhu.."

"Sedikit lagi," Jimin mengambil plester lalu menutup luka di kaki Seulgi dengan benda itu.

"Kau bisa berdiri tidak?" tanya Jimin lagi, Seulgi mengangguk kecil.

"Kemari,"

Jimin menuntun Seulgi menuju wastafel, pria itu segera memutar keran untuk menyalakan air.

"Simpan tanganmu dibawah aliran air selama dua puluh menit. Supaya tidak melepuh nanti." Jimin lalu menyimpan kursi di belakang Seulgi supaya gadis itu bisa duduk.

"aku akan membuat ramen, kau diam ya."

Jimin membuka laci kecil di meja pantry lalu mengambil dua cup ramen dan mulai memasak, sedangkan Seulgi hanya bisa diam. Ekor matanya terus mengikuti setiap pergerakan Jimin.

sepuluh menit kemudian, Jimin selesai dengan acara memasaknya. Ia menaruh panci ramen itu diatas meja pantry lalu mengambil kimchi dari dalam kulkas.

"Apa ini sudah?" tanya Seulgi sambil memandangi tangannya.

"Belum, tunggu sebentar lagi, Sayang." ucap Jimin.

"Tapi aku lapar."

"Biar aku suapi."

Jimin membawa panci ramen itu lalu menaruhnya disamping wastafel, ia menyumpit ramen itu lalu meniupnya.

"Terima kasih." ucap Seulgi setelah Jimin menyuapinya. Jimin mengangguk kecil lalu tersenyum.

TBC.

Kok bingung sendiri ya Wendy kemana😂 Gue lupa klo ada dia. Padahal Wendy bias gue :')

Between Us √SeulminWhere stories live. Discover now