Bab 2: Penjelasan

16 0 0
                                    


"Serius? Apa aku tidak bermimpi?"

Lawan bicaranya menggeleng.

Melihat posisi tempatnya berada saat ini, Althor mulai merasa bersalah. "Ah maaf membuatmu kerepotan. Mengangkat tubuhku dari lantai hingga membaringkannya di sini pasti sulit," ungkapnya.

Untuk kedua kalinya, lawan bicaranya - gadis itu - menggeleng. Dia membalas kata-kata Althor, "Justru aku yang harusnya meminta maaf, karena tiba-tiba saja mengagetkan Anda sampai pingsan." Gadis itu menunduk, tampak malu berbicara dengan Althor dalam jarak dekat. Dia sedang duduk di kursi yang bersebelahan dengan sisi kiri kasur Althor.

Althor sendiri merasa malu. Bagaimana bisa dia sampai segitu kagetnya dengan apa yang terjadi setengah jam yang lalu? Bahkan dia pun pingsan. Tapi yang lebih memalukan lagi, dia sampai membuat gadis yang di sebelahnya ini mengangkat - atau mungkin menyeret - tubuhnya dan membaringkan dirinya di atas kasur. Kalau kau melihat tubuh Althor yang besar macam bison - kata temannya, kau akan paham dengan rasa malunya.

Sang pemilik rumah memulai pembicaraan lagi. "Sejujurnya, aku belum pernah melihat hal aneh seperti ini. Aku tidak tahu apakah itu tipuan mata atau sungguh kutukan. Maaf kalau aku terdengar lancang, tapi," ada jeda sejenak. "apakah kau bisa menjelaskan tentang bagaimana hal ini bisa terjadi, dari yang tadinya kau adalah boneka, lalu berubah menjadi manusia?"

Sang gadis mengangguk. "Pertama-tama, sebenarnya aku adalah manusia, bukan boneka. Tapi karena suatu hal, aku berubah menjadi boneka kecil ketika malam telah usai. Dan hal itu adalah karena aku dikutuk oleh seseorang," kata sang gadis.

"Dikutuk? Kenapa kau dikutuk? Dan siapa yang melakukannya?" tanya Althor.

"Aku tidak begitu mengerti alasan dia mengutukku. Aku juga tak mengenalnya. Tapi seingatku, dia adalah seorang wanita," jawab sang gadis.

"Kau tahu namanya? Dan ciri fisiknya?"

Sang gadis menggeleng. "Mengenai itu, aku tak tahu. Hanya saja, mungkin saat itu dia menggunakan suatu alat untuk mengutukku. Seperti tongkat atau semacamnya."

Mungkin, Althor menggarisbawahi kata itu di benaknya. Hmm, lalu kenapa menjadi boneka? pikirnya.

"Apa kau tahu mengapa kau diubah menjadi boneka, dan bukan benda atau makhluk lainnya?" tanya Althor. "Maaf, tapi aku tidak tahu soal itu," jawab sang gadis.

Tentu saja dia tidak tahu, pertanyaan macam apa itu? Sangat tidak berfaedah! Althor memaki dirinya sendiri.

Sementara Althor sibuk memarahi kebodohannya, gadis di sampingnya menunduk kembali. Namun kali ini bukan karena malu, melainkan tampak memikirkan sesuatu. Seolah dia khawatir. Setelah Althor menyadari situasi di dekatnya cukup hening dan dia memperhatikan raut wajah sang gadis, ekspresi keras yang ada di wajahnya - yang tak disadarinya muncul - segera melembek dan ikut khawatir. "Apa ada sesuatu yang mengganjal?" tanya Althor. Mendengar pertanyaan pemuda di sampingnya, sang gadis tersadar dari lamunannya. "Eh, tidak ada kok," jawab gadis itu, mencoba untuk tetap bersikap biasa.

Meski Althor tahu bahwa itu adalah kebohongan - yang dia ketahui berkat nalurinya sebagai petugas kepolisian, dia memutuskan untuk mengangguk dan berpura-pura tak penasaran. Sekitar dua detik kemudian, dia baru mengingat hal penting lain yang belum dia tanyakan.

"Oh iya, aku baru menyadari sesuatu. Aku belum tahu mengenai namamu. Jadi, maukah kau sebutkan namamu?" tanya Althor dengan santun.

Ekspresi gadis itu berubah menjadi lebih ceria mendengar hal itu. "Namaku Hotaru, dari keluarga Tomoe," jawabnya sambil mengulurkan tangan. Althor menerima uluran tangan Hotaru dan memperkenalkan dirinya, "Aku Althor, Althor Rauzell Serenade."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yang Berubah Menjadi BonekaWhere stories live. Discover now