01. Who ?

31 3 0
                                    



-PROLOG-

[WARNING! Untuk pembuka ini mungkin memiliki rating PG-17 karena mengandung sedikit simbol-simbol seksualitas (meski hanya sedikit), tapi jika kamu memang tidak suka hal seperti itu, bisa langsung meloncat sesi ini dan langsung ke cerita]


Seoul, 05 Maret 2016

Siyeon berjalan keluar dari bathtub penuh buih, mencoba membasuh sedikit sisa-sisa sabun yang ada di tubuhnya dengan butiran-butiran air hangat yang terpancar dari shower, hingga beberapa menit kemudian ia segera berpaling untuk mengenakan baju mandi putih yang tergantung indah di sudut kamar mandi. Ia lalu melangkahkan kakinya santai ke meja rias kecil yang berada di dekat pintu, membuka laci lalu mengambil sebotol parfum citrus yang selanjutnya ia semprotkan ke beberapa bagian tubuhnya.

Brakkkk!

Siyeon terdiam, ia langsung menatap ke arah pintu dimana suara itu berasal.

" Ahh ahh~ aahh ahh aahh~ ayahh~ hentikannhh~ ku mohonhhh ngghhh~ ",

Suara seorang gadis kecil meminta pengampunan terdengar samar-samar di telinga membuat tubuh Siyeon tremor mendadak, ia bahkan melepaskan botol parfum citrus itu hingga serpihan-serpihan kacanya berhamburan di keramik kamar mandi.

" Hentikan katamu ? bukankah kau merasa nikmat juga sekarang hahh ? Cukup diam dan rasakan saja, ngghhh ahh~ " Suara lain terdengar, suara berat nan keras yang sepertinya berasal dari mulut seorang pria paruh baya berumur sekitar 40-an.

Setitik cairan khas keluar dari kedua sudut mata Siyeon, ia lalu secara perlahan berjalan ke arah pintu, ia seakan tak peduli dengan hal lain bahkan kaki yang sudah tersayat-sayat oleh serpihan kaca botol parfum yang jatuh tadi pun tak dirasakannya sama sekali. Ia terus berjalan sempoyongan sambil menahan tremor di tangannya yang semakin menjadi-jadi hingga tubuh itu tiba-tiba saja jatuh tersungkur karena sang kaki tak mampu lagi menahan beban tubuhnya yang tak seimbang.

" Aaaaahhh aayyaahh ngghh ahh~ "

" Ya bagus, aahhh~ terus seperti itu, bagusshhh ngghh "

Suara itu semakin terdengar jelas di telinga membuat Siyeon semakin gelisah, ketakutan yang kuat terlihat jelas disorot matanya. Tremor di sekujur tubuhnya pun juga ikut menjadi-jadi, bahkan air mata yang tak terkontrol sudah mengalir deras di pipi indahnya. Ia bahkan berusaha menggigit ibu jarinya hingga berdarah-darah, mencoba mengalihkan rasa takut ke rasa sakit yang ia rasakan tapi itu tak berhasil, saraf-sarafnya sudah terlanjur takut dan gelisah, Siyeon tahu pria paruh baya itu akan segera masuk ke kamar mandinya, tapi ia tak bisa melakukan apapun, tubuhnya terasa berkali-kali lipat lebih berat dari biasanya.

Keadaan Siyeon sekarang bahkan tidak lebih baik dari keadaan mencit putih jika disuntikkan dengan cairan pilokarpin atau epinefrin. Terlihat kacau, kaki dan tangan yang sudah berdarah-darah, tremor disekujur tubuh, kemana perginya ke-anggunan Siyeon tadi ? entahlah, mungkin sudah pergi bersama sisa-sisa air yang masih sempat menetes di shower.



You weren't just a star to me, you were my whole damn sky!

.

.

" Who ? "



Seoul, 05 Maret 2016

Gadis dengan surai panjang yang warnanya bak bulu burung gagak itu berjalan di koridor, ia sudah terlambat dan ia tahu itu. Tapi berjalan tergesa-gesa dengan nafas yang terengah-engah tidak pernah masuk dalam kamus keseharian Siyeon, mungkin memang ia pernah melakukannya jika keadaan sudah sangat gawat darurat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CapsulaWhere stories live. Discover now