Bohong jika Taehyung bilang ia tak membenci Jungkook. Dirinya sangat, sangat, sangat membenci pria itu, bahkan bersedia membunuhnya jika ada yang membayar. Pernah sekali dalam benaknya, ia berniat untuk balas dendam—namun semua itu sirna, ibu dan ayahnya meninggal tanpa mengatakan apa-apa.

Jadi, tidak ada alasan untuk membunuhnya.

"Kau—"

"Yeah, kau boleh membenciku." Jungkook memotong. "Tapi bukan itu permasalahannya sekarang. Aku datang kesini untuk menawarimu sebuah pekerjaan, bagaimana?"

Menawarkan pekerjaan di hari kematian orang tuanya? Pria ini memang sudah sangat gila, tidak waras! Tidak punya otak! Tidak memiliki perasaan! Taehyung terus memaki dalam hati.

"Otakmu, kau tinggal dimana?" Balas Taehyung sengit.

"Aku tidak punya otak, apa kau puas?" Jungkook membalas dengan tenang, membuat Taehyung mematung karena tak bisa membalas apa-apa lagi. "Begini, langsung ke intinya saja. Aku mau kau menyetujui sebuah kontrak, bukan sembarang kontrak tentunya; aku akan memberikanmu uang dalam jumlah yang sangat besar, bahkan kau tak akan bisa menebak berapa jumlahnya."

Taehyung memiringkan kepalanya sedikit. "Maksudmu?"

"Jadilah kekasihku, maka aku akan membiayai hidupmu dan adik-adikmu itu."

Seketika, kedua mata Taehyung melebar. "Aku tahu kau memang gila, tapi apakah kau benar-benar kehilangan akal sehatmu?! Bagaimana bisa aku menjadi kekasihmu?! Bahkan aku tak menyukai pria—"

"Hey, hey." Jungkook memotong, lagi. "Kau butuh uang, bukan? Ini sama saja seperti kau menjadi jalang yang di bayar. Tapi, mungkin yang ini lebih berperikemanusiaan? Kim Taehyung, bisakah otakmu yang sehat itu berpikir luas? Setelah pemakaman ini selesai, kemana kau akan pergi? Kemana kau akan tinggal? Bawah jembatan? Tempat sampah?"

Benar-benar mulut kurang ajar.

"Apa aku serendah itu, sialan?"

"Jujur, aku sama sekali tidak peduli denganmu, tapi bagaimana dengan adik-adikmu? Mereka butuh makan. Aku kasihan pada ibu dan ayahmu jika sampai kau mengajak mereka untuk hidup susah."

"Tidakkah kau sadar akan kalimatmu? Kemana rasa kasihanmu itu disaat ayahku meminta pertolongan?"

Jungkook berpura-pura terkejut. "Oh? Apa semua ini salahku?"

Melihat respon Taehyung, Jungkook langsung tertawa renyah, menepuk-nepuk bahu pria di hadapannya. "Aku akan memberimu waktu sampai besok; pikirkan baik-baik. Jika kau menyetujuinya, aku akan memberikan uang dalam jumlah besar sebagai awal dari kontrak yang baru dimulai. Tapi jika kau menolak—"

Taehyung diam, ia mendengarkan kalimat Jungkook dengan sangat hati-hati. Ia bahkan diam saja saat Jungkook mendekatkan wajahnya, membisikkan kalimat yang membuat emosi Taehyung memuncak.

"—sayangnya, kau tidak bisa menolaknya, tentu saja. Karena apa? Karena seluruh perusahaan, baik itu perusahaan besar maupun toko kecil-kecilan, telah menandai namamu dengan kata blacklist, atas permintaanku."

"Bajingan. Sebenarnya apa tujuanmu melakukan ini?"

Jungkook menyeringai tipis. "Kau tak perlu tahu untuk apa aku melakukan itu semua. Dan satu lagi, ini yang paling sial; kau tidak akan bisa pergi kemanapun. Jika kau masih keras kepala, aku hanya bisa mengatakan... semoga beruntung."

Setelahnya, Jungkook pergi meninggalkannya. Begitu beruntung karena ia tidak melihat wajah merah Taehyung akibat menahan emosi, rokok yang digenggamnya hancur.

Mine [KookV]Where stories live. Discover now