"Mommy langsung lapor ke Raja yang saat itu masih di Jepang. Mommy minta mereka bubaran, karena sampai mati pun Mommy gak akan pernah setuju punya menantu tukang selingkuh begitu. Tapi bukannya putus, Raja malah nekat ingin menikahi perempuan itu. Dia nggak percaya dengan apa yang Mommy katakan.

"Mommy gak habis akal, Mommy sewa detektif untuk mengikuti perempuan itu. Setelah seminggu, detektif itu langsung mengirimkan foto - foto hasil jepretannya langsung ke email Raja. Tapi anak bodoh itu tetap saja dengan pendiriannya mempertahankan Friska. Entah apa yang dikatakan Friska pada Raja, Mommy juga nggak tahu.

"Sejak saat itu, Raja meminta Mommy untuk tidak pernah ikut campur lagi dengan urusan percintaannya. Mommy gemas banget Lea dengan anak itu. Dan sekarang Mommy nggak tahu lagi langkah apa yang harus Mommy ambil selain menjodohkan kalian. Mommy minta tolong banget sayang. Selamatkan Raja..."

Lea membasahi bibirnya. "Mom, bukannya Lea gak mau. Kalau misalnya kak Raja nggak punya wanita lain mungkin ceritanya akan beda. Tapi seperti yang Mommy katakan tadi, dia benar - benar in love dengan Friska. Friska Halmahera. Supermodel itu... God!  Kalau misalnya Lea setuju pun, peluang apa yang Lea punya untuk bisa menang melawan dia? Dia cantik, sukses, berpendidikan, kaya... Sementara Lea..."

"Please, sayang... Demi Mommy dan Daddy..." Mata Mommy Lea kembali menyendu. Oh no! Lea tak akan tahan berlama - lama dengan tatapan itu.

Lea menggeleng. No Mommy. My future is more precious than all of this drama.! I am sorry!

"Maaf Mommy, Lea tetap nggak bisa. Lea sayang Mommy, juga Daddy. Tapi ini terlalu beresiko, Mom. Orang yang menikah atas dasar cinta saja banyak yang berakhir dengan perceraian. Apalagi kami yang tidak memiliki perasaan satu sama lain. Jujur, waktu menerima pinangan Mommy waktu itu keyakinan Lea bahkan nggak sampai lima puluh persen. Tapi karena semua orang mendukung, Lea mencoba meyakinkan diri bahwa semua akan baik - baik saja. Tapi begitu Lea mengetahui hal ini, Lea---" Lea tak menghabiskan kata - katanya. Ia tak ingin Mommy Raja yang duduk didepannya ini semakin bersedih dengan kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Kalau bukan demi Mommy dan Daddy, setidaknya lakukan ini demi Elang. Kamu tahu kan? Elang sayang sekali dengan Raja?"

Lea terdiam sejenak. Ia sangat tahu Elang sangat menyayangi Raja. Mata pria itu selalu berbinar setiap kali membicarakan tentang kakaknya. Mas Raja yang pintar, Mas Raja yang jadi duta mahasiswa Indonesia di Harvard Bussines School, Mas Raja yang berhasil menjadi General Manager Astra Mobile termuda di Jepang saat umurnya masih dua puluh enam tahun, dan banyak lagi...

Tapi Lea sudah memutuskan. Ia tak akan ambil bagian dalam rencana konyol Mommy ini. Dia toh, tak se- desperate itu. Dia tak sedang butuh uang banyak. Hidupnya juga tak sedang terlunta - lunta di jalanan. Keluarganya juga tak pernah punya hutang budi apapun dengan keluarga Mahendra. Rasa sayangnya pada Mommy Tya dan Daddy Anggara adalah perkara lain.

Gadis itu kembali menggeleng dengan rasa bersalah dalam hati. "Maaf Mommy... Lea benar - benar nggak bisa. Maaf..."

Biarlah orang mengatakan bahwa ia adalah sosok yang egois. Ia masih bisa menerima jika Raja belum bisa mencintainya, tapi kalau untuk orang ketiga... dia benar - benar tak bisa. Demi Tuhan, ia tak sanggup membayangkan bagaimana kehidupan pernikahan mereka nanti.

Banyak orang diluar sana bisa menjalani kehidupan rumah tangga tanpa cinta, tapi tidak dengan Aleah. Sudah cukup keluarganya saja yang mengabaikannya, jangan suaminya juga.

Mommy Tya menatapnya dengan tatapan terluka tapi tak bisa lagi memaksa. Wanita paruh baya itu mencoba untuk mengerti keputusan Lea. Ini salahnya juga, tak berkata jujur pada calon menantunya itu sejak awal.

"Lea akan jelaskan ke Eyang tentang masalah ini pelan - pelan. Beliau pasti mengerti. Masalah pers dan media Mommy nggak usah khawatir. Pertunangan kami nggak pernah disebarin, kan?"

Makin pecah lah tangisan Mommy Tya. Pria paruh baya itu memeluk gadis cantik didepannya dengan erat.

"Ya sudah kalau Lea sudah memutuskan seperti itu. Mommy sekali lagi minta maaf, sayang. Tapi Mommy juga tetap berharap Lea memikirkan kembali tentang hal ini. Oke?"

Lea samar - samar mengangguk. Walau dia tak yakin, keputusannya entah kembali bisa dirubah atau tidak nantinya.

***

Lea sedang duduk manis didalam mobil yang disopiri Pak Ihsan, sopir pribadi keluarga Mahendra. Setelah drama ala - ala di ruang tamu tadi berakhir, Lea langsung pamit pulang. Jam sudah menunjukkan hampir pukul lima sore, gadis itu khawatir dengan keadaan Eyangnya.

Mommy Tya mengantar sampai kedepan pintu utama dengan wajah sembab namun sudah bersih dari air mata. Mommy Almarhum Kak Elang itu tampak berusaha mengontrol dirinya dengan baik.

Lea tau dia keterlaluan, tapi dia juga tak sanggup menanggung resiko. Untung saja Mommy mengerti.

"Pak,  bapak kan udah lima tahun ini kerja sama keluarga Mahendra ya?" Lea membuka pembicaraan. Jarak kerumah masih jauh, dan dia selalu jenuh dengan suasana sunyi.

"Iya non. Kenapa non?" Pak Ihsan menjawab dari depan. Pria pertengahan umur empat puluhan itu menatap Lea sekilas dari kaca spion tengah.

Lea menggeleng. Ia sebenarnya ingin bertanya tentang Raja, tapi ia urungkan. Toh selama ini Raja juga tinggal di Jepang. Jadi, Pak Ihsan mungkin tak tahu terlalu banyak tentang pria angkuh itu.

"Keluarga Mahendra adalah keluarga yang paling hangat dari semua majikan saya yang sebelumnya, non. Tuan dan Nyonya tidak pernah marah - marah apalagi membentak. Tidak hanya ke saya, tapi ke pekerja yang lain juga." Pak Ihsan mulai bercerita.

"Sebelum sampai ke keluarga Mahendra, saya sudah banyak kali berganti tempat bekerja non. Tuan dan Nyonya sangat baik, begitu juga dengan dua Tuan Muda, Den Raja dan almarhum Den Elang. Saya malah sering diberi bonus kalau gajian sama Den Elang. Hehe..."

Lea tersenyum tawar mendengar nama Elang disebut. Ya, Kak Elang memang begitu. Baik dan murah hati...

"Ya, Kak Elang memang baik..." Katanya pelan.

Pak Ihsan kembali menatapnya dari spion. Wajah yang tampak lebih tua dari umurnya itu tersenyum kikuk begitu raut lesu Lea tadi bertambah menekuk. Gadis itu pastilah masih sangat sedih karena kepergian Elang.

Sejujurnya, tak hanya keluarga dan Lea saja yang merasa kehilangan. Para pekerja dan orang - orang diluar sana yang mengenal seorang Marvin Erlangga Mahendra juga tak kalah kehilangan. Elang adalah sosok yang hangat, ceria dan pembangkit suasana. Wajar jika begitu banyak orang yang mencintainya.

Belum sempat Pak Ihsan berkata lagi, ponsel Lea berbunyi. Wajah gadis itu langsung berubah serius begitu melihat nama pemanggil yang tertera di layar smartphone miliknya.

Mbok Sar? Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Eyang?

Jantung Lea berdetak sepuluh kali lebih kencang sekarang. Dengan serangan panik yang tiba - tiba menyelusupi dirinya, ia menggeser tombol hijau dan cepat - cepat meletakkan benda pipih itu di telinganya.

"Hallo Mbok Sar. Ada ap--"

Jawaban dari seberang sana membuat darah di tubuh Lea berhenti mengalir seketika.

"Kamar nomor berapa? Lea kesana sekarang..."

Telpon pun terputus. Tangan Lea sudah panas dingin. "Pak, ke Primehealth Hospital ya. Eyang saya masuk rumah sakit."

"Baik non."

Tanpa banyak cerita, Pak Ihsan melajukan mobil menuju rumah sakit. Jalanan sedang padat - padatnya karena memang waktunya orang - orang pulang kerumah mereka setelah seharian kelelahan di tempat kerja.

Lea mulai menggigiti kukunya menghilangkan rasa gugup dan panik yang melanda. Eyang masuk rumah sakit karena tiba - tiba saja collapse sejam yang lalu. Mbok Sar belum dapat menjabarkan secara detail kejadiannya, tapi dia yakin pasti ada sesuatu yang serius terjadi.

-------------------------------------

Tbc...

Kita sedih - sedihan dulu, ya...
Nanti baru perang - perangan...
😅😅

Raja & Lea (COMPLETED)Where stories live. Discover now