CHAP. 1

11 2 0
                                    

Remang!
Itu yang Ku rasa
Pedih!
Itu yang Ku derita
Disetiap tarikkan nafas ku,
Sesak yang ku rasa
Disetiap hela nafasku
Aku selalu bertanya
Aku yang terlalu mudah jatuh cinta?
Ataukah Kau!
Yang terlalu pandai menjatuhkan sebuah rasa?

~Letta~











"Yaelah Letta, nggak bosen lo nulis beginian doang?" ucap seeorang gadis berambut cokelat kepada Letta.

"Nggak."

"Ish nggak ada yang lebih pendek lagi jawabannya?"

"Hmm"

"Aih tahik! Let."
"Muka doang kek tripleks, tetep aja dalemnya jiwa hello kitty!"

"Yang penting gue masih ngerespon kalo lo yang ngomong!"

"Gue iya'in. Orang Swag mah bebas. Gue ngikut aja udah" dengusnya mendengar jawaban dari temannya.

Livia Putri Bramantyo. Sahabat dan teman masa kecil dari gadis bernama Arletta Levina Alexander, yang akrab disapa Letta. Gadia manis, cantik, pintar,  dan berbakat. Namun sayang, tidak mudah untuk bergaul, dingin dan irit ekspersi. Namun itu tak berlaku untuk keluarga dan sahabatnya, Via. Panggilan akrab Livia.

"Nggak usah pasang muka gitu didepan gue. Lo jelek!. Emang kenapa kalo gue suka nulis gini?"

"Cuma kan kita di kelas IPA. XII IPA 1 lagi. Tapi hobby lo kek anak Bahasa. Atau gue bikinin lo julukan kali ya?"

"Julukan apa?"

"Anak IPA jiwa Bahasa" ucap Via lalu tertawa.

"Sialan!" umpat Letta pada Via.

"Simpan sumpah serapah lo. Mending sekarang ke kantin" ucap Via lalu menarik tangan Letta.

Banyak siswa yang menyapanya bahkan menggoda Letta, namun gadis itu masih tetap setia dengan ekspresi datarnya. Sementara Via yang berada disampingnya hanya tertawa melihat mereka yang menjadi korban ekspresi Letta.

"Kadang gue kasihan sama cowok-cowok yang berusaha ngedeketin  sama ngajak lo ngomong" ucap Via terkekeh.

"Kenapa?"

"Ekspersi lo kelewatan datarnya"

"Kalo kelewatan yaudah balik lagi!"

"Najis. Bukan kelewatan dijalan maksud gue oncom!"

"Pesen oncomnya ntar,  pas udah nyampe kantin" jawab Letta asal masih dengan wajah datarnya.

"Sialan. Bodo amat Let bodo. Lo ngeselin."

Sesampainya di kantin, Letta langsunh menuju bangku belakang paling pojok. Karena ia tak terlalu suka dengan keramaian. Sementara Via ia sudah memesan makanan.

"Nih pesenan lo.  Mie ayam bakso pedes manis. Manisnya kayak muka lo. Pedesnya kayak mulut lo!"
Ucap Via dengan cengirannya sambil menyerahkan semangkuk mie ayam bakso beserta jus jeruk kesukaan Letta.

"Hmm" gumam Letta membalas ucapan Via.

"Sialan!  Kalo lo serak mending minum air putih sono" dengus Via kesal.

"Ya nanti!"

"Bodo amat! Ntar lama-lama lo yang gue makan Let." Balas Via gemas lalu melahap makanannya.

Selesai makan mereka segera meninggalkan kantin. Karena tempat itu terlalu bising jika menurut Letta.

"Lo duluan aja ke kelas, gue ke toilet dulu" ucap Letta pada Via.

"Lo sendirian ke toilet?"

"Nggak!"

"Terus?"

"Berdua"

"Sama siapa?"

"Bayangan gue!" balas Letta datar lalu pergi meninggalkan Via yang cengo mendengar jawabannya.

"Woy kambing! Itu lo ngelucu atau gimana?  Muka sama omongan bisa nggak sinkron gitu!" teriaknya ketika sadar dan Letta sudah beberapa langkah jauh darinya.

"Sialan! Untung sahabat dari orok!" kesal Via lalu berjalan menuju kelasnya.

Saat ingin kembali ke kelas,  Letta dicegat oleh 3 siswi dengan dandanan yang membuat mata soapa saja akan sakit melihatnya,  termasuk Letta saat ini.  "ini badut dateng darimana bisa masuk Xander High School? " batin Letta namun ekspresinya masih tetap sama. Datar.

"Jadi ini?  Cewek yang susah dideketin dan diincer seluruh siswa Xander?"

"Cih, gaya nggak ada bagus-bagusnya gini. Muka datar, senyum nggak bisa, ngomong nggak pernah!"

"Apa yang mau dibanggain dari dia? Udah jelas kita jauh lebih OK! "

Ucap ketiga siswi tersebut pada Letta dengan seringai meremehkan. Sedangkan Letta masih tetap sama, menatap mereka datar,  sebelum akhirnya...

"Lo ngomong sama siapa?" ucap Letta akhirnya yang membuat siswi tersebut berang.

"Sialan. Gue ngomong sama lo lah! Nggak usah sok kecantikan jadi orang!" ucap Karina. Ketua dari Cabe tersebut.

"Oh gue. Udah ngomongnya? Kalo udah bye.  Gue pergi dulu!" Balas Letta masih dengan datarnya,  dan pergi tanpa memperdulikan omongan yang dilontarkan padanya tadi.

Jangan lupakan 1 Fakta. Xander High School adalah milik keluarga Letta, tidak ada yang tahu bahwa anak pemilik sekolahan bersekolah di sekolah miliknya kecuali Via, karena Letta selalu menyingkat Marga Keluarganya pada namanya.











~Incream




Hallo!!!
Mohon Vote dan Commentnya buat cerita gue ini!
Thankyou 💞

HURTWhere stories live. Discover now