Part 4

219K 14.4K 268
                                    

"MARVIN Rajata Mahendra!"

Suara menggelegar milik nyonya Mahendra itu menghentikan langkah Raja. Ia lelah sekali karena baru saja pulang dari kantor, and for God's sake Mommy tirinya itu semakin meruwetkan kepalanya.

"Duduk, Raja!" Perintah sang nyonya lagi.

Raja melangkah dengan kesal menuju sofa. Disana sudah ada sang Daddy, Anggara Mahendra sedang duduk santai sambil main fruit splash di tabletnya. Game jaman old. Kacamata yang bertengger di hidungnya sedikit melorot. Tapi setidaknya wajahnya tak ikut tegang seperti wajah si ibu tiri.

"Dari mana saja kamu? Kenapa Mommy telpon nggak diangkat?" Sang nyonya ikut duduk begitu Raja menghempaskan bokong dengan ogah - ogahan diatas sofa.

"Kantor Mom. Mommy tahu sendiri aku lagi sibuk. Ada apa sih? Aku udah capek, mau mandi trus tidur..." Kata Raja. Pria itu jelas sedang berusaha mati - matian bersabar menghadapi sang Mommy.

"Mommy sudah berapa kali bilang, jauhi Friska... Jauhi Friska! Tapi kenapa kamu masih saja menjalin hubungan dengan dia?"

Raja mendesah malas. Lagi - lagi topik ini! Topik tentang Friska adalah topik yang selalu memicu pertengkaran. Topik yang tak sehat!

"Mom, bisa kita bahas ini besok? Aku benar - benar harus istirahat sekarang. Ada meeting penting besok pagi."

"Kalau besok pagi ada meeting penting, jadi kapan Mommy bisa ngomong sama kamu?"

Raja menatap sang Daddy minta pembelaan. Tapi sang Daddy tak bergeming sama sekali. Hanya sekilas melirik kearah Raja dari atas kacamatanya, kemudian melanjutkan aksinya dengan buah - buah sialan itu. Kalau sudah begini, berarti Raja benar - benar harus berjuang sendiri.

"Kenapa lagi sih Mom?"

Nyonya Mahendra melipat kedua tangannya diatas dada. Pandangannya tajam seakan siap membunuh putra tirinya itu.

"Mommy gak mau tahu, Raja! Putusin Friska. Dia itu nggak baik buat kamu. Atau kamu mau Mommy pakai cara kekerasan untuk memisahkan kalian? Try me, then..."

Raja mendesah kesal. Sekali lagi dia katakan, membahas Friska dengan sang Mommy tiri tak akan pernah berakhir baik.

"Dad, save me please... Aku baru pulang. Capek! Tapi Mommy malah marah - marah gak jelas begini."

Sang Daddy hanya mengedikkan bahu dengan gaya menyebalkan. Masih saja fokus dengan buah anggur dan semangka di tabletnya.

Alis Raja berkerut begitu melihat Nyonya Tyana Mahendra tiba - tiba saja menangis tersedu - sedu. Sang suami yang tadinya asyik dengan game -nya segera menghampiri sang istri dan mendekapnya dalam pelukan sambil menatap Raja dengan garang. 'Ini semua gara - gara kamu. Padahal Daddy udah hampir selesai stage empat.'

Raja menggelengkan kepalanya jengah. Tuan Mahendra memang seringkali lebay dan bereaksi berlebihan jika sang istri mulai menangis seperti ini.

"Mommy salah apa sama kamu, sampai permintaan sekecil itupun kamu susah banget mau mengabulkan, Raja? Mommy nggak pernah minta apa - apa selain ini sebelumnya. Jauhi Friska. Cuma itu.

"Mommy udah nggak punya anak lain. Cuma kamu satu - satunya harapan Mommy sekarang. Masa kamu tega lihat Mommy seumur hidup menderita karena Friska? Mommy bisa mati muda, Raja..."

Raja mendesah melihat sang nyonya masih saja semangat main drama. Air mata adalah senjata Mommy untuk menaklukkannya. Dia sangat tahu itu. Tapi anehnya, dia tetap saja tak tegaan setiap kali ibu tiri itu mulai mengeluarkan airmata. Yah, walaupun cuma airmata buaya, sih!

Raja & Lea (COMPLETED)Where stories live. Discover now