3: Keselamatan Nyawa Seseorang Bukan Candaan.

2.4K 317 45
                                    

"Janira! Cek-in aula dong. Sekalian nyalain lampunya."

Merasa dirinya terpanggil oleh salah satu senior, Janira menoleh lantas mengangguk paham. Dia meninggalkan tas selempang yang dia bawa bersama ponsel di dalamnya, Janira tidak sadar jika ponselnya daritadi terus berdering.

Janira mengikuti perintah senior tingkat 3 tersebut. Malam ini dia akan latihan paduan suara untuk lomba antar universitas sekalian dies natalis yang akan diberlangsungkan sekitar akhir bulan. Dia terpilih berkat suara merdunya yang diunggah oleh Raina di instagram.

Meski Janira sudah menunjukkan sisi positif pada dirinya, tak jarang masih ada yang beranggapan bila Janira tidak pantas berada di sekitar mereka.

Seperti senior tersebut. Mereka cekikikan melihat Janira dengan nurutnya berjalan menuju aula seorang diri, dua senior itu menyeringai puas kala tubuh Janira menghilang ditikungan koridor.

"Mampus tuh anak." celetuk senior berwajah agak kebulean.

Di sebelahnya, yang tadi menyuruh Janira mengedikkan bahunya acuh. "Cewek kayak dia, yang sukanya cuma oplas buat narik perhatian. Nggak pantes ada di sini. Sampah plastik."

Lalu mereka tertawa meninggalkan tas Janira begitu saja di depan ruang kelas.

•EHTS•

Kegelapan langsung menyelimuti Janira ketika dia membuka pintu aula. Dingin, sunyi dan senyap. Dia merinding sendiri.

"Hallo?"

Sapaan Janira bergema, tanda bahwa tidak ada satu pun kehidupan di ruangan besar ini. Melalui bias cahaya dari luar Janira mencari saklar di tembok sebelah kanan, sedikit mendesah dia lupa membawa ponselnya ikut serta.

Alhasil Janira melangkah hati-hati takut menginjak sesuatu di bawah kakinya. Sesaat tangan Janira meraba dinding yang dingin, dia merasa menemukan sakelar itu berada. Janira tersenyum lebar dia menekannya tapi lampu tidak mau menyala. Biasanya lampu akan langsung hidup satu persatu di seluruh ruangan namun kali ini berbeda.

Sudah beberapa kali Janira memencetnya tapi lampu tak kunjung bersinar. Tiba-tiba pintu aula yang tadinya terbuka lebar tertutup kencang membuat Janira terkejut refleks berlari mendekatinya.

Jantung Janira berdegup cepat, dia membuka pintu berkali-kali tapi tidak bisa. Terkunci.

"Siapa pun yang di luar! Tolong!" teriak Janira memukul-mukul daun pintu.

Janira tahu ada seseorang, tepat gerombolan orang di luar pintu yang tengah terkekeh menikmati ketakutannya saat ini.

"Tidur aja lo di sana!"

"Rasain lo, plastik! Lo pikir, lo siapa? Berasa banget hebat?"

"Jangan karena muka lo cakep lo bisa seenaknya godain cowok sana sini. Muka hasil permakkan aja bangga!"

Tubuh Janira menggigil. Napasnya mulai memburu, kepalanya penuh akan kepanikan yang menyerangnya bertubi-tubi. Janira berusaha menetralkan detak jantung yang semakin menyesakkan dadanya tapi itu sulit mengingat kini bayangan masa lalu Janira kilas balik menghantuinya.

"Tolong... Keluarin saya..." pinta Janira lirih.

"Mau lo ngomong seribu kali pun kita nggak akan ngelurin lo! Udah deh nikmatin aja lo di sana, bermalam sama tikus."

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Feb 11, 2018 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

Everyone Has Their SecretOnde as histórias ganham vida. Descobre agora