"Hyung," Suara Mingyu terdengar seperti desisan.

Seungcheol berdiri di depan Mingyu tanpa raut bersalah sedikitpun. Dia membungkuk kecil yang dibalas Mingyu dengan bungkukan yang sama. Sebelah tangannya melingkari pinggang ramping Jeonghan, dengan sosok yang Irene sebut 'bocah' berdiri disamping Jeonghan. Tatapannya terfokus pada patung 'eksentrik' milik Mingyu yang menghias ditengah-tengah tangganya yang melingkar.

"Kunjunganmu membawa kejutan, Hyung." Mingyu melirik pada 'bocah' itu secara terang-terangan, mengabaikan senyum yang masih menghias wajah tampan Seungcheol.

"Dia keponakan Jeonghan," Seungcheol menjelaskan ketidaktahuannya tanpa diminta. "Dan Jeonghan tidak akan datang jika aku tidak membawa keponakannya, kau mengerti kan, Gyu?" Tatapan yang Seungcheol layangkan membuat Mingyu geram.

Mingyu mengerti bahwa pesta yang dia buat tidak akan mungkin berjalan tanpa pasangan. Tapi tetap saja dia tidak bisa membiarkan Seungcheol melanggar peraturan yang dia buat dengan membawa, Mingyu lagi-lagi terpaku untuk menatap ekspresi datar diwajah cantik'nya' yang tanpa ekspresi.

"Kau tahu peraturannya, Hyung." Mingyu memaksakan diri untuk mengalihkan tatapannya dari 'bocah' itu. Menatap Seungcheol dan Jeonghan bergantian. "Kau tidak mungkin membiarkan keponakanmu hadir ke dalam pestaku kan, Hyung." Tatapan menusuknya tertuju pada Jeonghan.

Jeonghan mendekat, senyum aneh menghias wajah cantiknya. "Aku tahu," Mingyu bisa menangkap nada berbahaya disana. "Makanya aku minta tolong padamu, Mingyu-yaaa." Mata itu mengerjap polos, "Tolong jaga dia untukku."

Mingyu nyaris mencelos. "Hyung," Mingyu meragukan Indra pendengarannya. Jika Mingyu tidak menyayangi makhluk didepannya seperti dia menyayangi keluarganya, maka Mingyu yakin pintu rumahnya sudah terbuka lebar sekarang.

"Tidak ada yang berani menyentuhnya jika dia dibawah pengawasan mu, Gyu." Jeonghan mengatakan fakta, dan Mingyu benci fakta itu.

"Kenapa kau membawanya jika kau tau itu berbahaya untuknya," Mingyu mendelik marah pada Seungcheol dan Jeonghan. Dua sosok yang kompak mengindahkan tatapan tidak menyenangkan Mingyu.

"Dia sudah 22 tahun, dan dia sudah legal untuk hadir ke pestamu." Jeonghan lagi-lagi membeberkan fakta yang mengejutkan. Mingyu tahu sosok di depannya itu pasti sudah legal, dengan tubuhnya yang tinggi dan kurus itu. Mingyu mendesah tanpa sadar, tetap saja 'kemurnian' itu menganggu Mingyu. Kemurnian yang menguar dengan alami dari tubuhnya. "Aku tidak mungkin membiarkannya tinggal seorang diri selama beberapa hari di rumah dan kami malah menikmati pesta ditempatmu." fakta lainnya, pesta yang Mingyu adakan bisa berakhir dalam waktu yang tidak relevan, terkadang satu minggu nonstop dan pesta itu akan terus berlanjut dirumahnya.

"Kau bisa menjaminnya untukku, kan?" kali ini Seungcheol buka suara melihat keraguan yang kini menghias wajah tampan Mingyu.

Mingyu mendesah frustasi. Mendelik tajam saat senyum manis kini menghias wajah Seungcheol dan juga Jeonghan. Jeonghan mengulurkan tangannya, meminta sosok yang sejak tadi mereka bicarakan untuk mendekat.

Bocah itu, Mingyu tidak tahu kenapa kata 'bocah' selalu melekat dalam pikirannya. Dia mendekat, berdiri di depan Mingyu dengan wajah cantiknya yang masih tanpa ekspresi. Dia tinggi, mungkin lebih tinggi dari Jeonghan. Tapi tetap saja bocah itu terlihat mungil saat berdiri didepannya, dan sial. Mingyu merutuk dalam hati, karena bocah itu benar-benar menggemaskan.

"Terima kasih karena sudah mengizinkanku untuk tinggal," Suaranya rendah, dan Mingyu menyukai warna suaranya. Dia sangat polos, dengan bungkukan yang terlihat seperti anak sekolah. Mengingatkan Mingyu pada Chanhee tanpa sadar.

Mingyu jarang merasa terkejut dalam kehidupan sehari-harinya. Tapi saat ini dia merasakan sedikit keterkejutan, Mingyu selalu mengadakan pesta besar dirumahnya, disegala kesempatan yang membutuhkan perayaan, mungkin dia memiliki beberapa hasrat pada beberapa tamunya yang pernah berkunjung, tapi tidak ada seorang pun yang pernah membuatnya terkejut.

[END] Feest (Mingyu X Wonwoo)Where stories live. Discover now