DATANG

1.2K 221 24
                                    

Chapter 3.

Tae Ra masih meringkuk kedinginan saat Jungkook mengantarkan porsi makan siangnya. Anak kecil itu jarang sekali sakit. Sifat pendiamnya menurun dari ayah Taehyung yang sudah menjadi komisaris besar kepolisian. Dia juga jarang menangis dan patuh.

Tapi kini Tae Ra menangis terisak-isak.

"Era, sayang, coba ceritakan apa yang membuatmu sedih. Eomma sangat khawatir,"

"Aku dikunci dalam toilet, Eomma,"

"Keterlaluan sekali. Eomma akan menelepon gurumu dan minta mereka menindak pelaku yang nakal itu!"

"Tapi tidak mungkin bisa eomma..."

"Apa yang kau takutkan, sayang? Appa seorang polisi, dia pasti akan melindungi putri kesayangannya ini!"

"Tapi pelakunya tidak bisa dilihat, Eomma..hiks..hiks.."

Jungkook terperanjat nyaris menjatuhkan sendok yang dia pegang.

"Apa maksudmu, Era?"

"Dia...dia..mengikutiku ke toilet dengan suara langkah kakinya...kemudian mengunciku di dalam..eomma.."

"Itu pasti ulah jahil temanmu! Mereka hanya ingin menakutimu, sayang.. eomma berjanji akan menarik telinganya kuat-kuat!"

"Dia sesuatu yang sama yang menarik Eki ke jendela, Eomma! Aku ingat baunya juga sama"

Jungkook menggeleng, memeluk kepala Tae Ra dengan erat. Apa ini? Teror? Kenapa harus pada anak-anaknya yang masih kecil? Bila tak suka pada keberadaannya didesa ini, sakitilah dirinya saja!

"Persetan, aku tak takut jika harus menghadapi orang gila ataupun iblis! Dia yang mati atau aku yang mati!" Geramnya marah.

"Eomma...pokoknya aku tak mau sekolah disitu lagi..,"

Jungkook makin mengeratkan pelukan.

..............

Malam kembali tiba. Angin kencang terdengar lagi mengusik tirai jendela. Benar dugaan Jungkook, listrik kembali padam seperti 3 hari yang lalu. Ia sudah siap dengan mengecas beberapa lampu emergency untuk menerangi ruangan. Tae Ra dan Tae Ki tidur di kamar Jungkook lagi dengan alasan berjaga-jaga.

Jungkook penggila semua genre buku cerita. Maka ia tahu benar keadaan hatinya menerima teror seperti ini. Tidak peduli manusia berwujud atau tak berwujud, ia hanya perlu bertahan sekuat tenaga. Berdasarkan pengalaman, emosi memang selalu berhasil mengalahkan rasa takut.

Motor Jihoon terdengar meninggalkan halaman rumahnya menandakan Taehyung sudah kembali. Mungkin ia tak mau anak buahnya itu pulang kehujanan.

"Listrik mati lagi. Menyebalkan sekali kita tak bisa menonton acara televisi," gerutu Taehyung yang masuk sambil membuka jaket.

"Tae, apa kau mau langsung makan? Mumpung nasinya masih hangat,"

"Boleh juga." Taehyung tak pernah membahas apa menu yang disajikan Jungkook. Baginya semua enak dan ia sudah membiasakan diri untuk selalu makan di rumah kecuali jika sedang perjalanan dinas.

"Tae Ra sudah sehat?"

"Demamnya sudah turun. Kukira harus kembali menempuh satu jam perjalanan menemui dokter Jin,"

"Apa aku kembali tidur dilantai?"

"Aku akan menemanimu tidur dilantai,"

Taehyung tersenyum dalam pendaran cahaya lampu emergency. Ia mulai menikmati ikan tuna saus dengan sayur japchae tanpa banyak bicara.

Distrik Wonsan (vkook gs)Where stories live. Discover now