Part 10

37 4 4
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Fathan tampak masih sibuk dengan kegiatan mencatatnya hingga ia tidak mengindahkan lagi salam perpisahan dari guru matapelajaran terakhir. Tristan dan Hayu meninggalkan dia lebih dulu, bersamaan dengan hampir seluruh siswa yang lain. Mungkin Fathan harus mengakui jika ia sembrono tidak mencatat sedari tadi. Alih-alih mencatat, ia justru berusaha menyelesaikan tugas kimianya yang sampai saat ini pun belum selesai. Alhasil, deretan soal yang memenuhi papan tulis menunggu untuk ia salin sampai tuntas. Sebenarnya Tristan sudah memintanya untuk mem-foto tulisan di papan supaya cepat, namun bagi Fathan sama saja karena sesampainya di rumah ia masih harus menyalinnya di buku catatan. Sedangkan Fathan ingin menghabiskan waktunya di rumah dengan bersantai dan memainkan game yang belum ia mainkan.

'Krukk..kruukkk..'

Bahkan perut mungil Fathan sudah merengek untuk diisi kembali. Entah ke mana hilangnya bekal dari Lino yang sudah ia makan tadi.

"Hey.."

Ketika Fathan sibuk mempercepat menulis catatannya, ia dikagetkan oleh suara kalem yang asing di telinganya. Ia alihkan pandangannya ke arah suara tersebut dan ia melihat Krisna yang berjalan ke arahnya. Entah kenapa jantung Fathan berdegub agak kencang ketika pria yang Tristan minta untuk Fathan jauhi sudah berdiri di samping mejanya.

"Kau belum mengumpulkan tugas kimiamu."

Kata-kata Krisna seakan memukul keras kepala Fathan. Dengan pandangan takut-takut ia menjawab. "Ma..maaf. aku belum menyelesaikannya. Aku janji akan mengumpulkannya besok pagi di meja guru." Suara Fathan sudah terdengar seperti rengekan. Sekilas ia memandang wajah Krisna yang tampak tampan tapi terkesan dingin dan mengintimidasi. Entah kenapa sosok Krisna mengingatkan Fathan akan Lino.

Tiba-tiba saja, di luar bayangan Fathan, Krisna tersenyum padanya. Ia merogoh isi tasnya dan menyerahkan sebuah buku ke arah Fathan. "Ini. bawalah. Besok kau bisa mengembalikannya padaku beserta tugasmu. Mungkin ini bisa sedikit membantumu."

Mata Fathan membulat begitu juga dengan bibirnya sembari meraih buku itu dengan tangannya. Krisna yang kata Tristan begitu menyeramkan dan berbahaya, meminjami buku tugasnya pada Fathan? Apa Tristan berbohong tentang dia?

Fathan hanya bisa mengangguk kikuk saat menerima buku itu. sementara Krisna tampak tersenyum geli melihat aksi Fathan. "Terima kasih.."

"Iya. Jangan canggung begitu. Ohya, kurasa kau belum mengenalku. Perkenalkan namaku Krisna. Aku wakil ketua kelas dan ketua osis di sekolah ini, jadi sebagai murid baru, kuharap kau tidak sungkan-sungkan untuk bertanya atau meminta bantuan dariku."

Sekali lagi Fathan terhenyak. Dengan gerakan lambat dan ragu ia membalas uluran tangan Krisna. "Fathan."

Krisna menggoyangkan tangan Fathan singkat dan tegas, hingga Krisna melepas tangan Fathan. "Baiklah. Aku pulang dulu. See you!"

Fathan hanya tersenyum bodoh sambil mengangkat sebelah tangannya untuk membalas lambaian tangan Krisna. Saat sosok Krisna sudah menghilang dari pandangan, Fathan meredupkan senyumnya sambil menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Menurutnya sikap Krisna begitu berkebalikan dengan apa yang dideskripsikan Tristan tentangnya. Krisna sosok yang hangat dan ramah. Menurut Fathan itu adalah kesan pertama yang baik dan bagi Fathan kesan pertama sangat penting dan menentukan bagaimana Fathan bersikap. Berbeda dengan Lino yang telah memberikan kesan pertama yang buruk di matanya, Krisna memberikan kesan pertama yang bersahabat.

Fathan menoleh ke arah buku tugas yang dia pegang.

"Mungkin kita bisa lebih dekat."

***

Run Bunny! Run! [hiatus]Where stories live. Discover now