Intro (1)

22 0 3
                                        



Kata mereka, masa SMP tuh masa yang paling menyenangkan. Tapi ngga semenyenangkan masa SD. Hmm ada benarnya sih. Kata mereka juga, masa SMP tuh masa emosi kita mulai berkembang. Tapi masa SMA adalah masa dimana kita menemukan jati diri. Hmm mungkin ada benarnya. Buat gue yang masih duduk di bangku SMP kelas 2, ini adalah masa yang paling bikin gue bingung. Entahlah. Cuman gue ngerasa berbeda aja dengan anak-anak yang lain. Saat mereka ngga serius dengan belajar, gue menganggap belajar itu penting. Waktu anak-anak lain pengen cepat-cepat pulang ke rumah, gue sibuk dengan urusan OSIS. Gue paling anti bikin onar atau pake prinsip "You Only Life Once" buat bikin masalah di sekolah karna menurut gue itu ngga guna. Tapi inilah gue Andine Adiwidya yang kata mereka si ambisius.

"Lagi ngapain Dine?" Seorang gadis berambut panjang ikal tiba dibelakangnya Andine.

"Nunggu kelas. Lo sendiri disini ngapain?" Tanya Andine. Gadis itu duduk bersebelahan dengan Andine kemudian mengangkat kedua bahu.

"Ga tau. Cuman pengen nyapa lo aja." Jawab gadis itu sambil terkekeh.

Sebenarnya gua ngga biasa sendirian. Seorang Wenda Caroline biasanya tuh bareng gengnya karna gua sadar orang kayak gua ini cocoknya ada dikeramaian, cuman hari ini gua lagi ngga mood aja. Trus udah 2 hari ini ngga ada gossip terbaru yang bisa gua bedah dan itu ngebosenin banget. Beneran deh. Hari ini juga gua lagi males makan dikantin, soalnya gua lagi diet. Berat badan gua naik sekilo jadi 46 kilo karena makan bareng gengs gua kemaren, parah banget ngga. Jadi hari ini gua cuman mau cuci mata ngeliatin tim basket main and that's it, itu udah cukup bikin gua kenyang.

"Bukannya lo mau liat si Petra main ya?" Pertanyaan Andine bikin Wenda sedikit terkejut.

"Kok tau sih," Wenda membenarkan.

"Yaelah semua yang duduk dipinggir lapangan pasti lagi ngeliatin dia kali Wenda." Andine memutar bola matanya. "Toh orangnya gans gitu." Lanjut Andine.

Wenda terkekeh "Eh kalo gitu.. jadi lo juga lagi ngeliatin Petra ya?" wajahnya tampak sedang mengintrogasi sekarang.

"Emang iya. Kenapa?" Jawab Andine enteng.

"Anak kayak lo bisa juga ya ngelirik Petra."

"Secara dia ganteng gitu. Siapa yang ngga bakal ngelirik coba." Andine memberi tatapan yang-benar-saja sambil mengangkat alisnya.

"Ternyata..jadi selama ini seorang Andine itu sukanya sama Petra ya. Gue kira kerja lo tuh.."

"Eh tunggu dulu Wen tunggu..salah paham nih lo salah paham. Gue tuh bukannya suka sama Petra. Yang bener aja. Yang gue bilang dia tuh ganteng ya ganteng plis bukan suka. Gantengnya di capslock." Andine tertawa sambil coba menjelaskan.

"Petra tuh ganteng, cool lagi tapi bukan berarti gue bilang gitu terus gue suka sama dia kan." Lanjut Andine.

"Bener juga kata lo Dine." Kata Wenda sambil mengangguk mengerti.

"Woi lempar bolanya!" Teriak seseorang dari lapangan basket sambil melambaikan tangannya sementara bola basket yang mereka mainkan tadi sedang menggelinding ke arah sekelompok perempuan yang duduk di pinggir lapangan.

Bukannya melemparkan bola yang diambilnya dari pinggir lapangan, Ryan malah berlari ke arah lapangan basket.

"Gue gabung"kemudian dia mempassing bolanya ke Petra. Permainanpun berlanjut dengan begitunya.

Sejam yang lalu gue masih terjebak dikelas IPS, duduk mendengarkan pelajaran dan mencatat beberapa hal yang penting. Yang gue tunggu-tunggu sekarang itu, bunyi bel istirahat dan gue bisa merefresh otak gue buat beberapa jam kedepan. Saat bel berbunyi gue ngelirik lagi catatan penting yang gue tulis tadi. Huruf bersambung, tersusun rapi dan mudah untuk dibaca dan dimengerti yang bikin warga kelas 9c selalu berebut pinjam catatan si perfeksionis, julukan yang mereka kasih ke gue. Tapi nyatanya gue, Ryan Candra, ngga seperfeksionis tulisan gue.

"Mainnya Ryan lumayan juga ya." Ucap Wenda.

"Itu anak tiap hari kali main basket." Tanggap Andine sambil tetap melihat permainan basket.

"Tapi dia itu keren loh Dine. Yang gua tau dia itu sering masuk 3 besar dikelas tapi orangnya biasa-biasa aja. Keren yah ada orang kayak gitu." Mata Wenda tampak menjelaskan kata-katanya.

"Mungkin otaknya emang encer kali." Tambah Andine.

Bel berbunyi dan semua yang berada di lapangan basket dan sekitarnya mulai berjalan, berpencar ke arah kelas masing-masing.

Entah kenapa Wenda memasang wajah memelas "Dine minta ID Line lo dong hehehe"

"Buat apa nih?" Andine hanya bisa menatap bingung ke arah Wenda

"Ya mungkin lain kali kita bisa hangout bareng, iye kan ?" Kata Wenda sambil menarik-narik tangan Andine. "Ayolah udah mau masuk nih.."Mohon Wenda

"Yaudah sini hp lo." Andine meraih handphone Wenda.

"Okey gue kelas dulu." Ucap Andine sambil mengembalikan handphone berwarna Rose Gold itu kepada Wenda.

"Makasih ya. Gua juga nih. Bye Dine." Wenda bergegas kembali ke kelasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TO UNDERSTAND YOU BETTERWhere stories live. Discover now