Prolog

5.3K 244 9
                                        

First..
Maaf masih banyak typonya
Happy Readingg!

~~

Ummi : Assalamualaikum
Diffa : Waalaikumussalam, ada apa mi?
Ummi : Kakak ada dimana sekarang?
Diffa : Masih di kampus mi, ada apa emangnya?
Ummi : Baru ada kegiatan enggak hari ini?
Diffa : Alhamdulillah gaada mi, ini juga cuman santai-santai di sekret
Ummi : Yaudah kak, kakak bisa pulang sekarang enggak? Ada tamu ini
Diffa : Siapa mi emangnya?
Ummi : Pokoknya ada, yaudah kakak buruan pulang ya. Gausah mampir-mampir. Dan inget, naik motornya hati-hati aja, gausah ngebut.
Diffa : Siap mi, kakak otw pulang ya..

~~

Klik.. Diffa segera mematikan ponselnya. Hatinya diliputi rasa bingung bercampur dengan penasaran. Tak biasanya Ummi menyuruhnya untuk segera pulang dengan alasan adanya tamu. Biasanya, Ummi membiarkannya untuk berkegiatan di sekitar kampus asal itu positif dan tidak sampai larut malam. Jika terpaksa kemalaman, ia pasti disuruh sang Ummi tercinta untuk menginap dirumah Rifa, sepupunya yang notabene memiliki rumah yang cukup dekat dengan UIN Sunan Kalijaga, tempat kuliahnya saat ini. Tapi berbeda kali ini, Ummi menyuruhnya pulang hanya karena ada tamu. Ah, Ia tak mau berspekulasi tentang hal ini. Apalagi ini menyangkut dengan perintah orang tua yang amat ia sayangi. Dia hanya dapat menebak bahwa tamu kali ini memang benar-benar tamu yang amat penting.

Perjalanan dari kampus menuju rumah memakan waktu cukup lama. Hampir satu jam lamanya, ini yang membuat Diffa sering menginap di rumah Rifa. Perjalanan yang amat melelahkan memang. Sebenarnya Ia berniat untuk ngekost, tapi apa boleh buat Ummi melarang keras hal itu. Ummi belum siap berpisah dengan anak perempuan satu-satunya itu, saudara Diffa kesemuanya laki-laki. Amatlah wajar jika Ummi sangat mengkhawatirkan keselamatannya.

Perjalanan menuju rumah Diffa tempuh dengan santai. Memang inilah kebiasaannya, berangkat kuliah dengan ngebut dan pulang dengan santai. Katanya biar berangkat gak telat dan saat pulang menikmati perjalannya (serah Dif-_-). Tiba-tiba di tengah jalan, hp yang ia letakkan di saku bergetar. Segera, ia menepikan motornya lalu segera mengangkat telepon itu.

"Kakak sampai mana? Kok lama banget sih, kasihan tamunya udah nunggu lama. Cepetan pulang, gausah mampir-mampir. Ditungguin ini kak," suara di seberang yang sangat dihafal, Diffa tersenyum.

"Iya-iya mi, bentar lagi sampai. Baru sampai di dekat terminal ini. Dua puluh menit lagi sampai Mi,"

"Yaudah buruan, tapi hati-hati, gausah ngebut. Penting selamat kak, yaudah Assalamualaikum kak.."

"Siap mi, Waalaikumussalam," tutup Diffa sembari memasukkan hp ke saku jaketnya. Segera ia melanjutkan perjalanan pulangnya.

Sesampainya di rumah, Diffa segera memarkirkan motornya di garasi. Tak lama, ia berjalan menuju pintu masuk rumah,

"Assalamualaikum.." ucap Diffa.

"Waalaikumussalam..." Suara koor terdengar membahana di ruang tamu.

Diffa melihatnya, ya seorang laki-laki yang segera berdiri itu. Diffa mengenalnya, ya dia lelaki itu. Lelaki yang dahulu sama sekali tak asing dimatanya. Lelaki yang membuatnya berusaha keras untuk melupakannya. Lelaki yang dulu pernah ia kagumi karena akhlaknya. Lelaki yang pernah mengisi relung hatinya. Tapi, mengapa kini ia disini? Ia semakin bingung saat lelaki itu menatapnya, tersenyum kepadanya. Senyum yang dahulu hampir saja membuatnya khilaf....

Diffanisa! Where stories live. Discover now