2 :: Ide manis.

13.8K 1K 33
                                    

Iqbaal, sekarang lagi duduk santai di balkon kamarnya. Ia merenung, dan mencoba berfikir. Kenapa gadis itu seperti tidak menyukainya? Iqbaal memang tahu, gadis itu jutek dan ganas. Tapi, masa dia tidak jatuh cinta dengan ketampanannya? Walau dia jutek, iqbaal tidak peduli, itu tidak penting bagi iqbaal. Yang penting sekarang, ia harus mencari cara, agar iqbaal bisa membuat gadis itu bertekuk lutut.

Tangan kanan nya menggeser layar ponselnya, terpampang foto (Namakamu) yang tersenyum manis. Ia baru saja, men-stalking akun Instagram pujaan hati nya.

"Kamu tau, walau kamu sangat jutek, dan walaupun kamu beneran nyiram air keras di muka aku. Kamu tetap, dan akan selalu manis di mataku. Aku juga tidak tau kenapa ini terjadi. Aku tidak bisa mengontrol perasaan ku, saat pertama kali melihatkamu, yang seminggu yang lalu."

Jujur, Iqbaal sudah melirik (Namakamu) seminggu yang lalu. Tapi, mendengar cerita teman kelasnya, bahwa (Namakamu) bukanlah seperti layaknya perempuan lain. Yang lemah lembut, kalem, dan bersikap baik. Tapi malah sebaliknya, jutek, ganas, dan bodo amat dengan orang yang menyukai nya. Kerena itu, ia mengurungkan niatnya untuk mendekati (Namakamu), dan berkenalan dengannya.

Tapi, perasaan yang tidak bisa di kontrol, akhirnya ia sudah berkenalan. Walau tidak mulus, tapi itu membuatnya terus tersenyum.

Iqbaal tengah sibuk berfikir, berfikir bagaimana cara mendekati, lalu mendapatkan hati (Namakamu).

Pusing karena tidak mendapatkan jawaban, ia memilih bangkit, dan berjalan menuju kasurnya. iqbaal menidurkan badannya, memilih tidur. Semoga saja pagi nanti, ia mendapatkan ide.

***

(Namakamu) berjalan menuju kelasnya dengan tergesa-gesa, ia tidak suka tatapan dari murid lelaki yang sedang berkumpul. Ia risih, dan tidak suka, tapi apa boleh buat, itu adalah cobaan (Namakamu) sehari-hari.

Dengan, kepala tertunduk, menutupi wajahnya, ia tanpa sengaja menabrak dada seseorang. Keras, dan membuat mengelus kepalanya.

"Kalau, jalan liat kedepan. Sakit kan kepalanya, untung itu gara-gara aku."

Shit! Suara itu lagi, dan orang itu lagi!

Hari ini (Namakamu) tidak mau berdebat. Ia sejenak menatap iqbaal, dengan tatapan seperti kemarin. Lalu pergi begitu saja.

Iqbaal mengejarnya, lalu menarik tangan (Namakamu), untuk ke-empat kalinya.

"Aku punya sesuatu." Iqbaal selalu santai, dengan tatapan tajam (Namakamu). Ia merogoh tasnya, mengambil Kotak bekal, berbungkus kresek putih. Ia menyerahkan nya, tapi (Namakamu) terlebih dahulu menolak.

"Gue ga butuh itu." Suara dingin, (Namakamu) kembali terdengar.

Dengan senyuman, iqbaal berbicara. "Tenang aja, ini bukan dari aku."

(Namakamu) menyerit.

"Ini dari bundaku. Kamu mau menolak pemberian orang tua? Ga takut dosa?"

(Namakamu) tersenyum miring. "Gue bukan anak kecil, yang gampang percaya sama omongan lo, yang mirip om-om pedofil."

Sedikit menusuk dihati iqbaal. Tapi iqbaal tetap tersenyum.

Iqbaal tidak menjawab, ia kembali merogoh tasnya, mengambil benda berbentuk persegi. "Ga percaya?" iqbaal menekan nomor telfon bundanya, hanya tiga deringan. suara Rike terdengar.

"Halo baal? Gimana bekal nya, udah dikasi ke (Namakamu) belum?"

"Udah kok bun. yaudah iqbaal tutup dulu ya." Iqbaal menatap (Namakamu), seolah berkata. 'See? aku ga bohong.'

Iqbaalku 2018 (TAMAT)Where stories live. Discover now