9. Sehari dengan Kak Imran

Start from the beginning
                                    

Sari tidak percaya! Sungguh! Dia sama sekali tidak percaya kalau Arwan punya perasaan padanya. Tapi, dia teringat sesuatu. "Hahaha! Iya. Kita kan, sama-sama suka. Kalau gue gak suka sama dia, ngapain juga gue biarin dia masuk ke sini. Arwan juga suka sama lo, Mel, Nita, Hera, bahkan Arwan pasti juga suka sama Kak Imran. Kalu gak suka mana mungkin kita temenan. Hahaha!"

Imran menyipitkan mata. Sari ini kelihatan sangat gugup.

Arwan mendesah. Bukan 'suka' itu yang dia maksud. Tapi suka cowok ke cewek. Tapi walaupun ingin mengatakan 'suka' yang dia maksud, ia memilih diam.

"Sar? Lo gak ngerti perasaan dia." ujar Imran yang membuat Arwan menundukkan wajahnya.
Sari hanya diam. Imran lalu berdiri dan menghampiri Amel. Dia menarik Amel keluar dari ruangan itu meninggalkan Arwan dan Sari. Sari melirik Arwan. "Maaf." lirihnya.

"Nggak apa-apa."

***

Imran membawa Amel masuk ke dalam mobilnya. Mereka terdiam cukup lama. Imran sama sekali tidak menjalankan mobilnya.

"Siapa dia?"

"Hah?"

"Cowok yang di kamar Sari."

"Oh." diam sebentar, Amel lalu menjawab. "Dia Arwan. Satu angkatan dengan Hera. Dari dulu mereka emang dekat. Di..."

"Sari suka sama dia?" pertanyaan Imran dijawab oleh kedikan bahu dari Amel. Dia memang tidak tahu bagaimana perasaan Sari pada Arwan. Karna Sari susah banget ditebak. Sedikit-sedikit dekat Arwan, sedikit-sedikit dekat Aditya. Jadi tidak ada yang bisa memprediksikannya.

"Aditya... Dia siapa?"


"Oh. Cowok yang juga suka dengan Sari."

Imran manggut-manggut. "Sari?"

"Aku juga nggak tau, kak."

"Apa Sari punya pacar?" Amel menggeleng. Setaunya, Sari saat ini tidak punya pacar. Terakhir setaunya, Sari pacaran waktu kelas sebelas doang. Itu pun cuman tiga bulan.

"Kenapa kakak nanyain soal itu?" Tanya Amel. Dia penasaran kenapa Imran ini kepo banget.

"Hmm. Belakangan ini, Sari seperti kehilangan semangat hidup di rumah. Yah, mungkin saja saat di sekolah, dia udah ceria karna punya seseorang yang dia sayang."

"Sari orang yang ceria kok, kak. Kakak nggak perlu khawatir."

Imran hanya diam. Dia menjalankan mobilnya menuju ke suatu tempat. Karna biasanya percakapan didominasi oleh Imran, namun Imran nampaknya tidak ingin bicara, Amel juga ikut terdiam.

***

Amel mengerutkan kening saat mereka berhenti di rumah Imran. Cowok itu keluar duluan untuk membukakan pintu mobil untuk Hera. "Kenapa ke sini, kak?" tanyanya. Imran hanya tersenyum lalu mengacak rambut Amel membuat rambutnya yang selalu rapi jadi acak-acakan.

"Ih! Kak Imran!"

Imran hanya tertawa lalu lari ke dalam rumah untuk menghindari amukan Amel. Saat masuk, Amel disambut oleh Icha yang sedang belajar di ruang tamu dengan beberapa teman-temannya. Amel mengenali beberapa teman Icha yang ada di sana. Seperti Afdal, sepupu Nita dan Henry, saudara kembar Hera. Juga seorang cewek yang tidak dikenalinya. Afdal yang paling dulu melihat kedatangan Amel langsung menghampirinya dengan memasang senyum khas playboy nya.

Aku, Kamu adalah KitaWhere stories live. Discover now