Chapter One - Saved by The Devil

306 23 16
                                    


Gadis itu sudah memanjat pagar jembatan, tatapannya lekat ke air yang gelap di bawah sana. Rambut sebahunya berantakan tertiup angin, sebagian menutupi wajah cantiknya, tapi ia tampak tak peduli. Bibir gadis itu bergetar ketika ia menyebutkan sebuah nama,

"Chae Rim-ah ..."

Adiknya. Satu hal yang Ji Hoon tahu pasti tentang gadis itu, ia sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya.

"Mianhae (Maaf), Chae Rim-ah ..."

"Apa kau bahkan benar-benar merasa menyesal saat mengucapkan itu?" Ji Hoon menjaga suaranya tetap tenang. Kemampuan aktingnya sangat berguna di saat-saat seperti ini.

Gadis itu menoleh ke arah Ji Hoon. Helaian rambutnya yang tertiup angin menganggu pandangannya, tapi tampaknya ia masih bisa mengenali Ji Hoon.

"Kau ..." Gadis itu menyipitkan mata tak suka.

Ji Hoon menarik napas dalam. Ia menoleh ke bawah jembatan, ke arah sungai Han yang gelap. Ia menyelipkan satu tangan ke saku celananya saat kembali menatap gadis itu.

"Aku akan membereskan masalahmu. Apa pun." Ji Hoon memberikan penawaran.

"Apa ... katamu?" Gadis itu menatap Ji Hoon curiga.

"Aku tahu apa yang terjadi dengan keluargamu. Aku bisa membereskan itu. Juga, aku bisa memastikan jalanmu sebagai aktris selalu mulus. Kau juga tahu aku bisa melakukannya." Ji Hoon mengedik kecil.

Selama beberapa saat, gadis itu tak bereaksi. Sementara, di tempatnya, Ji Hoon bersiap untuk berlari menangkap tangan gadis itu kalau-kalau ia mencondongkan tubuh ke depan melewati pagar jembatan.

"Kau benar-benar ... bisa membereskan semuanya?" Secercah harap dalam suara gadis itu membuat Ji Hoon nyaris tersenyum.

"Ya," jawab Ji Hoon mantap. "Semuanya. Apa pun."

Ketika melihat keraguan kembali muncul di wajah cantik itu, Ji Hoon segera melanjutkan,

"Aku bahkan bisa menjamin hidup yang kau inginkan untuk keluargamu. Untuk adikmu."

Ji Hoon perlahan mendekat ke arah gadis itu.

"Jika kau pergi seperti ini, kau tak akan membuat keadaan keluargamu lebih baik."

Ji Hoon berhenti ketika akhirnya ia berdiri tepat di sebelah gadis itu. Namun, setidaknya Ji Hoon akan bisa memegang tangan gadis ini jika ia tetap nekat melompat.

"Kau hanya perlu berada di sisiku, dan aku akan membereskan semua masalahmu, Song Chae Yeon. Semuanya. Apa pun," janji Ji Hoon.

Gadis itu merapatkan bibir sebelum bertanya pelan,

"Termasuk ... uang?"

Ji Hoon balas menatap gadis itu saat menjawab, "Jika kau membutuhkan uang, aku akan memberikannya. Berapa pun." Ji Hoon lantas menatap ke depan saat melanjutkan, "Setidaknya dengan begitu, meski kau pergi dari hidup ibu dan adikmu, kepergianmu akan berguna bagi mereka."

Ji Hoon melirik Chae Yeon untuk memastikan reaksinya sekilas. Gadis itu mengernyit terluka.

Ji Hoon mengulurkan tangan. "Jadi, kau mau menerima penawaranku?"

Tatapan Chae Yeon berpindah ke tangan Ji Hoon. Ada setitik keraguan di sana, tapi detik berikutnya Chae Yeon tampak lebih mantap, lalu tangan kanannya melepaskan pagar dan menyambut uluran tangan Ji Hoon.

Tak membuang waktu, Ji Hoon merengkuh gadis itu dalam pelukan, menariknya turun dari pagar jembatan. Saat itulah, Ji Hoon mendengar isak Chae Yeon. Ji Hoon tak melepaskan pelukan dan membiarkan Chae Yeon menangis di dadanya.

Song Chae Yeon, bagaimanapun caranya, Ji Hoon akan mendapatkannya. Sejak pertama melihat gadis ini, Ji Hoon sudah menentukan, Chae Yeon miliknya. Dan Ji Hoon, tak pernah sekali pun tak mendapatkan apa yang ia inginkan.

***

Sekarang Chae Yeon benar-benar sendiri. Setelah ayahnya pergi dengan cara seperti itu, kini ibu dan adiknya juga sudah pergi ke Amerika, meninggalkan Chae Yeon sendiri di sini. Tidak, mereka tidak meninggalkan Chae Yeon, melainkan Chae Yeon yang melepaskan mereka.

Mata Chae Yeon terasa panas ketika sebuah pesawat melintas di langit di atasnya. Apakah Chae Rim ada di pesawat itu?

"Kenapa kau tidak mengantar ibu dan adikmu ke bandara?" Pertanyaan itu membuat Chae Yeon menurunkan tatapan, menatap pemilik wajah tampan yang berdiri di depannya.

Chae Yeon menggeleng kecil seraya menyambar kacamata hitam di meja samping kursinya, lantas memakainya.

"Aku harus bekerja," Chae Yeon beralasan.

Laki-laki berambut cokelat gelap di depannya itu mendengus. "Bandara Incheon bahkan tak begitu jauh dari sini."

Chae Yeon memberikan alasan lain, "Setelah ini aku harus langsung ke sekolah."

"Sama." Laki-laki itu duduk di kursi sebelah Chae Yeon. "Kita berangkat bersama nanti."

Chae Yeon melirik laki-laki itu dari balik kacamatanya. Laki-laki yang telah menyelamatkan nyawa Chae Yeon dan membereskan masalahnya.

"Ya (Hei), Lee Ji Hoon," panggil Chae Yeon pelan.

Laki-laki itu menoleh. "Wae? (Kenapa?)"

"Kau ... kenapa kau mau menolongku?" Chae Yeon akhirnya melempar tanya yang terus menghantuinya sejak insiden di jembatan itu. "Kenapa kau mau melakukan semua itu untukku?"

"Bukankah sudah kubilang, aku hanya ingin kau berada di sisiku," balas Ji Hoon enteng.

"Makanya, kenapa kau menginginkanku berada di sisimu?" tuntut Chae Yeon.

"Menurutmu, kenapa aku menginginkanmu di sisiku?" Ji Hoon balik bertanya.

Chae Yeon mendecak kesal dan melepas kacamatanya. "Jangan bermain-main. Aku serius."

Ji Hoon mendengus pelan. "Aku juga serius. Aku selalu serius. Terutama jika itu berhubungan denganmu. Kau bahkan tak tahu apa pun tentang itu."

Ji Hoon lantas berdiri. Laki-laki itu menepuk kepala Chae Yeon dua kali sebelum beranjak pergi. Sementara, tatapan Chae Yeon masih mengikutinya.

Kenapa? Kenapa Ji Hoon menolong Chae Yeon? Padahal, selama ini Chae Yeon selalu bersikap dingin dan ketus saat menolaknya. Beberapa bulan terakhir memang Ji Hoon berusaha mendekati Chae Yeon, tapi Chae Yeon tak pernah menanggapinya. Mengingat, laki-laki itu sudah punya deretan nama perempuan yang digosipkan dengannya. Ia bahkan belum lulus sekolah. Chae Yeon tak bisa membayangkan, kekacauan apa saja yang akan dilakukan laki-laki itu begitu ia dewasa nanti.

Namun, apa pun itu, tetap saja, laki-laki itu adalah penyelamat Chae Yeon. Setelah melewati beberapa hari di samping Ji Hoon, menurut Chae Yeon, laki-laki itu tak seburuk yang ia pikir selama ini. Bahkan, ia adalah orang yang paling memperhatikan Chae Yeon.

Mungkin, Ji Hoon memang tak seburuk yang ia pikirkan. Mungkin, berteman dengan Ji Hoon tak buruk juga. Dan mungkin, berada di samping Ji Hoon adalah hal terbaik yang ia lakukan.

Sejujurnya, Chae Yeon mulai merasa nyaman berada di samping laki-laki itu. Ji Hoon ... adalah penyelamatnya, pelindungnya. Bahkan, semua berita buruk tentang ayahnya pun tak lagi muncul di tayangan televisi. Pun tak lagi ada komentar jahat mengenai Chae Yeon. Ji Hoon menepati janjinya untuk membereskan semua masalah Chae Yeon.

Benar-benar semuanya. Apa pun.

***


Note:

Cerita ini adalah prekuel dari My Twin's Secret yang sudah terbit. Cuplikan My Twin's Secret bisa dibaca di wattpad ini, dan novel utuhnya bisa didapatkan di toko buku Gramedia terdekat, atau bisa pesan ke Author.

Thanks a lot for your love and support for these stories. :*

Love,

Cho Park-Ha

Trapped in the Devil's ArmWhere stories live. Discover now