Tidak,

Tatapan mereka bertemu, Wonwoo menatapnya dari seberang meja. Alisnya sedikit terangkat meski tidak kentara, ekspresinya tidak berubah, tentu saja. Dan tatapan itu, Mingyu yang terjebak disana.

.
.
••mw••
.
.

Mingyu tidak pernah menganggap dirinya normal. Karena Mingyu tidak pernah memikirkan orientasi seksualnya. Dia pernah berkencan dengan beberapa wanita, terlalu banyak sampai Mingyu bahkan tidak mengingat berapa jumlahnya. Dulu, sebelum fokus Mingyu kini sepenuhnya tercurah kepada Chanhee.

Tapi Mingyu tidak pernah menyangkal bahwa dia tidak ingin berkencan dengan laki-laki. Sahabatnya, mereka yang sudah Mingyu anggap seperti keluarga rata-rata seorang Gay. Dan Mingyu rasa itu normal dalam anggapannya. Mingyu tidak menentang, meski tidak sepenuhnya mendukung. Kalau kata Minghao, sepupunya. Mingyu hanya belum menemukan laki-laki yang membuatnya bertingkah tidak normal.

Belum, dan Mingyu rasa sekarang waktunya. Terlalu cepat, dan Mingyu belum benar-benar siap. Mingyu sadar dia orang yang overprotektif terutama kepada Chanhee, Putri tunggalnya. Tapi saat ini, tanpa komando, insting melindungi Mingyu berada di level yang berbahaya.

Mingyu bahkan tidak bisa mendengar pembicaraan yang sejak tadi dituturkan oleh rekan bisnisnya. Tatapan Mingyu hanya tertuju ke arah sudut, dimana Minghao menyulap lemari besarnya menjadi bundaran bar yang eksotis. Bukan pada tumpukan botol minuman mahal, namun fokus Mingyu terfokus ke arah sosok mungil yang dia sebut bocah.

Wonwoo disana, tidak menyadari keberadaan Mingyu sama sekali dan terfokus dengan segelas champagne ditangannya. Mingyu bangun dari posisi duduknya tanpa permisi, mengabaikan tatapan terkejut rekan-rekannya dan menjauh. Bahkan Mingyu tidak perlu berbasa-basi atau sekedar berpamitan.

Pesta utama belum dimulai. Namun ruang utama sudah disulap oleh Minghao menjadi ballroom besar dengan pernak-pernik pesta rancangannya. Mingyu tidak peduli bagaimana hasilnya, karena nyaris semua tamu sudah berkumpul di aula utama dan beberapa pasang mata jelas-jelas menatap tertarik ke arah bocah yang diamanatkan kepadanya.

Dan itu yang mengganggu Mingyu. Karena Wonwoo bahkan tidak peduli dengan sekitarnya, dan jelas-jelas mengabaikan tatapan lapar, Mingyu tidak tahu siapa mereka.

"Kau bisa minum?" Mingyu mengambil tempat disamping Wonwoo, menegaskan secara langsung bahwa dia tidak ingin ada yang melirik Wonwoo saat dia ada disekitar bocah itu.

Wonwoo menyesap Champagne ditangannya, dan meletakkan gelas kristal tersebut diatas meja saat isinya tinggal setengah. Posisinya miring ke samping, menatap kehadiran Mingyu secara langsung. "Sedikit," Suara Wonwoo serak karena dia belum bersuara sejak tadi. Seungcheol dan Jeonghan sudah menghilang sejak tadi, dan Wonwoo tidak ingin mengganggu kesenangan mereka berdua.

"Kau nyaman?" Mingyu bahkan tidak berniat menyentuh minuman beralkohol yang disodorkan untuknya. Kenyamanan Wonwoo, entah kenapa menjadi prioritasnya sekarang.

"Sedikit," Wonwoo menatap sekitar dengan ekspresi malas yang lagi-lagi menghias wajah cantiknya. Dan sial bagi Mingyu, karena ekspresi seperti itu saja sudah membuatnya terpesona, tanpa sadar.

"Aku tidak mengizinkanmu tetap tinggal disini saat pesta utama dimulai."

"Apa separah itu?" Tatapan Wonwoo terarah ke wajah tampan Mingyu. Sama sekali tidak keberatan dengan nada Mingyu yang menuntut.

Senyum kecil tanpa sadar menghias wajah tampan Mingyu. Bahunya terangkat pelan, "Pesta ini sepenuhnya rancangan Minghao, dan aku tidak bisa menjamin akan separah apa."

[END] Feest (Mingyu X Wonwoo)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon